Daftar isi
Mungkin kamu sudah mengetahui bahwa kain tradisional Indonesia adala kain batik. Namun ternyata masih banyak lho jenis kain tradisional yang dimiliki oleh negeri kita. Salah satu daerah yang memiliki kain tradisionalnya sendiri adalah Kalimantan. Berikut ini adalah pembahasan tentang kain-kain tradisional yang berasal dari Kalimantan.
1. Kain Songket Sambas
Kain tradisional yang pertama adalah kain songket sambas yang berasal dari Kalimantan Barat. Kain ini merupakan warisan budaya yang sudah ada sejak 1668 atau pada saat Borneo berada di bawah kekuasaan Raden Bima. Kain yang umumnya digunakan dalam upacara adat dan sakral ini memiliki ciri khas yaitu menggunakan benang emas. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan kain songket sambas adalah benang longsen dan benang pakan dengan beragam warna yang cantik.
Biasanya kain songket sambas ini ditenun oleh remaja dewasa yang belum menikah. Terdapat beberapa tahap dalam proses pembuatan kain ini antara lain tahap mennarau dan tahap mengani. Kain songket tidak hanya indah dan cantik melainkan mengandung nilai-nilai sejarah, falsafah hidup. dan menggambarkan tentang kehidupan masyarakatnya. Nilai-nilai tersebut tertuang dalam corak kain songket yang beragam. Corak atau motif kain songket antara lain pucuk rebung, tabur melati, tabur bintang, bunga tanjung, bunga malek, serong pita berbunga, serong parang manang.
2. Kain Sasirangan
Kain sasirangan merupakan kain khas suku Banjar yang ada di Kalimantan Selatan. Kain ini diperkirakan sudah ada sejak abad ke 7. Produksi pembuatan kain yang dahulu kala bernama kain langgundi ini berpusat di Jalan Seberang Masjid, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Konon kabarnya kain ini memiliki kekuatan supranatural yaitu mampu menyembuhkan segala macam penyakit dan hal buruk lainnya. Proses pembuatannya pun harus melewati ritual terlebih dahulu.
Berdasarkan cerita yang dipercayai oleh masyarakat suku banjar kain ini dibuat oleh seorang Patih yang berasal dari kerajaan Dipa. Beliau adalah patih Patih Lambung Mangkurat yang kala itu sedang bertapa selama 40 hari 40 malam di atas sungai dengan menggunakan perahu rakit. Arus sungai membawanya ke suatu tempat yang bernama kota Bagantung. Di sana ia mendengar sebuah tangisan dari segumpal buih. Tangisan tersebut diduga merupakan tangisan dari seorang Putri Junjung Buih.
Putri Junjung buih kemudian meminta sebuah istana megah sebanyak 40 buah dan 40 buah kain panjang. Patih pun memenuhi permintaan tersebut. Pada suatu hari sang putri datang ke dunia dengan mengenakan kain kuning yang disebut dengan kain langgundi. Setelah itu sang Putri menjadi penguasa di kerajaan Dipa.
3. Kain Ulap Doyo
Kain ulap doyo merupakan warisan budaya yang dimiliki oleh masyarakat suku dayak Benuaq yang mendiami wilayah Kutai Barat, Kalimantan Barat. Kain yang sudah ada sejak masa kerajaan Kutai yaitu sekitar abad ke 17 sudah diwariskan turun temurun hingga menjadi identitas bagi masyarakat dayak. Ulap doyo terbuat dari serat tanaman yang bernama daun doyo. Penggunaan daun doyo dikarenakan seratnya yang kuat sehingga cocok untuk dijadikan benang. Tanaman doyo mudah dijumpai di sekitar pinggiran ladang maupun hutan.
Daun tersebut kemudian disayat sesuai arah seratnya kemudian dijemur hingga kering dan dipintal menjadi benang kasar. Setelah menjadi benang kasar kemudian ditenun menjadi kain. Selanjutnya diberi pewarna dengan memanfaatkan bahan-bahan alam seperti buah glinggam, kayu oter, kayu uwar. Motif yang dimiliki oleh ulap doyo pun berbagai macam mulai dari motif naga, harimau, perahu, dan motif tangga tukar toray.
