Daftar isi
Apabila mendengar ‘konflik sosial’, maka identik dengan suatu permasalahan. Kata konflik berasal dari kata kerja ‘configere’ yang artinya saling memukul. Secara umum, konflik adalah perselisihan, percekcokan, dan pertentangan.
Konflik juga diartikan sebagai proses sosial dua orang atau lebih yang berusaha menghancurkan atau menjatuhkan pihak lain. Konflik juga dapat berubah menjadi kekerasan apabila tidak ada penyelesaian dari pihak yang berhubungan.
Maka diperoleh kesimpulan bahwa konflik sosial adalah perselisihan atau percekcokan antar anggota masyarakat dalam kehidupan. Konflik disebabkan oleh beragam faktor, mulai dari perbedaan antar individu, kebudayaan, kepentingan, dan perubahan sosial.
Konflik sosial memiliki banyak definisi dari para ahli sosiolog. Setiap ahli mendefinisikan konflik sosial berdasarkan cara, tujuan, hingga proses yang terjadi. Lantas, apa pengertian konflik sosial menurut para ahli?
Soerjono Soekanto
Menurut Soerjono Soekanto, konflik sosial adalah cara untuk mendapatkan sesuatu dengan tujuan yang sudah ditentukan. Setiap individu akan melakukan berbagai cara demi mendapatkan hal yang diinginkan. Cara-cara ini bisa berupa kekerasan dan ancaman sebagai bentuk dari perselisihan kepada lawannya.
Simmel (1995)
Simmel mengartikan konflik sosial dengan singkat. Menurutnya, hubungan antar individu dalam kehidupan sosial adalah asosiasi. Maka dari itu, konflik sosial juga wajib disebut sebagai asosiasi.
R. E. Park
Dari pandangan R. E. Park, konflik sosial adalah bentuk dari suatu interaksi. Interaksi ini bisa terjadi antar individu maupun kelompok dalam kehidupan masyarakat.
Taman dan Burgess (1921)
Taman dan Burgess berpendapat bahwa konflik berbeda dari kompetisi atau persaingan. Konflik dinilai sebagai bentuk perjuangan antar individu atau kelompok individu yang terjadi tanpa komunikasi dan kontak.
Max Weber (1968)
Max Weber mengartikan konflik sosial sebagai hubungan sosial selama adanya tindakan serta tujuan yang diinginkan oleh suatu pihak ketika melawan pihak lain.
A. W. Hijau (1956)
A. W. Hijau mendefinisikan konflik sebagai usaha atau aksi yang disengaja dengan tujuan memaksa atau melawan pihak lain. Berbanding terbalik dari kerja sama, konflik termasuk upaya untuk menggagalkan rencana orang lain.
Gillin dan Gillin (1948)
Gillin dan Gillin memaknai konflik sosial sebagai proses sosial individu maupun kelompok untuk memperoleh tujuan dengan menentang pihak lain. Agar tujuannya tercapai, pihak yang berkonflik akan menggunakan kekerasan atau ancaman kepada pihak lawannya.
Konflik dapat disebut dengan perjuangan di antara pihak yang saling bersaing, berusaha mencapai tujuan, serta berusaha melenyapkan pihak lawan dengan membuatnya tidak berdaya.
Lacey (2003)
Lacey berpendapat bahwa konflik diibaratkan sebagai pertarungan benturan, gulatan, pertentangan kepentingan, opini atau tujuan, pergulatan mental, dan penderitaan batin. Konflik sudah bercampur dalam kehidupan masyarakat, sehingga setiap individu harus mampu berjuang untuk menghadapi konflik tersebut.
Zein (2001)
Zein mengutarakan beberapa makna dari konflik, antara lain sebagai berikut.
- Suatu perselisihan atau perdebatan dengan tujuan memenangkan atau meraih sesuatu
- Ketidaksetujuan pada sesuatu, argumentasi, pertengkaran atau perdebatan
- Perjuangan, peperangan maupun konfrontasi
- Keadaan rusuh dan ketidakstabilan gejolak
Peter Harris dan Ben Relly (1998)
Dua ahli ini menganggap sifat konflik yang paling keras terjadi pada satu dekade terakhir. Salah satu perubahan konflik yang paling dramatis adalah konflik antar negara (perang) menjadi konflik dalam negara.
Kartono
Ilmuwan sosiologi Kartono menjelaskan bahwa konflik adalah proses sosial yang bersifat antagonistik. Konflik sosial terjadi karena dua pihak tidak dapat diseimbangkan. Keduanya mempunyai tujuan, sikap, dan struktur nilai yang berbeda-beda sehingga timbul konflik sosial.
Contoh konflik antar individu yang dapat ditemui dalam kehidupan bermasyarakat menurut Kartono adalah konflik sesama teman di sekolah. Sementara konflik antara individu dan kelompok seperti konflik majikan dengan buruh. Lalu konflik antar kelompok yakni perdebatan sengit antara pedagang kaki lima dengan petugas ketertiban.
Killman dan Thomas (1978)
Menurut Killman dan Thomas, konflik adalah sebuah kondisi yang terjadi karena ketidakcocokan antar nilai atau tujuan yang ingin dicapai. Ketidakcocokan itu berlangsung pada diri seorang individu maupun kelompok dalam berhubungan dengan pihak lain.
Pace dan Faules (1994)
Pace dan Faules menjelaskan konflik sebagai ekspresi pertikaian antara satu individu dengan individu lain, satu kelompok dengan kelompok lain. Pertikaian tersebut terjadi karena berbagai alasan yang mengganggu masing-masing pihak. Dalam hal ini, pertikaian merujuk pada perbedaan dua atau lebih individu.
Robbin (1996)
Robbin berpendapat bahwa konflik ditentukan oleh persepsi atau pemikiran antar individu atau kelompok. Apabila individu atau kelompok beranggapan adanya konflik, maka kesimpulannya konflik tersebut sudah menjadi kenyataan atau ada.
Muchlas (1999)
Menurut Muchlas, konflik adalah suatu perilaku atau bentuk interaktif yang berlangsung dalam tingkatan individu, interpersonal, kelompok, maupun lingkup organisasi. Pada tingkat individu, konflik sangat dekat hubungannya dengan stres.
Daniel Webster
Tokoh politik Amerika Serikat Daniel Webster memberikan dua arti terkait konflik. Yang pertama, konflik adalah persaingan atau pertentangan antara pihak yang tidak saling cocok satu sama lain. Yang kedua, konflik merupakan keadaan atau perilaku yang bertentangan.
Rafl Dahrendorf
Menurut Rafl Dahrendorf, konflik sosial adalah pertentangan atau polarisasi kekuasaan serta wewenang yang tidak seimbang dan berakibat pada perbedaan kepentingan.