Daftar isi
Jakarta atau Batavia sejak dulu selalu menjadi sentra pemerintahan. Namun, tahukah kamu bahwa daerah ini juga turut melahirkan para tokoh-tokoh pejuang yang hebat? Mereka yang rela mengorbankan dirinya untuk kemerdekaan. Siapa saja tokoh pahlawan asal Jakarta? Selengkapnya akan kita bahas berikut ini.
1. Mohammad Husni Thamrin
Mohammad Husni Thamrin atau yang lebih dikenal dengan MH Thamrin merupakan salah satu tokoh pahlawan dari Jakarta. Ia lahir di Kampung Sawah Besar pada tanggal 16 Februari 1894. Ia merupakan akan dari pasamgan Thamrin Muhammad Tabri dan Nurhamah. Ia memiliki darah atau keturunan Eropa karena Kakeknya merupakan orang Inggris yang menikah dengan perempuan Betawi.
Meskipun, ia berasal dari keluarga terpandang, tak membuat dirinya enggan untuk bermain dengan anak-anak jelata. Ia merasakan bagaiamana susahnya menjalani hidup menjadi orang kelas bawah. Oleh sebab itu, sejak duduk menjadi anggota dewan ia kerap menjadi sosok yang membela rakyat kecil. Karirnya dimulai 0ada usia 25 tahun saat ia menjadi anggota DPRD. Ia menuntut agar pemerintah lebih memerhatikan warga yang ada di kampung Jakarta dengan dibangunnya saluran air besar agar terhindar dari banjir.
Tidak hanya itu, pada tahun 1927 ia diangkat menjadi anggota Volksraad atau DPR. Saat itu, ia mendesak agar perlakuan buruh di daerah Sumatera Timur dihentikan. Kemudian, pada tahun 1939, ia juga menjadi wakil ketua Partai Indonesia Raya. Ia berjuang mengganti istilah inlander menjadi Indonesia atau Indonesisch.
Pada tanggal 6 Januari 1941, MH Thamrin menjadi tahanan rumah karena dinilai telah berkhianat kelada Belanda. Meskipun saat itu ia tengah jatuh sakit, namun perhatiannya selalu tertuju pada rakyat. MH Thamrin meninggal dunia pada tanggal 11 Januari 1941 dengan jenazahnya diantara ribuan orang menuju peristirahatan terakhir. Ia dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta. Atas semua jasanya, ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1960. Namanya pun dibadaikan menjadi salah satu nama jalan protokol yang ada di DKI. Bahkan namanya diabadikan dalam bentuk museum yang ada di Menteng, Jakarta Pusat.
2. Wage Rudolf Supratman
Wage Rudolf Supratman atau yang lebih dikenal dengan WR Supratman merupakan sosok dibalik lagu Indonesia Raya. Lagu tersebut dikukuhkan menjadi lagu kebangsaan saat ia dalam keadaan terancam yakni dikejar oleh polisi Hindia Belanda. Pihak Belanda mempunyai kekhawatiran lagu tersebut dapat membakar semangat rakyat dalan mencapai kemerdekaan. Sehingga mereka melarang lagu tersebut untuk dinyanyikan. Meskipun pada akhirnya Belanda mengizinkan lagu tersebut untuk dinyanyikan dengan catatan tanpa lirik “merdeka”.
Selain menciptakan lagu, ia juga berperan penting dalam dunia jurnalis. Namun, karena faktor kondisi kesehatan yang terus menurun, membuat dirinya mengundurkan diri dari Surat Kabar Sin Po pada tahun 1933. WR Supratman meninggal dunia pada tanggal 17 Agustus 1938 di Surabaya. Atas semua jasanya, ia diberi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1970. Tidak hanya itu, pada tahun 2013, pemerintah menetapkan hari kelahiran WR Supratman yakni tanggal 9 Maret sebagai Hari Musik Nasional.
3. Ismail Marzuki
Ismail Marzuki lahir pada tanggal 11 Mei 1914 di Kwitang, Jakarta. Ia tumbuh menjadi sosok yang mencintai dunia musik. Ia pernah mengenyam pendidikan di MULO. Ia bersama temannya membuat grup musik. “O Sarinah” adalah lagu pertama yang diciptakannya saat berusia 17 tahun. Lagu itu menggambarkan kehidupan masyarakat pada masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1936, ia bergabung ke dalam Liev Java sebagai pemain saksofon dan gitaris.
