Sejarah

4 Penyebab Kekalahan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Perang Asia Timur Raya atau biasa dikenal dengan perang asia pasifik merupakan perang yang terjadi di kawasan Asia Pasifik. Perang ini berlangsung cukup lama yakni sekitar 4 tahun. Awal mula perang ini terjadi karena serangan yang dilakukan oleh Jepang.

Sebelum abad ke-20, Jepang merupakan negara terbelakang. Namun, setelah adanya restorasi meiji, Jepang mengalami perubahan. Adanya restorasi meiji ini disebabkan karena interaksi Jepang dengan Amerika Serikat.

Akibat interaksi tersebut, Jepang menjadi belajar mengenai imprelialisme yang dilakukan oleh negara-negara barat. Dari sinilah mulai muncul ambisi Jepang untuk menguasai dunia dengan menyingkirkan negara-negara Eropa.

Usaha untuk menjadi negara yang menguasai Jepang dilakukan dengan cara menguasai kawasan Asia Tenggara. Hal ini dilakukan karena Jepang memiliki cadangan sumber daya yang terbatas sedangkan kawasan Asia tenggara terkenal dengan kekayaan akan sumber daya.

Sumber daya digunakan untuk keperluan cadangan energi perang. Oleh sebab itulah, Jepang mulai melakukan invansi kepada beberapa negara di kawasan Asia Tenggara seperti Thailand, Singapura, Malaysia, dan Hongkong. Jepang tak segan menyerang wilayah-wilayah koloni Belanda termasuk Indonesia.

Perang Asia Pasifik atau Asia Timur Raya dimulai saat Jepang melakukan pengeboman ke Pearl Harbour yang merupakan pangkalan milier milik Amerika Serikat di Hawai, Samudera Pasifik. Setelah pengeboman ini Jepang merasa semakin berkuasa dan melebarkan sayapnya ke kawasan Asia tenggara.

Pengeboman ini terjadi pada tanggal 8 Desember 1941. Akibat pengeboman ini memantik emosi Amerika Serikat beserta pasukan sekutu yang terdiri dari Inggris, Belanda dan Australia. Dengan begitu, pecahlah perang Asia Timur Raya yang pada akhirnya menyebabkan jepang menerima kekalahan.

Berikut ini faktor yang menyebabkan kekalahan Jepang pada Perang Asia Timur Raya.

1. Pengeboman Hiroshima

Setelah pengeboman Jepang di pangkalan militer milik Amerika Serikat, Kongres Amerika Serikat kemudian menyatakan perang kepada Jepang. Peperangan antara kedua negara ini terus terjadi selama 4 tahun hingga perang dunia II berakhir.

Adanya perang antara kedua negara ini menyebabkan munculnya blok timur dan blok barat. Blok timur merupakan blok pendukung Jepang yakni Italia. Sedangkan blok barat merupakan pendukung Amerika Serikat yakni Inggris, Belanda dan Australia. Selama peperangan berlangsung, Amerika Serikat berhasil membakar 67 kota di Jepang.

Keadaan semakin terus terdesak, hingga puncaknya sekutu melakukan pengeboman kepada dua kota penting yang berada di Jepang yakni Hiroshima dan Nagasaki. Pengeboman dua kota ini dilakukan karena kedua kota ini merupakan basis bagi militer Jepang sehingga dengan mudah membuat Jepang menyerah.

Jika basis pertahanan militernya dihancurkan, maka kekuatan Jepang semakin melemah. Terlebih lagi Hiroshima merupakan markas militer Jepang. Selain itu, Hiroshima juga merupakan kota yang memiliki pelabuhan besar di Jepang. Oleh sebab itu, para sekutu memilih untuk melakukan pengeboman pada Hiroshima.

Pada tanggal 6 Agustus 1945 bom uranium yang dijuluki dengan nama Little Boy dijatuhkan oleh pihak sekutu di Jepang. Akibat pengeboman ini dalam sekejap kota Hiroshima hancur dan puluhan ribu orang tewas.

