Daftar isi
Iklim merupakan pola atau rata-rata keadaan cuaca dalam sebuah wilayah yang luas dan pada kurun waktu yang lama. Karena iklim memiliki rentang waktu yang lama serta meliputi wilayah yang luas maka iklim dapat dikategorikan dengan mudah.
Ada beberapa faktor yang turut mempengaruhi iklim pada suatu wilayah, antara lain garis lintang, luas daratan, ketinggian, arus laut, luas daratan, lamanya musim, toptografi, vegetasi dan kondisi udara. Iklim di bumi diklasifikasikan menjadi 5 jenis, yaitu:
Sebelum membahas tentang jenis iklim Schmidt-Ferguson, ada baiknya menilik pengertian jenis-jenis iklim yang lain terlebih dahulu.
Jenis iklim Koppen ditemukan oleh Wladimir Koppen, seorang ahli klimatologi dari Jerman, di tahun 1900. Tipe iklim Koppen dikategorikan berdasarka curah hujan dan suhu udara pada suatu wilayah. Jenis iklim Koppen terbagi menjadi 5 tipe, yaitu:
2. Iklim Matahari
Iklim matahari diklasifikasikan berdasarkan panas matahari yang mencapai permukaan bumi. Iklim matahari terbagi menjadi 4 bagian, yaitu iklim tropis, iklim subtropis, iklim sedang dan iklim dingin.
3. Iklim Junghuhn
Sedangkan Iklim Junghun mengklasifikasikan iklim berdasarkan pada vegetasi dan ketinggian sebuah wilayah. Klasifikasi Junghun terbagi menjadi 4 iklim yaitu iklim tropis atau panas, iklim daerah sedang, iklim daerah sejuk dan iklim daerah dingin.
4. Iklim Oldeman
Klasifikasi Oldeman mendasarkan klasifikasi iklim dari curah hujan yang terjadi di dalam suatu wilayah. Iklim Oldeman ini sebenarnya mirip dengan Schmidt-Ferguson, namun perbedaannya ada pada kriteria bulan basahnya.
Iklim Schmidt-Ferguson ditemukan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Schmidt dan Ferguson di tahun 1950. Iklim Schmidt-Ferguson diklasifikasikan menurut rata-rata bulan basah serta bulan kering si tiap tahunnya.
Bulan basah mempunyai curah hujan di atas 100mm dalam satu bulan dan bulan kering mempunyai curah hujan kurang dari 60mm dalam satu bulan. Iklim ini juga disebut Q model, atau diklasifikasikan berdasarkan perbandingan jumlah rata-rata bulan kering dengan jumlah rata-rata bulan basah.
Iklim Schimdt-Ferguson ini adalah tipe iklim yang menggunakan siklus data pada curah hujan yang terdapat pada suatu wilayah dan dapat mengkriteriakan bulan sebagai bulan lembab, bulan basah dan bulan kering.
Ada negara yang di wilayahnya mempunyai variasi iklim yang bermacam-macam, hal ini membuat negara tersebut dapat mengembangkan sendiri klasifikasi iklim yang mereka miliki. Indonesia adalah salah satu negara yang menggunakan klasifikasi iklim milik Schmidt-Ferguson.
Schmidt dan Ferguson sebenarnya hanya menyempurnakan sistem Mohr yang sudah mengklasifikasikan iklim wilayah tropis sebelumnya. Klasifikasi iklim milik Schmidt dan Ferguson ini diangggap paling sesuai dengan kondisi Indonesia, klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson biasanya digunakan oleh negara yang memiliki 2 musim, yaitu musim kering dan musim hujan.
Iklim Schmidt-Ferguson mengkategorikan bulan sepanjang tahun di wilayah dua musim menjadi Bulan Kering (BK), Bulan Basah (BB) dan Bulan Lembab (BL), berikut penjelasannya:
Kategori bulan yang dikemukakan berdasarkan penelitian Schmidt dan Ferguson tersebut kemudian untuk menghitungnya, caranya dengan menentukan kategori bulan, lalu dijumlahkan rata-rata bulan kering dan rata-rata bulan basah untuk mengetahui iklim di wilayah tersebut.
Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson disebut juga “model Q”, model Q didapatkan dari perhitungan jumlah rata-rata bulan kering dibagi dengan bulan basah. Perhitungan jumlah rata-rata bulan kering dan bulan basah dilakukan pada suatu periode, misalnya dalam 1 tahun, 20 tahun dan seterusnya.
Sangat sedikit negara yang menerapkan klasifikasi iklim milik Schmidt-Ferguson, mungkin hanya di sebagian Asia Tenggara seperti Indonesia dan wilayah di Afrika.
Berikut ini adalah kelompok iklim yang dikemukakan oleh Schimidt dan Ferguson, dikelompokkan menjadi 8 tipe iklim dan ditentukan dari nilai Q:
Adalah daerah dengan keadaan iklim yang sangat basah dan vegetasi berupa hujan hujan tropis, memiliki nilai Q kurang dari 14,3% (nilai Q<14,3)
Iklim tipe B memiliki keadaan yang basah dan wilayahnya merupakan hutan tropis, memiliki nilai Q antara 14,3% hingga 33,3% (nilai Q 14,3-33,3).
Kelompok tipe iklim C keadaan iklimnya basah dan vegetasinya adalah hutan rimba, memiliki nilai Q mulai 33,3% hingga 60,0% (nilai Q 33,3-60,0).
Tipe ke empat adalah iklim D yang berada di wilayah dengan iklim sedang dengan vegetasi hutan musim. Tipe ini memiliki nilai Q antara 60,0% hingga 100,0% (nilai Q 60,0-100,0).
Tipe iklim E berada di daerah yang kondisi daerahnya kering dengan vegetasi padang rumput. Tipe iklim E memiliki nilai Q antara 100,0% hingga 167,0% (nilai Q 100,0-167,0).
Tipe iklim F berada di wilayah yang iklimnya sama dengan Tipe E yaitu kering, vegetasi yang tedapat di dalam wilayah tersebut adalah sabana. Memiliki nilai Q 167,0% hingga 300,0% (nilai Q 167,0-300,0).
Tipe iklim G berada di wilayah yang kondisinya sangat kering dan memiliki vegetasi berupa hutan sabana. Tipe iklim G ini memiliki nilai Q antara 300,0% hingga 700,0% (niali Q 300,0-700,0).
Tipe iklim H adalah wilayah yang kondisi iklimnya sangat kering, sehingga vegetasi yang berada di tipe iklim ini adalah pada ilalang atau sabana. Tipe iklim H memiliki nilai Q di atas 700% atau Q>700,0.