Kebudayaan Bacson Hoabinh: Sejarah, Peninggalan dan Pengaruh

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Sejarah perkembangan masyarakat zaman prasejarah di Indonesia dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa di kawasan Asia Tenggara. Salah satunya adalah kebudayaan Bacson-Hoabinh.

Bacson-Hoabinh merupakan salah satu kebudayaan zaman prasejarah yang berpengaruh besar pada perkembangan manusia purba di Indonesia.

Karena berpengaruh besar pada masyarakat zaman prasejarah di Indonesia, kita harus memahami kebudayaan Bacson-Hoabinh yang akan dijelaskan di bawah ini!

Apa itu Kebudayaan Bacson-Hoabinh?

Kebudayaan Bacson-Hoabinh adalah kebudayaan yang berasal dari peradaban zaman batu di lembah sungai Mekong, Vietnam. Kebudayaan tersebut masuk ke Indonesia pada sekitar 10.000 sampai 4.000 tahun yang lalu.

Para sejarawan menduga kebudayaan ini muncul pada zaman batu dikarenakan hasil dari kebudayaan tersebut mayoritas alat-alat yang terbuat dari batu.

Lebih tepatnya, Bacson-Hoabinh muncul pada zaman mesolitikum yang mana alat-alat pada di zaman tersebut masih menggunakan batu-batuan sebagai bahan dasarnya.

Bacson-Hoabinh menjadi salah satu kebudayaan paling berpengaruh pada manusia purba di Indonesia.

Tak hanya itu, kebudayaan tersebut dianggap sebagai salah satu pusat peradaban kebudayaan di kawasan Asia Tenggara dan Indonesia.

Dilansir dari berbagai sumber, pendukung dari kebudayaan Bacson-Hoabinh adalah manusia yang berasal dari ras Papua Melanesoid.

Sejarah Kebudayaan Bacson-Hoabinh

Istilah Bacson-Hoabinh pertama kali diperkenalkan dan digunakan pada tahun 1920-an oleh seorang ahli praaksara dari Perancis yaitu Madeleine Colani.

Penamaan tersebut diambil dari daerah pegunungan di Vietnam yang bernama Bacson dan Hoabinh yakni asal tempat dari kebudayaannya.

Seperti yang telah disebutkan di atas, kebudayaan Bacson-Hoabinh ditemukan di lembah sungai Mekong, Vietnam pada 10.000 sampai 4.000 tahun yang lalu.

Namun, seiring perkembangan waktu, manusia tersebut bermigrasi ke Selatan, lebih tepatnya di Kepualuan Indonesia pada 2.000 tahun sebelum masehi.

Persebaran Kebudayaan Bacson-Hoabinh ke Indonesia

Ada dua rute penyebaran manusia purba Bacson-Hoabinh ke Indonesia yaitu jalur barat dan jalur timur.

Jalur barat Bacson-Hoabinh melewati: Vietnam – Thailand – Semenanjung Melayu – Indonesia Bagian Barat (Kalimantan dan Sumatera)

Sedangkan, jalur timur Bacson-Hoabinh melewati: Vietnam – Taiwan – Filipina – Indonesia Bagian Timur (Papua dan Sulawesi)

Kedua jalur tersebut memiliki hasil kebudayaan dan tempat singgah yang berbeda.

Pada jalur barat hasil peninggalannya berupa kapak pendek, alat-alat tulang, dan kapak sumatera. Sedangkan, pada jalur timur hasil peninggalannya berupa alat serpih dan flakes.

Ciri-Ciri Kebudayaan Bacson-Hoabinh

Karena kebudayaan tersebut muncul pada zaman batu, dapat dipastikan ciri khas pada kebudayaan Bacson-Hoabinh adalah alat-alat peninggalannya menggunakan bebatuan sebagai bahan dasarnya.

Pada umumnya, batu yang sering digunakan pada masyarakat Bacson-Hoabinh adalah batu sungai atau batu kali yang sudah dihaluskan dan ditajamkan dengan cara menggunakan alat serpih atau batu lain.