Tidak hanya itu, bahkan setelah pengeboman terjadi, sekitar 146.000 orang dilaporkan tewas terkena dampak atau bahaya bom yang dijuluki little boy. Mereka menderita penyakit kanker akibat terkena radiasi dari bom yang dijatuhkan oleh pihak sekutu.

Bahkan tidak hanya puluhan ribu nyawa melayang, bangunan-bangunan pun ikut hancur. Kota Hiroshima menjadi hancur lebur seketika. Namun, sayangnya dengan adanya peristiwa ini tidak membuat Jepang menyebarkan bendera putih atau tanda menyerah.

Dilaporkan menurut Science Mag, seitar 90.000 hingga 120.00 orang dinyatakan meninggal karena bom yang dijatuhkan sekutu baik yang meninggal di tempat ataupun setelah kejadian. Akibat panas yang disebabkan oleh bom tersebut menyebabkan banyaknya mayat hanyut ke laut.

Dan banyak korban yang terkena luka bakar mencari bantuan menuju sumber air yakni sungai Hiroshima. Pengeboman Hiroshima bukan akhir dari peperangan justru menjadi puncak peperangan. Setelah adanya pengeboman ini, terjadi kembali pengeboman di kota lain yang lebih dahsyat.

2. Pengeboman Nagasaki

Setelah adanya pengeboman di Kota Hiroshima yang menewaskan sekitar 90.000 hingga 120.000 jiwa, sekutu kembali melancarkan aksinya dengan melakukan pengeboman pada kota Nagasaki. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom plutanium yang dijuluki Fat Man dijatuhkan.

Akibatnya 800.000 orang tewas yang di mana sebagian besar korbannya adalah warga sipil. Para korban yang selamat mengalami penyakit yang berbahaya akibat efek dari ledakan bom seperti kerusakan pada sumsum tulang belakang, penyakit radiasi yang parah, dan saluran usus yang terganggu.

Selain itu, adanya pengeboman tersebut telah mengakibatkan kekhawatiran pada anak-anak dan bayi. Terjadi peningkatan kelahiran pada bayi dengan kepala yang berukuran jauh lebih kecil dari pada umumnya.

Tidak hanya menyerang anak-anak saja, melainkan juga berdampak pada orang dewasa dan berdampak panjang. Mereka mengalami cacat dan berdampak pada keturunannya kelak. Para korban akibat ledakan bom nuklir juga mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari sekitar. Mereka dan keturunannya dikucilkan karena mengalami kecacatan.

Semula, Nagasaki bukan kota yang menjadi sasaran pengeboman oleh sekutu. Awalnya Kyoto yang menjadi target pengeboman selanjutnya. Namun, setelah mendengarkan pidato yang disampaikan oleh Presiden Truman, Nagasaki menjadi target selanjutnya menggantikan Kyoto.

Hal ini dikarenakan Kota Nagasaki merupakan pangkalan militer angkatan laut dan selam cukup kuat yang ada di Jepang. Pengeboman yang terjadi pada dua kota di Jepang ini pada akhirnya membuat Jepang menyerah tanpa kepada sekutu. Kekalahan Jepang menandakan berakhirnya perang dunia II yang sudah berlangsung lama dan menyebabkan banyak korban jiwa.

3. Keadaan Jepang Semakin Terdesak

Sebelum adanya pengeboman pada dua kota di Jepang, sebenarnya keadaan Jepang sudah terdesak. Selama dua tahun berturut-turut, Jepang mengalami kekalahan yakni di Pasifik Barat Daya, Filipina dan Mariana.

Setelah jatuhnya beberapa wilayah seperti Saipan dan Filipina, Jepang terus melakukan pergantian kaisar. Tujuan pergantian kaisar ini diharapkan dapat membawa Jepang pada keadaan yang lebih baik. Sayangnya, hal itu tidak terjadi karena pada awal tahun 1945 Iwo Jima dan Okinawa berhasil direbut oleh sekutu.

Setelah penguasaan yang dilakukan oleh sekutu, Okinawa dijadikan sebagai tempat persinggahan bagi sekutu saat melakukan penyerbuan ke kota-kota yang ada di Jepang. Penguasaan daerah Jepang yang dilakukan oleh Sekutu semakin menjadi-jadi.

