Daftar isi
Di dalam melakukan suatu usaha di dalam kelompok berbeda dengan kita melakukan usaha secara mandiri. Di dalam kelompok terdapat beberapa anggota yang memiliki sifat dan keahlian yang berbeda beda serta tidak dapat disama ratakan.
Di dalam kelompok biasanya sering terjadi perilaku malas yang sering disebut kemalasan sosial. Kemalasan sosial ini sering terjadi dikarenakan beberapa hal yang membuat individu menjadi malas atau enggan untuk melakukan tugas yang seharusnya dikerjakan bersama sama anggota di dalam kelompok.
Pada materi kali ini kita akan membahas secara jelas mengenai kemalasan sosial yang sering terjadi di dala kelompok. Kemalasan sosial ini meliputi pengertian, dimensi, aspek, faktor penyebab, dampak dan cara mengatasinya.
Pengertian Kemalasan Sosial
Menurut Para Ahli
- Ying, Li, Jiang, Penga dan Lin (2014)
Kemalasan sosial diartikan sebagai kebiasaan individu berperilaku untuk melakukan kemalasan yang rentan terjadi saat bekerja dalam kelompok. - Baron dan Byrne (2004)
Kemalasan sosial adalah membiarkan orang lain melakukan pekerjaan saat menjadi bagian dari kelompok. Kemalasan sosial cukup umum terjadi dalam berbagai tugas, baik yang bersifat kogitif maupun yang melibatkan usaha fisik. Kemalasan sosial memiliki dampak negatif, terutama bagi organisasi maupun kelompok. Salah satu dampak negatif dari kemalasan sosial adalah berkurangnya performa kelompok. - Alnuaimi, Robert & Maruping (2009)
Kemalasan sosial merupakan masalah yang disebabkan karena kurangnya kontrol dan koordinasi dalam kelompok. - Karau dan Williams (1993)
Kemalasan sosial adalah kecenderungan individu untuk mengurangi motivasi dan usahanya saat bekerja dalam kelompok atau secara kolektif dibandingkan saat bekerja sendiri. Mereka menurunkan usaha mereka karena yakin tugas tersebut juga dikerjakan oleh orang lain.
Secara Umum
Kemalasan sosial yaitu suatu penurunan motivasi dan usaha bagi individu jika bekerja di dalam sebuah kelompok daripada individu bekerja secara mandiri atau pribadi.
Kemalasan sosial juga dikenal dengan nama social loafing yang pertama kali diperkenalkan oleh Latane, Williams dan Harkins dalam jurnal psikologi yang berjudul Many hands make light the work: The causes and consequences of social loafing pada tahun 1979.
Dimensi Kemalasan Sosial
Ada 2 dimensi kemalasan sosial yaitu dilution effect dan immediacy gap. Berikut ini penjelasan dari kedua dimensi kemalasan sosial tersebut yaitu:
- Dilution Effect
Dullution effect yaitu dimana individu atau pribadi kurang termotivasi dikarenakan merasa kontribusinya tidak memiliki arti. Atau dengan kata lain penghargaan yang diberikan kepada setiap individu tidak ada. - Immediacy Gap
Immediacy gap yaitu dimana individu merasa terasingkan dari kelompoknya. Hal ini dapat menjadi semakin jauh anggota kelompok dari anggotanya, maka ia akan semakin jauh dengan pekerjaan yang diberikan kepadanya.
Aspek Kemalasan Sosial
Terdapat 5 aspek di dalam kemalasan sosial diantaranya yaitu sikap pasif, menurunnya motivasi individu, pelebaran tanggung jawab, mendompleng kepada usaha orang lain dan penurunan kesadaran akan evaluasi dari orang lain. Berikut ini penjelasan dari kelima aspek tersebut yaitu:
- Sikap Pasif
Anggota kelompok lebih memilih diam dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk melakukan kerja atau usaha di dalam kelompok. - Menurunnya Motivasi Individu
Individu akan menjadi kurang termotivasi untuk terlibat atau melakukan kegiatan di dalam keadaan bersama sama dengan orang lain. Mereka kurang termotivasi untuk terlibat atau masuk ke dalam diskusi, dikarenakan berada di dalam lingkungan yang ada orang lain yang mungkin mau untuk melakukan respon yang lebih. - Pelebaran Tanggung Jawab
Usaha yang dilakukan oleh para anggota kelompok yaitu untuk mencapai tujuan dari kelompok, maka harus dikerjakan secara bersama oleh para anggota kelompok. - Mendompleng kepada Usaha Orang Lain
Individu yang paham masih ada orang lain yang mau melakukan usaha atau kerja di dalam kelompok akan tergoda untuk mendompleng pada anggota lain yang melakukan usaha di dalam kelompok. - Penurunan Kesadaran akan Evaluasi dari Orang Lain
Kemalasan sosial dapat terjadi dikarenakan situasi kelompok terjadi penurunan pada kesadaran akan evaluasi dari orang lain terhadap dirinya.
