Daftar isi
Kemerdekaan Indonesia tidak semata-mata didapatkan dengan cara yang instan. Banyak sekali yang telah dikorbankan untuk bisa mencapai kemerdekaan. Tidak hanya untuk mencapai kemerdekaan, namun perjuangan tersebut terus berlanjut setelah kemerdekaan diraih. Terjadinya banyak pemberontakan dan kekacauan, mau tak mau menuntut segera dibereskan.
Di balik peristiwa tersebut, telah melahirkan sosok heroik dari penjuru daerah. Mereka adalah sosok yang rela berkorban dan pasang badan untuk mempertahankan negara ini. Salah satu daerah tersebut adalah Sumatera Utara. Lalu, siapa saja, sosok-sosok heroik dari tanah Sumatera Utara ini? Selengkapnya akan kita bahas berikut ini.
1. Jenderal AH. Nasution
Jenderal Besar Abdul Haris Nasution lahir di Kotanopan pada tanggal 3 Desember 1918. Ia merupakan salah satu tokoh militer Indonesia. AH Nasution piawai dalam perang Gerilya. Ia juga pernah menyandang beberapa jabatan penting seperti Panglima ABRI sampai Menteri Pertahanan dan Keamanan. Jenderal AH Nasution menjadi salah satu incaran pembunuhan yang dilakukan oleh PKI.
Meskipun ia berhasil meloloskan diri dalan peristiwa Gerakan 30 September atau G30S/PKI, naasnya putrinya yang bernama Ade Irma Suryani Nasution menjadi korban tragedi tersebut. Tidak hanya putrinya, ajudannya pun yang bernama Lettu Piere Tendean juga menjadi korban keganasan PKI. AH. Nasution meninggal dunia pada tanggal 6 Spetember 2000 di Jakarta.
2. KH Zainul Arifin
KH Zainul Arifin lahir pada tanggal 2 September 1909 di Barus, Tapsel. Ia merupakan seorang Ketua DPR Gotong Royong. Tidak hanya itu, ia juga aktif sebagai aktivis keagamaan. KH. Zainul Arifin gugur dalam pembunuhan yang dilakukan oleh para pemberintak DI/TII. Saat itu, ia sedang melaksanakan Shalat Idul Adha tepat di samping Presiden Soekarno.
Sebenarnya, saat itu yang menjadi target pembunuhan bukan KH Zainul Arifin melainkan Presiden Soekarno. Namun, yang terkena tembakan adalah KH Zainul Arifin. Beliau kemudian menghembuskan nafas terakhirnya setelah 10 bulan paska penembakan tersebut atau lebih tepatnya pada tanggal 2 Maret 1963. Atas semua jasa yang telah diberikannya, ia ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional pada tanggal 4 Maret 1963.
3. Sisimangaraja XII
Sisimangaraja XII lahir pada tanggal 18 Februari 1845 di Bakkara, Hubang Hasundutan, Sumatera Utara. Ia merupakan sosok yang legendaris bagi masyarakat Batak. Ia memiliki marga Sinambela dan bergelar Patuan Bosar Ompu Pulo Batu. Pada tahun 1876, ia menjadi seorang raja menggantikan ayahnya. Penobatannya ini bersamaan dengan kedatangan Belanda ke Sumatera Utara. Masuknya Belanda ke Sumut untuk memonopoli dagang yang ada di Bakkara. Maksud kedatangan Belanda tentunya disambut tidak baik oleh masyarakat dan memicu perlawanan.
Akhirnya, meletus lah Perang Batak sebagai bentuk perlawanan dengan pemimpin perang Sisimangajara sendiri. Sisimangaraja XII meninggal dunia pada tanggal 17 Juni 1907 di Dairi. Pada awalnya, jenazahnya dimakamkan di Tapanuli Utara namun kemudian dipindahkan ke Balige pada tahun 1953. Atas semua jasanya, ia ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada tanggal 9 November 1961.
4. Mayjen DI Pandjaitan
Mayjen Jenderal DI Pandjaitan lahir pada tanggal 19 Juni 1925 di Balige. Sama seperti halnya, AH Nasution, ia juga menjadi salah satu target pembunuhan pada peristiwa gerakan 30 september yang dilakukan oleh PKI. Naasnya, ia menjadi salah satu korban dari peristiwa keji tersebut. Oleh sebab hal inilah ia termasuk ke dalam jajaran Pahlawan Revolusi. Ia gugur dan dimasukkan ke dalam sebuah Lubang bersama korban lain dari peristiwa tersebut. Lubang tersebut bernama Lubang Buaya yang berada di Jakarta Timur. Atas semua jasa yang telah diberikannya, ia ditetapkan menjadi pahlawan nasional pada tanggal 5 Oktober 1965.
