4 Konflik Antar Suku di Indonesia dan Penyebabnya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberagaman. Bahkan, Indonesia termasuk negara dengan etnis terbanyak di dunia. Memiliki banyak suku, agama, bahasa, tradisi dan kebudayaan ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti kondisi geografis Indonesia yang terletak dari Sabang sampai Merauke.

Masing-masing suku, ras, tradisi ini memiliki ciri khas dan karakteristiknya sendiri. Untuk menyatukan warga negara, pemerintah membuat semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu jua” dan menetapkan Pancasila sebagai dasar negara.

Namun, dikarenakan faktor keberagaman inilah negara Indonesia merasakan dampak negatifnya yakni kerap dihadapkan dengan permasalahan yang mengarah kepada perpecahan yaitu konflik. Di Indonesia, ada banyak permasalahan yang terjadi karena faktor perbedaan antar suku yang kemudian menimbulkan konflik.

Umumnya, konflik antar suku ini disebabkan oleh karena adanya primordialisme, adanya isu hoax, kesenjangan ekonomi, pendidikan rendah, perbedaan pendapat, keyakinan dan masih banyak lagi lainnya. Ada banyak konflik antar suku yang terjadi dengan berbagai faktor penyebab yang berbeda-beda. Adapun konflik antar suku yang pernah terjadi di Indonesia, antara lain:

  • Konflik Antara Etnis Tionghoa dan Pribumi di Tahun 1998

Konflik antar suku atau etnis yang ada di Indonesia yang pertama adalah konflik masyarakat etnis Tionghoa dengan masyarakat pribumi. Kerusuhan ini dikelan dengan sebutan ‘Kerusuhan Mei 1998’ yang terjadi di Jakarta dan beberapa daerah lainnya seperti Medan dan Surakarta.

Kerusuhan ini diawali dengan adanya krisis ekonomi Asia dan dipicu dengan tragedi Trisakti dimana empat mahasiswa terbunuh dalam aksi demonstrasi 12 Mei 1998 dan disusul dengan penurunan jabatan Presiden Soeharto serta pelantikan B. J. Habibie.

Pada kerusuhan ini banyak toko dan perusahaan miliki warga Indonesia keturunan Tionghoa dihancurkan oleh massa. Terdapat ratusan wanita yang menjadi korban pelecehan seksual, diperkosa secara beramai-ramai, dianiaya dan bahkan dibunuh.

Aksi ini bukan hanya semacam aksi sporadis melainkan kerusuhan dan pemerkosaan ini sudah disusun secara sistematis. Namun, sebab dan alasan dalam kerusuhan antar suku ini masih dipenuhi dengan ketidakjelasan dan menjadi kontroversi hingga hari ini.

Masyarakat Indonesia setuju bahwa peristiwa ini menjadi lembaran hitam sejarah Indonesia, sementara pihak Tiongha merasa ini merupakan suatu tindakan pembasmian (genosida) terhadap warga etnis Tionghoa.

Kontroversi peristiwa ini dikarenakan masih belum tahu kepastian dari sebab kejadian ini apakah merupakan sebuah rencana yang disusun oleh pemerintah atau bentuk provokasi dari kelompok tertentu untuk mengambil keuntungan dari kerusuhan ini.

Konflik perang Sampit ini ialah konflik yang terjadi di Sampit, Kalimantan Tengah antara suku Dayak dan suku Madura. Penyebab dari konflik ini cukup panjang dengan beberapa kali terjadi konflik dan konflik yang terbesar terjadi pada tahun 2001. Awalnya, suku Dayak selaku suku asli Kalimantan masih menerima kedatangan para transmigran suku Madura ke wilayahnya.

Namun, hubungan yang harmonis antara suku Dayak dan Madura mulai terkoyak kembali karena adanya kesalahpahaman di antara mereka. Secara garis besar, penyebab utama konflik dan perang Sampit ini dikarenakan perbedaan suku, budaya dan tradisi antara suku Dayak dan suku Madura.

Orang Dayak yang merasa menjadi masyarakat pribumi merasa terganggu karena adanya perilaku yang mereka anggap tidak wajar dari orang Madura selaku warga pendatang.

Secara lebih rincinya, penyebab terjadinya konflik suku terbesar yang terjadi di Indonesia ini ialah adanya perbedaan budaya antara suku Dayak dan Madura, perilaku suku Madura yang tidak menyenangkan, pinjam meminjam tanah antar suku (di mana suku Dayak memiliki budaya meminjamkan tanahnya tetapi dengan syarat dikembalikan, namun orang Madura justru enggan mengembalikan tanah yang mereka pinjam dari orang Dayak), permasalahan ekonomi dan adanya perdamaian yang dilanggar suku Madura.

Dari beberapa sebab inilah yang akhirnya memicu konflik antar suku hingga pada puncaknya terjadi perang Sampit yang menewaskan ratusan warga.

Pada tahun 2009, terjadi konflik antara suku Lampung dan suku Bali. Kala itu, suku Bali menjadi suku pendatang yang berada di Lampung. Konflik ini dipicu karena adanya permasalahan yang terjadi antara dua orang yang berasal dari kedua suku tersebut.

Konflik ini sempat menimbulkan korban jiwa sebanyak 12 orang, yang kemudian perintah bertindak tegas melalui TNI dan aparat kepolisian untuk mengajak kedua suku yang berkonflik melakukan perundingan. Dan pada akhirnya, konflik antara suku Lampung dan suku Bali dapat diredam dengan hasil keputusan perundingan damai hingga saat ini.

  • Konflik Antar Suku Papua

Sampai saat ini, tanah Papua belum juga terlepas dari konflik bersenjata. Dari masa Orde Baru hingga Reformasi, konflik antar suku Papua dengan kelompok separatisme pendukung kemerdekaan Papua masih terus terjadi.

Ada berbagai konflik suku Papua yang semuanya meinimbulkan korban jiwa mulai dari tragedi Wamena Oktober 2000 (tragedi pengibaran Bendera Bintang Kejora simbol kemerdekaan Papua di sekitar Wamena), peristiwa Wamena 2003 (peristiwa pembobolan markas dan gudang senjata di Wamena), tragedi Universitas Cenderawasih 2006, tragedi Paniai 2014, demonstrasi tolak rasisme yang berujung kerusuhan, pembunuhan pendeta Yeremia Zanambani, dan yang terbaru terjadi konflik mengerikan pada Januari 2022.

Konflik terbaru in ialah konflik antar suku Nduga dan suku Lani Jaya. Penyebab konflik ini dikarenakan adanya pembunuhan seorang warga suku Nduga. Peristiwa ini mengakibatkan 40 rumah Honai Papua terbakar, 21 orang tercatat mengalami luka-luka dan 1 orang dinyatakan meninggal dunia. Namun konflik tersebut akhirnya bisa diredam dengan melakukan kesepakatan dan perdamaian antar kedua belah pihak.

Dan inilah beberapa contoh konflik antar suku yang pernah terjadi. Tidak hanya keempat konflik saja, melainkan masih ada lagi konflik-konflik antar suku lainnya pernah terjadi di Indonesia. Semoga bermanfaat.

fbWhatsappTwitterLinkedIn