Daftar isi
Peristiwa Bandung Lautan Api merupakan peristiwa heroik yang sangat penting bagi bangsa Indonesia, peristiwa ini terjadi satu tahun setelah proklamasi kemerdekaan. Rupanya para penjajah masih ingin menguasai kembali Indonesia.
Berikut adalah beberapa tokoh yang menjadi pahlawan karena memiliki peranan penting pada peristiwa Bandung Lautan Api.
Mohammad Toha adalah salah satu tokoh penting yang melakukan tindakan heroik dengan membakar gudang senjata miliki Belanda. Gudang yang menyimpan sekitar 18 ribu ton bahan peledak dan ribuan senjata sengaja ditargetkan oleh Moh Toha untuk menjatuhkan Belanda.
Tindakan yang dilakukan Moh Toha itu sebenarnya sudah dilarang oleh atasannya, namun Toha bersikeras meledakkannya. Gudang senjata akhirnya meledak, namun sayangnya Moh Toha turut gugur ketika meledakkan gudang tersebut.
AH Nasution adalah Komandan Divisi III TRI pada saat itu, beliau yang memerintahkan rakyat Bandung untuk mengungsi setelah mengumumkan hasil musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Priangan bersama pejuang yang lain.
AH Nasution mengawal rakyat Bandung menuju ke arah selatan Bandung, sementara kota Bandung dibakar dengan tujuan agar tidak dapat digunakan sebagai markas oleh Sekutu.
Sutan Sjahrir pada saat itu adalah Perdana Menteri Republik Indonesia, memiliki peranan penting terhadap pelaksanaan pembakaran kota Bandung. Setelah AH Nasution mendiskusikan tentang ultimatum yang diberikan oleh Sekutu, Sutan Sjahrir mengambil keputusan berani dengan menyetujui dan mendukung rakyat untuk membakar kota Bandung.
Nama Mayor jarang didengar di antara tokoh Bandung Lautan Api, namun sebenarnya Komandan Polisi Militer kota Bandung tersebut memiliki peranan paling penting pada peristiwa heroik tersebut. Mayor Rukana adalah sosok yang memberi ide pembakaran kota Bandung, karena kecintaannya pada kota Bandung beliau tak mau Bandung jatuh ke tangan Sekutu.
Tak hanya Tentara Republik Indonesia, Polisi dan pejuang yang berperan dalam eksekusi Bandung Lautan Api. Atje Bastaman adalah wartawan muda yang menyaksikan langsung, Atje Bastaman menyaksikan Bandung terbakar dari Cicadas sampai Cimidi.
Atje kemudian memberitakan peristiwa tersebut di koran Suara Merdeka yang terbit tanggal 26 Maret 1946 dengan judul Bandoeng Lautan Api. Judul tersebut akhirnya menjadi sebutan untuk peristiwa heroik tersebut.
Ismail Marzuki memang tidak secara langsung terlibat peristiwa Bandung Lautan Api, beliau pada peristiwa itu adalah rakyat yang mengungsi dari Bandung. Bersama istrinya, Ismail Marzuki mengungsi ke wilayah selatan Bandung.
Pengalaman beliau pada saat itu kemudian ditulis menjadi lagu berjudul Halo-halo Bandung yang saat ini resmi menjadi lagu nasional yang dikumandangkan untuk mengingat peristiwa Bandung Lautan Api.
Peristiwa Bandung Lautan Api pada tanggal 23 Maret 1946 berawal ketika tentara Sekutu (Inggris) masuk ke wilayah Bandung di tahun 1945, bersamaan dengan hal tersebut pemuda Bandung juga sedang berjuan untuk mengusir dan merebut senjata pasukan Jepang. Kehadiran Sekutu ternyata juga dibarengi dengan tentara NICA (Belanda).
Tentara Nica rupanya memiliki maksud tertentu dibalik kedatangan Tentara Sekutu yang sebenarnya datang ke Bandung hanya untuk membebaskan tentaranya yang menjadi tahanan Jepang. Jepang sudah tidak berdaya pada saat itu, karena baru saja kalah telak di Perang Dunia II dengan jatuhnya Hiroshima-Nagasaki.
Tentara Nica mengeluarkan ultimatum yang ditujukan bagi rakyat Bandung agar mengosongkan wilayah Bandung Utara, tujuannya untuk dijadikan markas tentara Nica. Namun ultimatum tersebut tidak digubris oleh Gubernur pada saat itu dan juga rakyat.
Hingga di tahun 1946, panglima tertinggi AFNEI yang berada di Jakarta memperingatkan Sutan Sjahrir yang pada saat itu adalah Perdana Menteri, agar memerintahkan tentara Indonesia dan rakyat Bandung untuk pergi dari wilayah Bandung.
Ultimatum tersebut diabaikan oleh rakyat Bandung, hingga sampai batas waktu di tanggal 29 November 1945 pukul 12.00 rakyat Bandung tidak mengosongkan kota, Sekutu mengancam akan melancarkan serangan-serangan.
Di tanggal 24 Maret 1946, Kolonel AH Nasution, memutuskan untuk membakar habis kota Bandung. Keputusan dan tindakan ini diambil secara cepat dan melibatkan beberapa tokoh yang berperan penting untuk mengeksekusi rencana membumi hanguskan Bandung. Tindakan membakar habis sudut-sudut penting kota Bandung itu diluar ekspektasi tentara Sekutu.
Gedung-gedung penting sengaja dibakar rakyat agar tidak dapat digunakan oleh tentara Sekutu, begitu juga rumah-rumah warga dan berbagai bangunan. Rakyat dan Tentara Republik Indonesia bersama-sama bergerak mundur ke Bandung Selatan setelah melakukan pembakaran.