Batu-batu tersebut juga bisa dikikis, sehingga menciptakan bentuk-bentuk yang lebih bervariasi. Maka dari itu,alat-alat batuan pada zaman ini cukup bervariasi baik dari fungsinya maupun bentuknya.

Selain batu, tulang belulang juga digunakan sebagai bahan dasar alat sehari-hari yang berfungsi sebagai bahan dasar flakes atau penyerpih.

Tak hanya alat sehari-hari, ciri lain yang menandakan kehidupan masyarakat Bacson-Hoabinh adalah sudah mulai hidup menetap meskipun tidak permanen di gua.

Salah satu contoh gua terkenal adalah abris sous roche yang mana banyak ditemukan tulang belulang dan bekas-bekas kebudyaan mesolitikum.

Akibat dari gaya hidup yang sudah mulai menetap menyebabkan penumpukan sampah dapur berupa kulit kerang yang dikenal sebagai Kjokkenmoddinger.

Dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kebudayaan Bacson-Hoabinh adalah sebagai berikut:

  • Menggunakan batu sebagai bahan dasar peralatan sehari-harinya
  • Batu tersebut sudah dihaluskan, diolah dan ditajamkan
  • Menggunakan tulang belulang sebagai bahan dasar peralatannya
  • Sudah mulai hidup menetap meskipun tidak permanen di gua

Peninggalan Kebudayaan Bacson-Hoabinh

Kebudayaan Bacson-Hoabinh juga memiliki beberapa peninggalan yang bisa kita lihat sampai hari ini. berikut empat peninggalan Bacson-Hoabinh:

1. Kjokkenmoddinger

Kjokkenmoddinger adalah tumpukan sampah dapur yang sebagian besarnya berupa kulit kerang yang mengendap di suatu tempat.

Jika dibiarkan terlalu lama, tumpukan sampah ini akan berubah menjadi fosil dan mengeras.

2. Flakes

Flakes adalah serpihan yang digunakan untuk memotong alat terbuat dari tulang atau batu yang sudah ditajamkan.

Tak hanya itu, Flakes juga dibuat dalam bentuk ornament-ornamen indah yang dikenal sebagai Kalsedon.

3. Kapak Tulang

Seperti namanya, Kapak Tulang adalah salah satu kapak yang terbuat dari tulang binatang.

Pada dasarnya, kapak tersebut berbentuk belati yang berfungsi untuk menangkap ikan dan mengambil umbi-umbian.

4. Kapak Genggam

Kapak Genggam merupakan salah satu peninggalan kapak zaman batu, selain Kapak Perimbas.

Dinamakan Kapak Genggam karena kapak tersebut tidak memiliki pegangan dan harus digenggam di badan kapaknya.

Kapak Genggam dibuat dari batu yang sudah dihaluskan dan ditajamkan berfungsi untuk membantu memotong.

Pengaruh Kebudayaan Bacson-Hoabinh Bagi Masyarakat Indonesia

Pengaruh yang pertama dan paling utama adalah pembuatan peralatan keseharian manusia dari batu.

Batu tersebut berasal dari batu sungai yang diserpihkan pada sisi-sisi batu dengan bentuk yang bervariasi.

Di Indonesia, kebudayaan Bacson-Hoabinh sering ditemukan di Sumatera, lebih tepatnya pada bukit kerang (Kjokkenmoddinger).

Sementara di pulau Jawa, alat-alat kebudayaan batu Bacson-Hoabinh ditemukan di lembang sungai Bengawan Solo.

Selain Sumatera dan pulau Jawa, Kebudayaan Bacson-Hoabinh juga ditemukan Kalimantan, Nusa Tenggara dan Papua.

Dari hasil riset, kebudaayan pada zaman mesolitikum di Indonesia serupa dengan kebudayaan Bacson-Hoabinh, namun tidak ditemukan flakes.

fbWhatsappTwitterLinkedIn