Penyebab Kemalasan Sosial
- Pengaturan Sasaran tidak Maksimal
Tujuan dari kelompok yang tidak dibuat secara maksimal dapat menyebabkan seseorang dapat melakukan kemalasan sosial, dikarenakan menganggap kelompok akan dengan mudah dalam menyelesaikan tugas. Sehingga usaha dari anggota kelompok lainnya sudah cukup lebih dan tidak pelu mengeluarkan usaha yang lebih lagi. - Evaluasi Kelompok
Individu akan cenderung melakukan kemalasan sosial jika dirinya atau orang lain tidak adak yang mengevaluasi hasil dari pekerjaan yang dilakukan individu tersebut. - Atribusi dan Kesetaraan
Proses atribusai dapat menyebabkan suatu individu dapat melakukan kemalasan sosial, dikarenakan mereka menganggap orang lain tidak kompeten dan tidak berguna untuk mengeluarkan usaha yang lebih keras dari anggota kelompok lainnya. - Kontingensi Tidak Seimbang
Individu melakukan kemalasan sosial dikarenakan usaha yang dikeluarkannya dengan hasil yang didapatkan tidak sesuai dikarenakan berada di dalam kelompok. - Distribusi Keadilan
Terkadang individu memiliki persepsi bahwa hasil dari kerja keras setiap anggota kelompok tidak akan mendapatkan penghargaan yang sama dan hal itu akan menyebabkan individu mengurangi usaha atau kerja kerasanya di dalam kelompok. - Kohesi Kelompok
Suatu individu berada di dalam kelompok yang tidak kohesif akan cenderung melakukan kemalasan sosial dikarenakan sesama anggota dari kelompok tidak begitu mengenal satu sama lainnya. - Kinerja Rekan Kerja
Individu akan melakukan kemalasan sosial jika merasa usaha dari anggota kelompok lainnya lebih tinggi, sehingga individu tidak perlu mengeluarkan usaha yang lebih keras. - Kolektivitas Individu
Individu yang berasal dari budaya individualis akan melakukan kemalasan sosial daripada individu yang berasal dari budaya kolektivis. Hal ini disebabkan karena individu dengan budaya kolektivitas yang akan lebih berorientasi pada kelompok. - Motivasi Berprestasi
Biasanya individu dengan prestasi yang rendah akan dengan mudah melakukan kemalasan sosial, dikarenakan tidak ada motivasi yang bisa mengeliminasi kecenderungan individu untuk melakukan kemalasan sosial. - Ukuran Kelompok
Semakin banyak atau besar anggota dari kelompok maka akan meningkatkan seseorang untuk melakukan kemalasan sosial. Individu akan merasa keberadaannya terbagi dengan anggota lainnya.
Contoh Kemalasan Sosial
Pada saat sedang mengerjakan tugas kelompok yang diberikan oleh seorang guru, Rani yang dari awal bergabung ke dalam kelompok yang telah ditentukan oleh guru tersebut kurang merasa antusias melakukan diskusi tersebut. Kondisi ini diperparah lagi dengan adanya anggota kelompok Rani lainnya yang terdiri dari seseorang yang sangat pandai di dalam kelas.
Hal ini semakin memberikan motivasi kepada Rani untuk tidak berkontribusi di dalam kelompok tersebut. Rani menganggap bahwa pendapatnya tidak akan dianggap oleh anggota lainnya, dikarenakan Rani bukan merupakan anak atau siswa yang pandai di kelasnya. Ketidakmauan atau keengganan Rani inilah yang disebut dengan kemalasan sosial.
Dampak Kemalasan Sosial
- Kemalasan sosial dapat menimbulkan rasa iri dan menurunkan potens dari kelompok yang nantinya akan berpengaruh kepada kehadiran, kepuasan dan performa dari kelompok.
- Dampak dari kemalasan sosial dapat menghilangkan motivasi kerja para anggota kelompok lainnya.
- Dampak dari kemalasan sosial akan mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk dapat melatih dan mengembangkan diri sendiri.
- Dampak dari kemalasan sosial yaitu terhambatnya produktivitas dari individu dikarenakan harus bekerja di dalam kelompok.
Cara Mengatasi Kemalasan Sosial
- Bekerja bersama beberapa orang yang saling menghargai kinerja satu dengan lainnya.
- Bekerja di dalam kelompok kecil.
- Adanya penekanan usaha dan hasil dari individual dibandingkan kelompok.
- Memberikan pemahaman kepada anggota kelompok, bahwa setiap tugas individu di dalam kelompok itu penting di dalam menyelesaikan tugas.
- Meningkatkan komitmen semua anggota yang berada di dalam kelompok.
- Melakukan evaluasi pada setiap tugas dari individu, dikarenakan dengan adanya evaluasi dapat diketahui seberapa besar kontribusi individu di dalam kelompok.
- Setiap anggota kelompok menganggap tugas masing masing penting bagi kelompoknya.
- Berpandangan bahwa keikutsertaan individu di dalam kelompok merupakan hal yang penting.