Daftar isi
Pohon karet merupakan jenis tanaman yang mampu menghasilkan lateks atau getah alami. Lateks ini banyak digunakan dalam bidang industri untuk menghasilkan berbagai komoditas atau produk seperti ban, sepatu, peralatan rumah tangga, dan selainnya.
Di Indonesia, pohon karet mulai dibudidayakan di Sumatera sekitar tahun 1903 dan di Jawa pada tahun 1906. Pohon karet bisa tumbuh pada kondisi lahan yang kurang bagus karena pohon ini memiliki sistem perakaran ekstensif atau menyebar luas, dimana akar tunggangnya bisa menembus hampir 2 meter ke dalam tanah dan akar lateralnya menyebar sampai radius lebih dari 10 meter.
Pohon karet merupakan tanaman yang bisa hidup cukup lama, yakni sampai 30 tahun lebih dengan ketinggiannya bisa mencapai 15 sampai 20 meter. Pohon karet sendiri biasanya baru bisa disadap setelah berusia 5 sampai 6 tahun. Makin bertambah usia, maka produksi getahnya juga semakin meningkat. Setelah berusia 16 tahun, produksi lateks pohon karet akan stabil dan kemudian menurun ketika mencapai usia 26 tahun.
Sebenarnya, ada beberapa jenis pohon atau tanaman yang dapat menghasilkan lateks. Berikut adalah beberapa jenis tanaman karet yang banyak dibudidayakan karena mampu menghasilkan banyak getah.
Hevea brasiliensis atau yang juga disebut dengan Karet Para merupakan jenis pohon karet yang berasal dari lembah Amazon di Brazilia, Amerika Selatan. Pohon karet jenis ini juga merupakan spesies pohon karet pertama di Indonesia yang ditanam di Kebun Raya Bogor.
Ciri-ciri pohon karet ini adalah:
Pohon karet jelutung, atau yang memiliki nama ilmiah Dyera costulata ini secara alami banyak ditemukan di Sumatera dan Kalimantan. Pohon yang termasuk ke dalam family Apocinacae ini memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut:
Di Indonesia, pohon jelutung banyak tumbuh di daerah rawa berair. Pohon ini bisa tumbuh di hutan dataran rendah maupun dataran tinggi antara 300 sampai 400 meter diatas permukaan laut. Getah dari pohon jelutung biasanya bisa mulai dipanen pada usia 6 tahun ke atas dengan siklus penyadapan antara 3 sampai 4 tahun sekali.
Sebelum pohon karet jenis brazilia dikenal luas, pohon karet merah atau karet kebo lebih dulu dikenal sebagai penghasil lateks atau getah. Pohon karet yang sebenarnya termasuk dalam kelompok beringin ini secara lambat laut mulai ditinggalkan setelah popularitas jenis karet brazil meningkat karena lebih banyak menghasilkan getah.
Secara morfologi, berikut adalah ciri-ciri dari pohon karet merah:
Pohon karet merah pertama kali dikomersilkan di Ciasem dan Pamanukan, Jawa Barat, sebelum karet Brazil dibudidayakan. Namun, setelah ditemukannya teknik penyadapan baru yang membuat karet brazil mampu memproduksi getah lebih banyak dari jenis karet merah, maka pengolahan getah dari karet merah mulai ditinggalkan.
Karet guayule adalah jenis semak atau tanaman belukar yang memiliki habitat asli di Gurun Chihuahan di utara Mexico dan selatan Texas. Karena hidup di kawasan yang cukup kering dan cenderung panas, tanaman ini tidak toleran terhadap hawa dingin atau curah hujan yang tinggi.
Pohon karet guayule banyak dikembangkan sebagai sumber karet alam di Uni Eropa dan Amerika Serikat, terutama untuk pembuatan barang-barang medis. Hal ini sebagai upaya untuk mengatasi adanya alergi beberapa orang terhadap karet alam dari jenis hevea (karet brazil).
Dibandingkan dengan hevea, karet guayule memiliki kelebihan mampu menyediakan bahan lain resin dan biomassa yang dimanfaatkan untuk pembauatan fungisida, insektisida, biodiesel, dsb. Selain itu, tanaman karet guayule juga bisa dibudidayakan dengan jumlah air terbatas.
Sama halnya dengan guayule, russian dandelion adalah jenis tanaman semak yang banyak dimanfaatkan selama perang dunia kedua sebagai bahan baku pembuatan ban untuk kendaraan perang. Seiring berakhirnya perang, tanaman ini mulai banyak dilupakan.
Namun, akhir-akhir ini Uni Eropa dan juga Amerika mulai mencoba mengembangkan alternatif penghasil lateks alami dari tanaman ini guna mengurangi ketergantungan mereka dari negara-negara penghasil karet.