5. Tengku Amir Hamzah
Tengku Amir Hamzah lahir pada tanggal 28 Februari 1911 di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara. Ia dikenal sebagai seorang sastrawan yang telah menghasilkan puluhan karya sastra. Selain menjadi seorang sastrawan, ia pun terlibat dalam sejumlah peristiwa yang bertujuan untuk memerjuangkan kemerdekaan. Ia tercatat pernah memimpin Kongres Indonesua Muda yang diadakan di Solo pada tahun 1931. Tengku Amir Hamzah meninggal dunia pada tanggal 20 Maret 1946 di Kwala, Begumit, Binjai. Jenazahnya kemudia dimakamkan di Komplek Masjid Azisi, Tanjung Pura, Langkat. Atas semua jasa-jasanya ia dianugerahkan gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1975.
6. Ferdinand Lumban Tobing (FL Tobing)
Ferdinand Lumban Tobing lahir pada tanggal 19 Februari 1899 di Sibolha. Ia pernah menjabat beberapa posisi penting di jajaran pemerintahan. Seperti Menteri Penerangan, Menteri Hubungan Antar Daerah, Menteri Transmigrasi dan Menteri Kesehatan untuk sementara waktu. Selain itu, ia juga pernah bekerja di RS Cipto Mangunkusumo dan juga pernah menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara.
Ferdinans Lumband Tobing meninggal dunia pada tanggal 7 Oktiber 1962 di Jakarta. Saat meninggal, ia berusia 63 tahun. Atas semua jasa yang telah diberikannya, ia ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional pada tanggal 17 Novekber 1962. Tidak hanya itu, namanya pun diabadikan menjadi nama bandara yang ada di daerah Tapanuli.
7. H. Adam Malik
Haji Adam Malik lahir pada tanggal 22 Juli 1917 di Pematang Siantar. Ia kerap dikenal dengan seorang diplomat ulung karena kepiawaiannya memainkan diplomasi. Tidak hanya itu, ia juga memegan beberapa jabatan penting seperti Menteri Luar Negeri pada tahun 1971. Selain itu, ia juga merupakan orang Indonesia pertama yang menjadi Ketua Majelis Umum di PBB yang ke-26. Haji Adam Malik meninggal dunia pada tanggal 5 September 1984 di Bandung. Jasadnya dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. Atas jasa-jasanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 6 November 1998.
8. Tahi Bonar Simatupang
Tahi Bonar Simatupang atau lebih dikenal dengan TB Simatupang lahir pada tanggal 28 Januari 1920 di Sidikalang. Ia pernah menjadi anggota KNIL di Bandung pada tahun 1942. Kontribusinya di bidang militer dibuktikkan dengan menduduki sejumlah jabatan penting. Di antaranya, ia pernah menjadi Wakil Staf Angkata Perang pada tahun 1948, Kepala Staf Angkatan Perang tahun 1950, dan Penasihat Militer di Departemen Pertahanan tahun 1954. TB Simatupang meninggal dunia pada tanggal 1 Januari 1990 di Jakarta. Ia kemudian ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional pada tanggal 6 November 2013. Tidak hanya itu, namanya pun diabadikan menjadi salah satu nama jalan di Jakarta.
9. Kiras Bangun
Kiras Bangun atau yang lebih dikenal dengan Garamatau (pria bermata merah) lahir pada tahun 1852 di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Karo, Sumatera Utara. Kiras Bangun pernah memimpin pasukan Urung melawan Belanda di Tanah Karo pada tahun 1905. Kiras Bangun meninggal dunia pada tanggal 22 Oktober 1942 dan dimakamkan di Desa Batukarang, Payung, Kabupaten Karo. Ia kemudian ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional pada tanggal 9 November 2005.
10. Letjen Djamin Ginting
Letjen Djamin Ginting lahir pada tanggal 12 Januari 1921 di Karo. Ia pernah menjadi seorang petinggi TNI dan berhasil menumpas pemberontakan Nainggolan yang terjadi di Medan pada bulan April 1958. Djamin Ginting meninggal dunia pada tanggal 23 Oktober 1974 di Ottawa, Kanada. Ia kemudian ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional pada tanggal 6 November 2014.
11. Mr. Sutan M. Amin Nasution
Mr Sutan M. Amin Nasutin lahir pada tanggal 22 Februari 1904. Ia ditugaskan menjadi seorang Gubernur Muda Sumatera Utara yang Pertama. Saat itu wilayahnya meliputi, Karesidenan Tapanuli Sumatera Timur dan Aceh. Selama menjabat menjadi Gubernur Muda, ia menghadapi berbagai pemberontakan seperti Pemberontakan Logam, Gerakan Laskar Marsuase, Gerakan Sayyid Al-Sagad dan Agresi Militer I Belanda pada tanggal 29 Juli 1947 di Pematang Siantar. Mr. Sutan meninggal dunia pada tanggal 16 Aprul 1993 dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir. Atas jasa-jasanya ia ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional pada tanggal 6 November 2020.
12. Lafran Pane
Lafran Pane lahur pada tanggal 5 Februari 1992 dI Sipirok, Padang, Sidempuan. Ia dikenal sebagai tokoh pergerakan pemuda dan yang memprakasi dibentuknya Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI. Ia juga yang menjadi tokoh utama yang menentang pergantian ideologi pancasila menjadi komunis. Ia wafat pada tanggal 24 Januari 1991 di Yogyakarta dan ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional pada tanggal 6 November 2017.