Overdosis Agama di Indonesia – Contoh dan Dampak

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Indonesia memiliki banyak agama yang diakui, tetapi pada kenyataannya masyarakat Indonesia tidak “sebaik” itu. Masih banyak konflik-konflik yang melibatkan unsur keagamaan. Contohnya perbedaan pendapat antar kelompok – kelompok keagamaan. Kejadian ini seharusnya tidak perlu terjadi jika kedua belah pihak tidak “overdosis” terhadap ajaran dalam kelompoknya masing- masing.

Apa yang Dimaksud Overdosis?

Overdosis merupakan istilah yang biasa dipakai dalam dunia kedokteran. Istilah ini merujuk pada gejala terjadinya keracunan akibat obat yang melebihi dosis yang bisa di terima oleh tubuh. Dalam agama, istilah overdosis ini dipakai sebagai bentuk dari berlebihan dalam beragama. Sama seperti obat, jika terlalu berlebihan dalam agama juga akan menjadi “racun” untuk diri kita sendiri.

Contoh Permasalahan yang Dapat Terjadi

Setiap ajaran agama itu baik, tetapi apakah yang mengajarkan atau orang yang membawakan ajaran agamanya tersebut benar – benar murni secara objektif atau subjektif? Ini yang menjadi permasalahan. Di Indonesia penyebaran ajaran agama dapat melalui berbagai hal mulai dari tempat ibadah, tv, radio, majalah, koran, media sosial, dan lainnya.

Jika di dalam tempat ibadah mungkin hanya orang – orang dalam satu ruangan saja yang mendengar ajaran yang diberikan. Tetapi bagaimana jika melalui media sosial? Semua orang dapat menggunakan media sosial, yang berarti semua orang juga dapat menyebarkan ajaran agama melalui media sosial tersebut. Tentu saja penyebarannya tidak dapat dikontrol lagi.  Belum tentu semua orang benar-benar “tahu” tentang hal yang disebarkannya. Hal tersebut bisa saja menyeleweng dari ajaran agamanya sendiri, sehingga dapat mempengaruhi orang lain terhadap isu yang tidak benar serta menyebabkan konflik.

Setiap orang yang bertugas untuk memberitakan agama itu diberikan hikmat dari Tuhannya dan diberikan kepercayaan dari masyarakat. Untuk itu ia memegang tanggung jawab yang sangat besar untuk memberitakan kebenaran sesuai dengan kitab suci masing – masing agama. Maka dari itu tidak bisa sembarangan orang untuk memberitakan agama.  Haruslah orang yang benar – benar memiliki iman dan dapat bersikap objektif. Selain itu, setiap orang yang mau menyebarkan tentang kebenaran agama harus benar – benar mengerti tentang apa yang ia sebarkan dan apa dampak yang akan terjadi.

Dampak Overdosis Agama

Dalam pesan agama pun, kita sering diajarkan untuk “sedang-sedang” saja dalam mengkonsumsi atau melakukan sesuatu. Hal ini dimaksudkan agar kita tidak menjadi fanatik. Mungkin orang dapat berkata “kita tidak fanatik, kita mempunyai agama yang benar”, tetapi apakah benar begitu? Justru itu adalah sikap fanatik.

Seseorang yang fanatik memiliki standar yang ketat dalam pola pikirnya dan cenderung tidak mau mendengarkan opini maupun ide yang dianggapnya bertentangan. Ia menganggap ajaran agamanya yang paling benar sementara yang lain salah.

Hal ini mempersempit manusia untuk menerima pendapat lain yang bukan berasal dari kelompok agamanya.  Sebagai contoh dalam kelompok agama A menyatakan bahwa hari raya diperingati pada hari minggu, sedangkan kelompok B menyatakan hari senin. Perbedaan mendasar seperti ini saja terkadang dapat menimbulkan konflik.

Untuk kita tidak boleh terlalu berpusat pada ajaran dalam kelompok kita saja. Pikiran kita harus terbuka terhadap setiap kemungkinan. Kelompok A dan B memiliki anggota yang berbeda, sehingga berbeda juga pemikirannya. Asalkan tujuannya itu baik, tidak merugikan orang lain, dan sesuai dengan kitab suci agamanya, maka kita tidak perlu mempermasalahkan perbedaan kecil seperti itu. Disini dapat kita lihat sikap saling toleransi antar umat beragama sangatlah penting.

Kesimpulannya, sikap overdosis dalam suatu agama itu harus dihindari. Kita tidak bisa mengklaim apakah agama paling benar di dunia adalah agama yang kita anut? Semua hal akan menjadi baik jika sesuai dengan takarannya. Kita boleh saja mendalami dan mengikuti ajaran agama kita, tetapi kita juga harus cermat memilah – milah mana ajaran yang benar dan tidak. Kita tidak bisa berpatokan pada orang yang menyampaikan ajaran agama, karena orang tersebut bisa saja salah.

Sebaiknya saat kita mendengarkan atau membaca segala hal yang bersangkutan dengan agama kita pastikan dahulu kebenarannya. Apakah ajaran tersebut sesuai dengan kitab suci yang merupakan sumber kebenaran?. Selain itu kita pun harus terbuka dan mau bertoleransi dengan perbedaan ajaran agama lain. Jika hal ini dapat dilakukan maka tentu saja dapat menghindari konflik yang tidak perlu dan mencegah terpecah belahnya negara Indonesia.

fbWhatsappTwitterLinkedIn