Daftar isi
Pada zaman neolitikum, manusia pra sejarah menemukan kapak persegi dan kapak lonjong. Setelah tadi membahas tentang kapak persegi, sekarang kita akan membahas kapak lonjong.
Kapak lonjong adalah kapak berbentuk lonjong dan merupakan salah satu benda peninggalan dari jaman neolitikum. Jaman neolitikum atau jaman batu muda adalah jaman prasejarah dengan ciri khas penggunaan peralatan dari batu, pertanian secara menetap dan peternakan.
Kapak lonjong terkadang disebut juga sebagai polished axe karena hampir di seluruh bagian kapak ini sudah dihaluskan dengan baik dan menyeluruh.
Bagian kapak lonjong biasanya sudah diasah dari segala sisi sehingga bentuk ketajamannya cukup simetris. Hal ini sangat berbeda dengan kapak persegi yang tidak memiliki tajaman simetris. Meskipun begitu, ujung runcing dari kapak lonjong tidak seruncing jika dibandingkan dengan mata panah.
Penemuan kapak lonjong pertama kali dilakukan oleh T. Harrison. Penemuan ini didapatkan dari hasil ekskavasi dan penelitian yang ia lakukan di daerah Gua Niah, Sarawak, Malaysia.
Berdasarkan hasil uji menggunakan karbon C-14, diperkirakan kapak lonjong ini sudah ada sejak tahun 6000 sebelum Masehi atau sudah berusia sekitar 8000 tahun.
Di Indonesia, penemuan kapak lonjong hanya ada di daerah tertentu saja, terutama di daerah Indonesia bagian timur. Hal ini karena penelitian mengenai kapak lonjong masih sulit untuk dilakukan.
Adanya penggunaan alat ini di pedalaman Pulau Papua memunculkan kemungkinan bahwa di Indonesia, keberadaan kapak lonjong berasal dari Papua.
Sebagai salah satu benda peninggalan dari jaman pra sejarah, kapak lonjong memiliki beragam fungsi. Berikut adalah beberapa fungsi dari kapak lonjong pada masa penggunaannya di jaman neolitikum:
Suatu benda bersejarah dapat dikatakan sebagai kapak lonjong jika memiliki ciri-ciri tertentu. Berikut adalah ciri khas yang dimiliki oleh kapak lonjong:
Dalam hal bahan dan pembuatan alat perkakas di jaman prasejarah selalu berubah dan berkembang dari waktu ke waktu. Bahan yang biasanya digunakan untuk membuat kapak lonjong yaitu batu kali yang berwarna hitam pekat atau pun batu nefrit yang berwarna hijau tua.
Alasan dari penggunaan bahan-bahan ini yaitu karena mudah ditemukan di alam serta cukup kuat untuk memiliki fungsi sebagai kapak lonjong. Di Indonesia, penggunaan batuan seperti ini memang banyak ditemukan di kebudayaan khas Papua.
Batuan seperti ini memang banyak tersedia dan ditemukan di Papua. Batuan nefrit sendiri merupakan batu mulia yang biasanya berwarna bening atau buram. Namun, selain itu juga ada batu nefrit yang berwarna agak hijau muda, hijau tua, atau cokelat. Terkadang, kapak lonjong juga bisa dibuat dari bahan batu giok.
Pembuatan kapak lonjong memerlukan penggunaan tangan kreatif yang cukup terlatih. Hal penting pertama yang harus diperhatikan yaitu pemilihan bahan dasar batu yang akan digunakan.
Pembuat kapak bisa memilih batu berukuran besar yang akan diserpih atau dari batu berukuran lebih kecil dengan bentuk yang sudah mirip dengan bentuk dari kapak lonjong.
Jika sudah ditemukan batu yang akan digunakan, maka batu ini harus diupam dengna halus agar bentuknya sesuai dengan keinginan pembuatnya. Biasanya, bagian permukaan dari batu yang digunakan bisa diratakan dengan cara teknik pukulan berntun.
Jika bagian batu kapak lonjong sudah berbentuk sesuai dengan keinginan, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan pemasangan tangkai kapak. Pada jaman neolitikum memang sudah lebih maju dibandingkan dengan jaman batu muda sebelumnya atau jama paleolitikum. Sehingga, perkakas yang digunakan sebagian besar sudah memiliki tangkai, termasuk juga pada kapak lonjong
Tangkai pada kapak lonjong berfungsi sebagai pegangan untuk digenggam oleh pengguna kapak. Biasanya, tangkai ini dipasang dengan cara memasukkan mata kapak ke dalam lubang yang sudah dibuat pada ujung tangkai. Selain itu, pemasangan tangkai juga bisa dilakukan dengan cara mengikatkan tangkai pada mata kapak.
Biasanya, tangkai dari kapak lonjong berasal dari bahan yang cukup kuat dan mudah untuk ditemukan seperti bahan kayu atau bambu.
Di Indonesia, biasanya kapak lonjong banyak ditemukan di bagian timur Indonesia. Misalnya di daerah Flores, Leh, Maluku, Sangihe Talaud, Sulawesi, Tanimbar, dan terutama di daerah Papua.
Meskipun begitu, penemuan kapak lonjong di daerah-daerah tesebut masih tergolong sedikit sehingga tidak bisa banyak memberikan informasi mengenai kapak lonjong dan penggunaannya.
Penggunaan kapak lonjong terutama ada di kebudayaan Papua. Dari sinilah para ahli bisa meneliti mengenai fungsi dan penggunaan dari kapak lonjong.
Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa kapak lonjong juga digunakan di daerah lain di Indonesia dan sudah tersebar luas. Hal ini sulit dibuktikan karena penelitian mengenai kapak lonjong masih tergolong sulit.
Sebagai alat perkakas yang digunakan di jaman batu muda atau neolitikum, kapak lonjong bisa dikatakan lebih baik dibandingkan dengan perkakas yang digunakan di jaman batu tua atau paleolitikum.
Kapak lonjong memang memiliki fungsi dan pembuatan yang lebih maju jika dibandingkan dengan kapak genggam atau kapak perimbas dari jaman paleolitikum.
Namun, penggunaan kapak lonjong lebih tua jika dibandingkan dengan penggunaan beliung persegi. Hal ini bisa dibuktikan dari penemuan T. Harrison yang menyatakan bahwa kapak lonjong telah berumur sekitar 8000 tahun.
Pada jaman neolitikum, manusia memang sudah mulai mengenal berocok tanam dan menghasilkan bahan makanannya sendiri. Sehingga, fungsi dari kapak lonjong yaitu untuk mendukung kegiatan-kegiatan ini.