2 Jenis Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Beserta Penjelasannya
√ Edu PassedPass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info
Review Akademik by: Nur Aini, S. Pd
Review by: Redaksi Haloedukasi
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir menjadi salah satu sumber daya listrik yang digunakan di berbagai negara. Pembangkit listrik dengan sumber daya ini mulai dikembangan pada tahun 1950 di Amerika Serikat. PLTN memiliki beberapa jenisnya berdasarkan macam reaktor yang digunakannya. Penjelasan mengenai jenis-jenis PLTN ada di bawah ini.
1. Reaktor Fisi
Jenis yang pertama dan yang paling banyak digunakan dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir adalah jenis reaktor Fisi atau disebut juga sebagai fisi spontan. PLTN ini menghasilkan panas dari reaksi fisi nuklir yang berasal dari isotop fissil uranium dan plutonium. Reaksi fisi dapat dihasilkan tanpa adanya proses penembakan neutron yang muncul akibat adanya 2 partikel subatomik yang berbenturan.
Pada PLTN dengan jenis ini akan lebih banyak memproduksi neutron karena setiap neutron yang diproduksi oleh reaksi fisi akan menghasilkan reaksi fisi lainnya yang berarti juga melepaskan neutron. Uranium di dalam reaktor fisi menghasilkan atom-atom yang memiliki massa lebih kecil layaknya Ba, Kr, Zr, Te, Sr, Cs, I, La dan Xe.
Reaktor ini dibedakan lagi menjadi beberapa macam seperti berikut ini.
Reaktor Termal Reaktor termal yakni jenis reaktor fisi yang memanfaatkan neutron termal atau neutron lambat. Jenis ini adalah yang paling umum digunakan dalam pembangkit listrik yang bersumber dari nuklir. Neutron termal digunakan untuk memperlambat neutron hingga mendekati energi kinetik rata-rata partikel yang ada di sekitarnya sehingga kecepatan neutron berkuran untuk dijadikan neutron termal berkecepatan rendah. Dengan begitu proses reaksi berantai dapat terkendali dan terus berlangsung.
Reaktor Cepat Rektor cepat atau disebut juga dengan istilah fast-neutron reactor (FNR) digunakan untuk menopang reaksi berantai fisi. Jika dalam reaktor termal membutuhkan moderator neutron termal pada reaktor cepat tidak membutuhkannya karena keduanya memiliki bahan bakar yang berbeda. Sebagai gantinya reaktor cepat membutuhkan bahan bakar yang relatif kaya bahan fisil. Dengan kata lain reaktor termal menggunakan neutron lambat sedangkan pada reaktor yang ditemukan pada tahun 1950 ini menggunakan neutron cepat. Dibandingkan dengan reaktor termal, reaktor cepat menghasilkan lebih banyak neutron ketika reaksi fisi berlangsung serta atom-atom yang dihasilkan juga memiliki massa yang lebih berat.
Reaktor Subkritis Reaktor subkritis merupakan jenis reaktor fisi yang menggunakan neutron dari luar sebagai tambahan karena tidak mengandalkan reaksi berantai. Reaktor ini menghasilkan reaksi fisi tanpa mencapai kekritisan. Ada dua tipe dari reaktor ini yang pertama adalah reaktor yang sudah menyediakan neutron di dalam mesin fusi nuklir atau dikenal dengan istilah sebagai hibrida fusi-fisi. Tipe yang kedua adalah neutron dihasilkan dari spalasi inti berat oleh partikel bermuatan seperti proton yang dipercepat oleh akselerator partikel. Tipe yang kedua dikenal sebagai accelerator-driven system atau ADS. Kelebihan dari reaktor jenis ini adalah limbah yang berjangka pendek karena adanya unsur transuranik jangka panjang yang dapat dipecah. Namun sayangnya reaktor ini hanya menghasilkan sedikit neutron saja. Hingga saat ini PLTN jenis ini belum ada yang merealisasikannya dan masih sebatas konsep atau teori.
2. Reaktor Fusi
Reaktor fusi merupakan sebuah gagasan dalam pembangkit listrik yang masih terus diamati di berbagai negara. Reaktor jenis ini memanfaatkan panas dari reaksi fusi nuklir untuk menghasilkan listrik. Dalam reaksi ini dua atom yang memiliki massa lebih kecil akan menyatu sehingga terbentuk inti atom yang lebih berat. Pada proses ini juga terjadi pelepasan energi.
Bahan baku yang digunakan dalam reaksi ini adalah deuterium dan tritium ataupun campuran dari keduanya. Raktor ini terus diteliti agar memiliki keuntungan yang lebih banyak dari reaktor fisi seperti limbah radioaktif yang lebih sedikit sert lebih minim kecelakaan. Namun sayangnya meski sudah dilakukan penelitian sejak tahun 1940, pembangunan reaktor fusi masih terhalang oleh sulitnya memadupadankan antara suhu, tekanan, dan waktu.