Daftar isi
Sejumlah ahli cuaca dan iklim melakukan penggolongan iklim dalam skala global dan ada yang dalam skala lokal atau regional. Di antaranya, yaitu pembagian tipe iklim menurut Koppen, Schmidt-Ferguson, dan Oldeman.
1. Tipe Iklim Koppen
Koppen merupakan ahli meteorologi berkebangsaan Perancis yang membagi bumi menjadi lima kelompok iklim utama. Ia mengelompokkan iklim tersebut dengan memanfaatkan indikator nabati atau vegetasi dari sebuah daerah.
Sebagai contoh, pohon rambutan, mangga, pisang merupakan tanda atau indikator vegetasi daerah tropis (iklim megatherma). Begitu pula dengan daerah iklim lainnya yang memiliki vegetasi yang berbeda pula, seperti pohon kaktus di daerah gurun dan lumut di daerah tundra.
Lima iklim utama yang berhasil dikelompokkan oleh Koppen disebut dengan iklim A, B, C, D dan E.
Tipe Iklim A
Iklim A adalah iklim hujan tropis dengan suhu udara pada bulan-bulan terdinginnya mencapai lebih dari 180 C. Indikator vegetasinya adalah adanya tumbuhan yang peka terhadap suhu tinggi, seperti berbagai jenis palma (kelapa, nipah).
Iklim ini memiliki subregion yaitu iklim Af, Aw, Am, Aw’, Aw’’, dan As.
Tipe Iklim B
Iklim B ini merupakan iklim kering (dry climate) yang terjadi karena jumlah penguapannya lebih besar atau sama dengan jumlah hujan yang diterima. Oleh karena itu, tidak ada kelebihan air yang dapat disimpan dalam tanah karena semuanya diuapkan kembali. Di daerah ini biasanya tidak ditemukan sungai permanen.
Subregion pada iklim B terdiri dari BS dan BW. BS adalah iklim semiarida atau iklim steppa, sedangkan BW adalah iklim arida atau iklim gurun.
Tipe Iklim C
Tipe ini adalah tipe iklim mesothermal atau iklim lintang sedang yang dipengaruhi oleh lautan. Terbagi dalam tiga subregion, yaitu Cf, Cw, dan Cs.
Tipe iklim D
Yaitu tipe iklim microthermal atau iklim lintang sedang yang dipengaruhi oleh daratan. Iklim ini memiliki 3 subregion iklim yaitu Df, Dw, dan Ds.
Tipe iklim E
Tipe iklim E adalah tipe iklim kutub yang terdiri atas dua subregion iklim, yaitu iklim ET dan iklim EF.
Kenampakan yang terlihat dari tipe iklim ini adalah permukaannya yang selalu ditutupi oleh es sehingga sering disebut sebagai iklim es abadi.
2. Tipe Iklim Schmidt-Ferguson
Tipe iklim ini dikemukakan oleh Dr. F.H. Schmidt dan Ir. J.H.A. Ferguson. Mereka berasal dari Belanda yang menjadi peneliti iklim di Indonesia, oleh karena itu tipe iklimnya hanya sesuai untuk daerah beriklim tropis.
Klasifikasi iklim S-F ini tidaklah memperhitungkan suhu, melainkan menggunakan tolak ukur bulan kering dan bulan basah, dengan alasan bahwa di daerah tropis amplitudo suhu relatif kecil sehingga diabaikan.
Menurut S-F, suatu bulan dikatakan sebagai bulan kering jika endapan hujannya kurang dari 60 milimeter, sedangkan bulan basah jika endapan hujannya lebih besar dari 100 milimeter.
Endapan hujan diantara 60 mm dan 100 mm dikatakan sebagai bulan lembap.
Berdasarkan hasil analisisnya, S-F membagi tipe iklim menjadi delapan tipe ilklim dengan lambang huruf dari A sampai dengan H.
3. Tipe Iklim Oldeman
Tipe iklim oleh Oldeman ini diperlukan untuk budidaya tanaman atau pertanian. Dasar klasifikasi iklim yang digunakan Oldeman sama dengan yang digunakan S-F, yaitu hanya berdasarkan pada curah hujan.
Namun, batasan bulan basah yang digunakan Oldeman berbeda dengan Koppen maupun S-F, yaitu suatu bulan yang memiliki curah hujan sekurang-kurangnya 200 mm.
Jumlah tersebut dianggap cukup untuk membudidayakan padi sawah, sedangkan untuk palawija dibutuhkan jumlah curah hujan minimal per bulannya 100 mm.
Bantuan irigasi diperlukan untuk menanam padi jika curah hujannya kurang dari tiga bulan basah berurutan.
Oldeman membagi wilayah iklimnya yang disebutnya dengan zona agroklimat yang terbagi atas Zona A, B1, B2, C1, C2, C3, D1, D2, D3, D4, E1, E2, E3, dan E4.