Sekutu melakukan operasi kapal selam dan penyebaran ranjau ke daerah lepas pantai Jepang. Hal ini menyebabkan sebagian besar armada dagang Jepang hancur. Kehancuran armada dagang Jepang menyebabkan posisi Jepang semakin terhimpit dengan pasokan sumber daya yang menipis.

Di mana Jepang sebagai negara minim sumber daya hanya bisa mengandalkan sumber daya dari negara jajahan yang berada di kawasan Asia tenggara. Dengan adanya penghancuran armada dagang tersebut telah menyebabkan runtuhnya perekonomian Jepang.

Terlebih lagi semakin diperparah dengan pengeboman yang dilakukan di kawasan strategis industri di Jepang. Produksi batu bara, besi, baja, karet dan sumber daya lainnya hanya diproduksi dalam jumlah kecil.

Kecilnya jumlah produksi sumber daya potensial menyebabkan Jepang mengalami kerugian. Akibatnya, kekuatan angkatan laut dan militer Jepang semakin melemah karena kurangnya pasokan untuk senjata. Keadaan ini semakin diperparah dengan adanya pengeboman pada galangan kapal milik Jepang.

Setelah pengeboman tersebut, hanya memiliki 6 buah kapal induk, 4 kapal penjajah, dan satu kapal tempur. Jumlah tersebut tentu saja sangat kurang untuk menghadapi pasukan sekutu. Terlebih lagi kapal-kapal tersebut tidak memiliki bahan bakar yang cukup. Hal inilah yang membuat keadaan Jepang semakin terdesak dan semakin terlihat jelas kekalahannya melawan sekutu.

4. Ancaman Uni Soviet

Ancaman dari Uni Soviet menjadi salah satu yang menyebabkan Jepang akhirnya menyerah dalam Perang Asia Timur Raya. Di saat keadaan Jepang semakin terdesak, Jepang dikejutkan oleh pernyataan Uni Soviet pada tanggal 8 Agustus.

Melalui menteri luar negerinya kepada Duta Besar Jepang, Uni Soviet menyatakan perang terhadap Jepang. Dalam kondisi ini, Jepang dengan sisa kekuatannya terpaksa harus melawan dua kekuatan besar yakni sekutu dan Uni Soviet.

Padahal saat itu Jepang baru saja menerima pengeboman yang dilakukan oleh sekutu di Hiroshima. Mungkin jika angkatan militer Jepang masih kuat dan tidak terjadi pengeboman, Jepang mampu melawan kedua pasukan tersebut. Sayangnya, keadaan saat itu benar-benar membuat Jepang terhimpit.

Padahal, semula Uni Soviet telah sepakat tidak akan melakukan serangan terhadap Jepang sebagaimana perjanjian yang dibuat tahun 1941. Meskipun pada saat itu, Jepang telah mendirikan pemerintahan Manchukuo, namun kedua negara tetap sepakat tidak akan melakukan serangan.

Keduanya sama-sama fokus dengan wilayah masing-masing. Uni Soviet berfokus melawan Nazi Jerman di barat sedangkan Jepang berfokus melawan Amerika Serikat di Pasifik. Namun, pada akhirnya Uni Soviet mengakhiri perjanjian yang telah disepakati sebelumnya untuk tidak melakukan penyerangan pada Jepang.

Dengan iming-iming dari Amerika Serikat, Uni Soviet mulai memikirkan wilayah di bagian timur. Setelah Jerman kalah, Uni Soviet bergabung bersama sekutu untuk melawan Jepang. Gabungnya Uni Soviet dengan Amerika Serikat melawan Jepang guna mengakhiri cepatnya perang berakhir.

Agar korban jiwa tidak bertambah dan pemulihan dunia dapat dilakukan dengan cepat. Hal ini dikarenakan Jepang menjadi satu-satunya negara yang masih bertahan dalam perang dunia. Dengan melakukan ancaman, Uni Soviet berhasil membuat Jepang menyerah tanpa syarat dan perang berakhir.