4 Jenis Tekstur Batuan Beku dan Penjelasannya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Batuan beku adalah salah satu jenis batuan yang banyak dimanfaatkan oleh manusia untuk kebutuhan hidup serta industri. Beberapa batuan beku tersebut mungkin banyak kita jumpai di kehidupan sehari-hari.

Misalnya saja Obsidian yang diolah menjadi perhiasan dan bahan untuk pisau, kemudian ada juga jenis batuan beku Basal yang dijadikan bahan campuran beton. Batuan beku jenis Granit banyak digunakan sebagai ubin di berbagai bangunan, ubin dari granit termasuk ubin yang harga dan kualitasnya cukup mahal.

Batuan beku disebut juga igneus rock, diambil dari kata “Ignis” yang artinya api dalam bahasa latin, batuan beku berasal dari magma cair yang mengkristal. Proses singkat terbentuknya batuan beku yaitu magma cair di dalam bumi mendapatkan tekanan gas yang membuat magma tersebut naik ke area yang lebih rendah pada kerak bumi.

Proses terjadinya batuan beku yang terbentuk dari magma yang mengeras dapat terjadi meskipun tanpa proses kristalisasi, proses tersebut dapat terjadi di bawah permukaan bumi atau di atas permukaan bumi. Jika proses terbentuknya di bawah permukaan bumi disebut batuan intrusif, sedangkan jika terjadi di permukaan bumi disebut batuan ekstrusif.

Struktur batuan beku instrusif memiliki butiran yang kasar, hal ini disebabkan magma berubah menjadi dingin secara perlahan. Sedangkan batuan beku ekstrusif disebut juga batuan vulkanik, merupakan batuan beku yang mengalami proses pembekuan di daratan atau di bawah permukaan laut dan prosesnya lebih cepat.

Tekstur batuan beku ada beberapa jenis, tekstur yang terbentuk tersebut ditentukan oleh granulitas, kristalinitas serta hubungan antar kristal. Kesemuanya berhubungan dengan kerapatan antar mineral yang merupakan bagian dari batuan. Berikut jenis-jenis tekstur batuan beku.

1. Kristalinitas

Kristalisasi merupakan merupakan proses mengkristalnya batuan beku, kristalinitas menunjukkan banyak kristal yang terbentuk maupun yang tidak berbentuk. Proses kristalisasi juga dipakai untuk menentukan kecepatan pembekuan magma.

Jika proses pembekuan batuan terjadi secara lambat, maka akan terbentuk kristal besar. Sebaliknya jika proses pembekuan terjadi secara cepat maka akan terbentuk tekstur kristal yang halus. Pembekuan yang prosesnya terjadi sangat cepat akan membentuk kristal berbentuk amorf.

Ada tiga kelas derajat kristalisasi yang dikenal dalam pembentukan batuan beku, yaitu:

  • Holokristalin, adalah batuan yang tersusun dari kristal-kristal, batuan plutonik termasuk jenis ini.
  • Hipokristalin, adalah batuan yang sebagian terdiri dari massa gelas dan massa kristal.
  • Holohialin, yaitu batuan beku yang tersusun atas massa gelas. Teksturnya terbentuk menjadi obsidian, dike atau sile.

2. Granularitas

Jenis tekstur granularitas adalah ukuran butitan yang ada pada batuan beku. Ada dua kelompok tekstur ukuran butiran yang dibedakan menjadi 2 berdasarkan ukuran teksturnya, yaitu:

Fanerik

Fanerik atau Fanerokristalin adalah tekstur batuan yang besar kristal-kristalnya dapat dibedakan antara satu dengan yang lain meskipun hanya dengan pengelihatan mata biasa (megaskopis).

Ukuran kristal-kristal jenis fanerik ini dapat digolongkan menjadi:

  • Halus atau fine, yaitu memiliki ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
  • Sedang atau medium, yaitu ukuran diameter butir antara 1–5 mm.
  • Kasar atau coarse, yaitu ukuran diameter butir antara 5–30 mm.
  • Sangat kasar atau very coarse, yaitu jika ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.

Afanitik

Afanitik adalah batuan beku yang memiliki ukuran kristal sangat kecil (mikroskopis), sehingga dibutuhkan bantuan lensa untuk dapat membedakan tiap-tiap ukuran kristal. Batuan ini tersusun dari kristal, gelas maupun perpaduan antara ke duanya. Batuan Afanitik dapat dibedakan menjadi beberapa ukuran, yaitu:

  • Mikrokristalin, yaitu memiliki ukuran 0,1-0,01 mm.
  • Kriptokristalin, yaitu batuan yang memiliki ukuran kristal 0,01-0,002 mm.
  • Amorf, yaitu jenis batuan yang ukuran kristalnya tidak dapat dibedakan meskipun dengan mikroskop. Memiliki ukuran 0,002 mm dan tersusun dari bahan gelas.

3. Bentuk Kristal

Bentuk kristal merupakan sebuah sifat dari kristal yang ada di dalam batuan, bisa dikatakan bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ada tiga bentuk kristal dilihat dari visualisasi dua dimensi, yaitu:

  • Euhedral, jika batas dari mineral merupakan bentuk asli dari bidang kristal.
  • Subhedral, yaitu jika sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
  • Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.

Sedangkan dilihat dari visualisasi tiga dimensi ada empat bentuk kristal, yaitu:

  • Equidimensional, yaitu jika bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
  • Tabular, yaitu jika bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang lain.
  • Prismitik, yaitu jika bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi yang lain.
  • Irregular, yaitu jika bentuk kristal tidak teratur.

4. Hubungan Antar Kristal

Hubungan antar kristal yaitu keterkaitan antara kristal atau mineral satu dengan yang lain di dalam suatu batuan. Ada dua hubungan antar kristal, yaitu:

Equigranular

Equigranular adalah batuan yang ukuran kristalnya membentuk batuan berukuran sama besar. Ada 3 golongan equigranular, yaitu:

  • Panidiomorfik granular, yaitu jika sebagian besar mineral-mineral di dalam batuan terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
  • Hipidiomorfik granular, yaitu jikadead line sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
  • Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.

Inequigranular

Inequigranular yaitu butiran kristal yang menjadi pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut juga fenokris sedangkan yang lebih kecil disebut massa dasar yang berupa kristal atau gelas. Inequigranular terbagi menjadi dua, yaitu:

  • Faneroporfiritik, yaitu jika kristal-kristal penyusun massa dasar dapat dilihat jelas menggunakan mata atau lup.
  • Porfiroafanitik, yaitu jika kristal-kristal penyusun massa dasar tidak dapat dilihat dengan mata atau lup.
fbWhatsappTwitterLinkedIn