6 Peninggalan Belanda yang Masih dimanfaatkan Beserta Penjelasannya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Jika berbicara sejarah Indonesia pasti tidak lepas dengan masa penjajahan bangsa Eropa dan Jepang. Mereka menguasai Indonesia selama bertahun-tahun bangsa Indonesai bekerja di bawah pimpinan mereka.

Hasil dari kerja leluhur kita di masa penjajahan masih bisa kita lihat hingga saat ini. Bahkan beberapa dari peninggalan tersebut masih berfungsi. Berikut adalah daftar peninggalan Belanda di Indonesia yang masih bisa digunakan

1. Bendungan Katulampa, Bogor

Bendungan Katulampa

Bendungan ini berada di kota hujan Bogor. Nama ”Katulampa” diambil dari bahasa Sansekerta yang artinya “batu hitam”. Bendungan ini mulai dirancang sejak tahun 1908 dan dibangun pada 16 April 1911 oleh Ir. Van Breen. Untuk membuat bendungan ini Belanda mengeluarkan biaya sebanyak 80.000 gulden.

Akhirnya proses pembuatan bendungan selesai dan beroperasi di 11 Oktober  1912 yang kemudian diresmikan oleh Gubernur Jendral Hindia-Belanda  AW Frederick Idenburg. Bendungan ini dibuat karena banjir besar yang melanda kota Jakarta pada tahun 1872 dan mengakibatkan kawasan elit Harmoni turut terendam banjir. Banjir tersebut berasal dari luapan air sungai Ciliwung.

Pada awalnya bendungan ini dibuat hanya untuk memantau ketinggian atau debit air ciliwung. Namun bendungan  Katalumpu kemudian dimanfaatkan juga untuk irigasi sawah seluas kurang lebih 5000 hektar. Sawah-sawah tersebut berada di samping kanan dan kiri bendungan.

Saat ini sawah-sawah tersebut sudah tidak ada lagi dan berubah menjadi pemukiman. Namun bendungan ini tetap difungsikan sebagai pos pemantau debit air.

2. Waduk Pacal, Bojonegoro

Waduk Pacal

Waduk Pacal berada di tengah hutan jati di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang , Bojonegoro. Bangunan yang berdiri pada tahun 1924 dan diresmikan  pada tahun 1933 ini masih berdiri kokoh hingga sekarang.

Waduk ini dibangun untuk mengatasi kemiskinan yang melanda Bojonegoro sekitar tahun 1900 sampai 1920 yang bahkan menjadi periode terburuk saat itu. Masyarakat Bojonegoro banyak yang sakit bahkan meninggal. Oleh sebab itu dibangunlah waduk seluas 520 hektar ini untuk dijadikan sumber air pertanian warga Bojonegoro.

Waduk ini mampu menyimpan persediaan air sebanyak 41 juta meter kubik. Namun saat ini waduk tersebut hanya mampu menampung air sebanyak 19 meter kubik akibat dasar waduk yang mengalami pengendapan dan pendangkalan secara terus menerus.

3. Jalan Anyer Panarukan

Jalan Anyer Panarukan

Jalanan sepanjang  1000 km ini membentang dari Anyer hingga ke Panarukan. Mungkin dari berbagai peninggalan Belanda lainnya jalan ini lah yang paling terkenal karena banyak dibahas di buku-buku sejarah. Jalan yang dikenal sebagai jalan Deandels ini dibangun dari tahun 1808 dan selesai tahun 1811 oleh Gubernus Jendral Herman William Deandels.

Pembuatan jalanan ini begitu dikenang oleh masyarakat Indonesia karena melibatakan banyak orang hingga menyebabkan ribuan pekerja meninggal. Jalan yang hingga kini masih beroperasi ini tercatat dalam sejarah telah memakan sebanyak  12 ribu orang hilang dalam proses pembangunan.

Pada awalnya Gubernur Jendral yang diberi julukan ”mas galak” ini berencana membuat jalan dari Anyer hingga ke Batavia (Jakarta). Namun Deandels menyadari potensi sumber daya alam yang ada di wilayah timur. Akhirnya Deandels pun memutuskan untuk memperpanjang jalan hingga ke Panarukan.

Tujuan Deandels membangun jalan ini adalah untuk mempermudah berkirim surat antar daerah kekuasaannya di Jawa sekaligus menjadi akses untuk memperlancar sistem tanam paksa. Jalan ini lah yang kemudian menginspirasi pemerintah di dearah lain untuk membangun jalan raya.

4. Pabrik Gula Winangun atau Gondang Baru, Semarang

Pabrik Gula Winangun atau Gondang Baru

Pabrik gulayang dahulu bernama Winagoen ini dibangun oleh NV Klatensche Cultuur Maatschappij pada tahun 1860. Pabrik ini menjadi pabrik menjadi penghasil gula terbaik pada saat itu karena mesin-mesin yang digunakan adalah mesin berteknologi canggih.

Kantor pusat NV Klatensche Cultuur Maatschappij berada di Amsterdam namun pengelolaan pabrik ini diberikan kepada NV Mirandolle Vaute dan Co yang berada di Semarang. Pabrik ini sempat berhenti beroperasi akibat krisis ekonomi dunia pada tahun 1930-1035. Namun setelah itu pabrik gula ini kembali beroperasi hingga tahun 1940 dipimpin oleh Boerman dan MFH Breemers.

Pabrik ini mengganti mesin turbin air dengan mesin uap sehingga bisa menghasilkan produk yang berlimpah. Mesin uap yang digunakan sejak tahun 1884 itu masih berfungsi hingga sekarang. Begitu juga dengan mesin-mesin abad 19 lainnya.

5. Gereja Katedral, Jakarta

Gereja Katedral

Gereja yang saat ini termasuk sebagai bangunan cagar budaya Indonesia ini melewati berbagai lika liku dalam pembangunanya. Gereja ini mulai dibangun pada tahun 1807 bersamaan dengan pengangkatan Pastor Nelissen sebagai prefek apostik Hinda Belanda. Pada saat itulah penyebaran misi dan pembangunan gereja Katolik dimulai.

Pastor Nelissen pergi bersama dengan Pastor Prinsen untuk bertemu dengan Dokter FCH Assmuss. Pertemuan mereka demi membahas pembangunan gereja Katolik di Batavia. Akhirya, tahun 1808  mereka mendapat pinjaman rumah bamboo yang terletak di ujung barat daya Buffelvet yang sekarang menjadi gedung Departemen Agama.

6. Insitut Teknologi Bandung (Technische Hoogeschool te Bandoeng)

Insitut Teknologi Bandung

Insitut Teknologi Bandung atau lebih dikenal dengan ITB adalah salah satu perguruan tinggi terbaik sekaligus tertua di Indonesia.  Perguruan tinggi ini berdiri pada 3 Juli 1920 yang artinya sudah ada sejak zaman Belanda. Dahulu sekolah tempat Ir. Soekarno mendapatkan gelar insinyur ini bernama Technische Hoogeschool te Bandoeng yang kemudian disingkat THS.

Sekolah ini didirikan Belanda untuk mengatasi kekurangan tenaga teknis. Pada masa itu THS memiliki tiga bagian yaitu sipil (1920), Kimia (1940), mesin dan listrik (1941). Namun sekolah menyerahnya Belanda di Kalijati membuat sekolah ini tutup pada tahun 1941.

fbWhatsappTwitterLinkedIn