Pada masa kependudukan Jepang, ia terlibat aktif dalam orkes radio militer milik Jepang. Kemudian, ia juga melakukan siaran di RRI. Sayangnya, siaran tersebut berakhir karena RRI diduduki oleh Belanda. Ismail Marzuki meninggal dunia pada tanggal 25 Mei 1958 pada usia 44 tahun. Ia meninggal karena sakit. Untuk menghormati jasa-jasanya ia diberi gelar pahlawan nasional pada tahun 2004. Tidak hanya itu, pemerintah juga membangun pusat seni dan kebudayaan Taman Ismail Marzuki di Cikini, Jakarta Pusat.
4. Abdulrahcman Saleh
Abdulrachman Saleh lahir pada tanggalnl 1 Juli 1908. Ia merupakan salah seorang pahlawan yang merintis TNI AU. Selain itu, ia juga memiliki keahlian di bidang kesehatan yakni sebagai dokter.
Ia pernah mengenyam pendidikan di HIS, MULO, AMS dan STOVIA. Kemudian ia melanjutkan dan mengembangkan ilmu faal atau fisiologi. Oleh sebab itu, ia ditetapkan menjadi Bapak Ilmu Faal Indonesia oleh Universitas Indonesia pada tahun 1958. Pada tahun 1945, ia diangkat sebagai Komandan Pangkalan Udara Madiun. Ia juga merupakan salah satu dari tokoh RRI dan pendiri sekolah teknik udara dan sekolah radio udara di Malang. Untuk mengembangkan informasi, ia juga mendirikan sebuah pemancar.
Abdulrachman Saleh meninggal dunia setelah pesawat yang ditumpanginya ditembak oleh Belanda. Saat itu, ia bersama Adisutjipto diperintahkan ke India.Keduanya singgah di Singapura untuk mengambil bantuan obat dari PMR Malaysia sebelum pulang ke Indonesia. Saat di Yogyakarta, pesawat mereka ditembak oleh dua pesawat P-49 Kitty Hawk Belanda. Akibat hilang kendali, pesawat tersebut menabrak pohon dan membuat Saleh tewas dalam kejadian tersebut. Atas semua jasanya, ia diberi gelar Pahlawan Nasional pada tanggal 9 November 1974.
5. Pierre Tendean
Pierre Andreas Tendean lahir pada tanggal 21 februari 1939. Ia merupakan anak dari pasangan AL Tenderan dan Me Cornet. Ia pernah menempuh pendidikan di Akademi Zeni Angkatan Darat. Setelah ituz ia melanjutkan karir militernya di bidang intelijen. Saat terjadi Operasi Dwikora, ia sukses menyusup ke Malaysia denhan menyamar sebagai turis. Hal ini dikarenakan wajahnya yang menyerupai turis dan kemampuan berbahasanya.
Pada tahun 1965, ia ditunjuk sebagai Ajudan Jenderal Abdul Haris Nasution. Namun, hal itu tak berlangsung lama. Ja menjadi tameng AH Nasution saat adanya penangkapan oleh pasukan Cakrabirawa. Ia ditangkap dan dibawa keUbang Buaya pada tanggal 1 Oktober 1965. Bersama dengan 6 jenderal lainnya, ia gugur akibat penyiksaan yang dilakukan PKI. Jasadnya kemudian dimakamkan di TMPN Utama Kalibata. Atas semua jasanya, ia ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada tahun 1965.
Itulah sejumlah tokoh pahlawan nasional dari Jakarta. Di mana dua di antaranya merupakan sosok yang berkecimpung di dunia musik. Mereka yang melahirkan karya indah pembakar semangat rakyat untuk berjuang merebut kemerdekaan. Mereka adalah WR suprtaman yang menciptakan lagu Indonesia Raya. Lagu yang menjadi pengiring dalam pengibaran bendera. Ada hak menarik dari penetapan lagu Indonesia Raya yang di mana saat itu, WR Supratman tengah dikejar oleh polisi Belanda. Selain ada WR Supratman ada juga Ismail Marzuki yang telah menciptakan beberapa lagu seperti Rayuan Pulau Kelapa, O Sarinah dan lainnya.
Tidak hanya kedua tokoh tersebut, ada juga Abdulrachman Saleh dan Pierre Tenderan. Mereka adalah dua tokoh yang berkecimpung di bidang militer. Keduanya gugur saat sedang menjalankan tugas. Bedanya, Saleh meninggal karena ditembak oleh Belanda sedangka Pierre karena disiksa PKI.
Terakhir, ada MH Thamrin sosok yang kerap memerjuangkan hak rakyat kecil. Ia yang menjadi pendengar dan penyalur keluhan rakyat kecil. Bahkan di tengah sakitnya pun ia masih memikirkan rakyat kecil. Beberapa kali menduduki jabatan sebagai wakil rakyat membuat dia mengetahui betul bagaimana nasib rakyat kecil.