4. Kain Tenun Dayak Iban
Suku dayak memang kaya akan kebudayaan termasuk pada sub suku dayak yaitu suku iban. Suku yang berada di wilayah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia ini memiliki kain khasnya sendiri yang disebut dengan kain tenun dayak ikat iban. Kain yang sudah turun temurun menjadi warisan budaya ini memiliki nilai filosofi yang sangat tinggi sehingga sering digunakan dalam acara-acara sakral. Tak hanya pemakaiannya saja yang tidak bisa sembarangan melainkan juga dalam pembuatannya.
Menurut masyarakat dayak iban jika ada anggota keluarga yang meninggal maka dilarang untuk menenun kain ikat. Kabarnya jika hal ini dilanggar maka si penenun akan mendapat musibah atau kutukan. Dalam membuat motif pun berbeda dari kain lainnya dimana motifnya akan ditentukan melalui mimpi yang didapat sang penenun. Kain tenun ikat ini biasanya memiliki motif berupa naga, tumbuhan, manusia hingga perpaduan dari ketiganya.
5. Kain Tenun Samarinda
Sarung merupakan kain yang umum digunakan di Indonesia terutama para laki-laki. Samarinda ternyata memiliki kain sarung tradisionalnya sendiri yang dikenal sebagai sarung tenun Samarinda atau Tajong Samarinda dalam bahasa lokal. Dalam proses pembuatannya memakan waktu cukup lama sebab kain ini ditenun dengan menggunakan alat tenun bukan mesin. Tak heran jika satu lembar kain sarung membutuhkan waktu hingga 2 minggu.
Asal usul dari kain sarung ini dimulai sejak tahun 1668 yang dibawa oleh seseorang dari Bugis. Ia adalah Sultan La Madukelleng bersama dengan rombongannya dan meminta sebidang tanah kepada penguasa Kutai saat itu. Permintaan pun dipenuhi oleh Raja dengan syarat harus tetap patuh pada pemerintah Kutai. Tanah ini lah yang sekarang disebut dengan Samarinda.
Sultan Madukelleng dan rombongan pun memanfaatkan wilayah mereka agar berkembang. Mereka pun menerapkan budaya menenun Bugis ke Samarinda hingga terciptalah kain sarung tenun Samarinda. Kain ini memiliki banyak sekali motif namun yang paling umum adalah motif geometris.
6. Kain Tenun Corak Insang
Kain tenun ini merupakan kain yang biasa digunakan oleh orang-orang Melayu khususnya di kota Pontianak, Kalimantan Barat. Pada tahun 1777 yaitu pada masa Kesultanan Kadriyah kain ini digunakan oleh para bagsawan dan hanya dipakai di wilayah istana saja. Kain tenun corak insang digunakan pada saat acara pertemuan antar kerajaan atau sebagai oleh khas kerajaan.
Diberi nama corak insang sebab motif kain ini terinspirasi dari anggota tubuh seekor ikan yaitu bagian insang. Insang dianggap memiliki filosofi yaitu alat kehidupan dan hasil akal budi yang akan digunakan dalam hidup. Motif ini juga menggambarkan kehidupan masyarakat Pontianak yang bermukim di sepanjang sungai Kapuas.
7. Kain Benang Bintik
Batik sudah menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang dikenal hingga ke seluruh penjuru dunia. Batik Indonesia memiliki ciri khasnya masing-masih tergantung daerah asalnya. Dari provinsi Kalimantan Tengah mempunyai batik khasnya sendiri yang terkenal yaitu batik benang bintik. Ciri khas dari batik ini yaitu motifnya yang banyak terinspirasi dari kepercayaan asli suku Dayak yaitu Kaharingan.
Motif batik benang bintik yang paling terkenal adalah motif batang garing yang merepresentasikan antara hubungan manusia dengan sang pencipta. Tak hanya batang garing, motif batik benang bintik lainnya adalah corak guci, tameng, tombak, kawit tuyan, dan balain nihing.