IPS

7 Pengaruh Hindu Budha Bagi Indonesia Beserta Penjelasannya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Hindu Budha mulai memasuki wilayah Indonesia pada awal abad  ke-5 hingga abad 16 M. Kedatangan Hindu Budha ini membawa pengaruh yang cukup signifikan dan mencakup hampir seluruh aspek kehidupan di Indonesia. Berikut adalah pengaruh Hindu Budha di Indonesia.

1. Arsitektur Bangunan

Indonesia memiliki banyak sekali bangunan-bangunan candi. Bangunan candi tersebut merupakan salah satu bentuk dari kebudayaan Hindu-Budha seperti candi Prambanan, Borobudur, Candi Dieng dan lainnya. Sejak Hindu-Budha masuk ke Indonesia teknik pembangunan meningkat dengan pesat.

Candi-candi tersebut memiliki fungsi yang bermacam-macam mulai dari pemandian, pemujaan, pemakaman, hingga asrama bagi para pemuka agama. Pada umumnya masyarakat Hindu menggunakan candi sebagai tempat pemujaan, sedangkan masyarakat Budha membangun candi untuk tempat pemakaman.

2. Bahasa dan Aksara

Sebelum masuknya Hindu-budha keadaan masyarakat di Indonesia belum mengenal bahasa dan tulisan atau aksara. Namun keadaan ini berubah setelah pengaruh Hindu-Budha masuk. Huruf yang digunakan pada saat itu adalah huruf pallawa. Huruf pallawa adalah huruf yang digunakan di India bagian Selatan. Huruf Pallawa tersebut yang kemudian berkembang menjadi huruf kawi, Jawa Kuno, Bali Kuno, Lampung, Batak, dan Bugis-Makassar.

Berbeda dengan huruf pallawa, bahasa Sansekerta mengalami stagnasi karena hanya digunakan oleh kaum Brahmana. Bukti dari bahasa dan aksara ini ada pada kitab dan prasasti peninggalan kerajaan Hindu-Budha yang ditemukan.

3. Kesusasteraan

Huruf pallawa yang sudah digunakan masyarakat Indonesia dikembangkan ke dalam budaya tulisan. Sejak saat itu mulai bermunculan seni sastra yang juga menggunakan bahasa sansekerta. Seni tersebut berkembang menjadi media penulisan kesusastraan Indonesia Kuno. Seni sastra kuni tersebut biasanya berbentuk prosa, temabang, dan juga kakawin.

Jika dilihat dari isinya maka isi dari kesusastraan Indonesia Kuno adalah kitab keagamaan, kesusilaan, dan sejarah. Contoh hasil karya kesusastraan Indonesia kuno yang terkenal adalah kisah Ramayana dan Mahabarata.

4. Seni Ukir dan Pahatan

Pengaruh Hindu-Budha juga mencakup bidang kesenian. Hal ini bisa dilihat dari ukiran relief-relief yang terdapat pada candi-candi di Indonesia. Motif ukiran tersebut disesuaikan dengan ajaran yang dianut yaitu Hindu atau Budha.  Selain seni ukir, Hindu-Budha membawa pengaruh terhadap seni pahat dimana umumnya berupa arca yang berbentuk dewa-dewa kepercayaan mereka.

5. Sistem Kepercayaan

Masyarakat Indonesia pada zaman dahulu merupakan penganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Namun ajaran Hindu-Budha mengenalkan masyarakat kepada dewa-dewa sehingga mengubah kepercayaan masyarakat Indonesia. Ajaran tersebut berkembang pesat dan meluas hingga ke seluruh wilayah Nusantara terutama ajaran Budha. Budha lebih berkembang di masyarakat karena tidak mengenal kasta.

6. Sistem Pemerintahan

Ajaran Hindu-Budha mengenalkan masyarakat Indonesia kepada konsep kerajaan yang lebih terstruktur dan lebih berkembang. Sebelumnya sistem pemerintahan di Indonesia adalah kesukuan yang berada di bawah ketua suku. Proses pemilihan ketua suku dilakukan berdasarkan keturunan namun setelah menganut kerajaan sistem pemilihan berubah. Orang yang dipercaya untuk memimpin adalah orang yang memiliki keahlian khusus dan kekuatan.

Pemimpin tersebut adalah seorang Raja. Menurut ajaran Hindu, Raja merupakan seorang titisan dewa yang dipercaya untuk memimpin Bumi. Oleh sebab itu kekuasaan seorang raja tidak dapat diganggu gugat karena akan dianggap sama saja dengan menentang dewa Wisnu.

7. Sistem Kalender

Sebelum Hindu-Budha masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia menggunakan sistem kalender mongso dan wuku. Dalam kalender mongso yang digunakan untuk menentukan musim, satu tahun terdiri dari 12 musim. Sedangkan kalender wuku yang digunakan untuk menentukan upacara adat dan pertanian, satu tahun terdiri dari 30 wuku.

Sistem kalender ini kemudian ditinggalkan karena pengaruh dari  ajaran Hindu-Budha. Masyarakat mulai mengganti kalender wuku dan mongso dengan kalender saka yang terdiri dari 365 hari dalam satu tahun.