Daftar isi
Kebangkitan Nasional merupakan awal abad ke-20 di mana rakyat Indonesia mulai sadar akan jati dirinya sebagai orang Indonesia. Periode ini ditandai dengan berdirinya organisasi pemuda yang bernama Boedi Oetomo. Selain itu, ditandai juga dengan adanya ikrar sumpah pemuda yang menggelorakan semangat persatuan dan kesatuan.
Sebagai sosok pejuang, Ki Hajar Dewantara memiliki peranan penting dalam kebangkitan nasional. Kebangkitan nasional merupakan momentum untuk mencapai persatuan dan kesatuan. Hal itulah yang berusaha digapai oleh Ki Hajar Dewantara melalui beberapa lembaga yang didirikannya.
Kebangkitan Nasional ditandai dengan adanya peningkatan mutu pendidikan sehingga akan bermunculan orang-orang terpelajar. Nantinya, orang-orang terpelajar dari kalangan pemuda inilah yang menjadi inisiator dalam perjuangan melawan penjajah.
Maka dari itu, Ki Hajar Dewantara sengaja mengutamakan pendidikan untuk orang-orang pribumi. Tidak hanya melalui pendidikan, kebangkitan nasional juga dapat digapai dengan jalan keaktifan dalam organisasi. Telah banyak organisasi yang diikuti Ki Hajar Dewantara sedari dia masih muda.
Berikut ini peran Ki Hajar Dewantara dalam kebangkitan nasional.
Ki Hajar Dewantara merupakan sosok yang terkenal cinta akan pendidikan. Ia begitu gigih memperjuangkan pendidikan bagi kalangan pribumi. Di mana ketika itu pendidikan menjadi hal yang luar biasa bagi orang-orang pribumi. Tidak semua orang dapat merasakan pendidikan.
Padahal, pendidikan merupakan gerbang untuk dapat memutus mata rantai penjajahan. Dengan pendidikan orang-orang menjadi terbuka sehingga akan bangkit rasa persatuan dan kesatuan. Pendidikan dapat melahirkan orang-orang terpelajar yang kaya akan ide-ide serta gebrakan melawan penjajahan.
Maka dari itu, Ki Hajar Dewantara mendirikan sekolah bernama Taman Siswa. Taman Siswa didirikan pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta. Taman memiliki arti tempat bermain atau tempat belajar sedangkan siswa diartikan sebagai murid atau seseorang yang sedang menimba ilmu.
Ketika pertama kali didirikan, sekolah ini memiliki nama National Onderwijs Institut Taman Siswa. Taman siswa merupakan bukti nyata dari buah pikiran Ki Hajar Dewantara bersama rekan-rekannya yang tergabung dalam komunitas Sloso Kliwon.
Saat ini, sekolah taman siswa berada di balai Ibu Pawiyatan di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta. Bahkan sekolah ini sudah memiliki sekitar 129 cabang di berbagai kota yang ada di Indonesia. Patrap Triloka merupakan prinsip dasar yang diajarkan oleh guru-guru yang ada di Taman Siswa ini.
Konsep ini merupakan gagasan langsung dari Ki Hajar Dewantara setelah dirinya membaca karya-karya ilmuwan terkenal di Italia dan India. Adapun unsur-unsur dalam patrap triloka sudah sering kita dengar bahkan menjadi slogan dari sosok Ki Hajar Dewantara. Unsur-unsur dalam patrap triloka adalah sebagai berikut.
Boedi Oetomo merupakan salah satu penanda dari lahirnya kebangkitan nasional. Boedi Oetomo merupakan kata yang berasal dari bahasa Sanskerta yakni Budhi dan Utama. Budhi memiliki arti kesadaran dan Utama yang berarti sangat baik sehingga dapat diartikan sebagai kesadaran yang sangat baik.
Boedi Oetomo merupakan sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Soetomo serta anak-anak STOVIA. Boedi Oetomo didirikan pada tanggal 20 Agustus 1908 dan digagas oleh Wahidin Soedirohusodo. Boedi Oetomo bukan sebuah organisasi politik merupakan organisasi yang bergerak di bidang sosial, ekonomi serta budaya.
Berdirinya organisasi ini menjadi tonggak awal pergerakan di Indonesia untuk dapat menggapai kemerdekaan. Semula organisasi ini ditujukan hanya untuk orang-orang Jawa yang berpendidikan. Hari lahir Boedi Oetomo menjadi hari lahirnya kebangkitan nasional.
Boedi Oetomo memiliki tujuan untuk menyadarkan masyarakat Indonesia betapa pentingnya persatuan dan kesatuan dalam rangka memajukan nasib bangsa Indonesia dengan jalan mencerdaskan. Hal inilah yang kemudian menarik Ki Hajar Dewantara untuk bergabung ke dalam Boedi Oetomo.
Dalam Boedi Oetomo, Ki Hajar Dewantara berusaha menyadarkan betapa pentingnya persatuan dan kesatuan di kalangan masyarakat. Ia terus menyerukan propaganda tersebut demi tercapainya semangat melawan penjajah. Tak tanggung-tanggung, Ki Hajar Dewantara juga berani melakukan protes dengan melayangkan kritikan pedasnya kepada penjajah.
Sikap tersebut mengajarkan agar masyarakat Indonesia tidak perlu takut untuk melawan penjajah. Ki Hajar Dewantara menjadi garda utama yang menentang kebijakan Belanda yang merugikan banyak orang. Di mana ketika itu, Belanda mewajibkan adanya sumbangan dari masyarakat pribumi. Hal inilah yang kemudian dikritik oleh Ki Hajar Dewantara.
Selain mendirikan taman siswa dan juga terlibat aktif dalam organisasi kepemudaan, Ki Hajar Dewantara juga mencetuskan namanya Pancadharma. Pancadharma merupakan lima asas dalam pendidikan yang selalu dilakukannya ketika menjalankan Taman Siswa. Kelima asas ini menjadi panduan dalam menjalankan pendidikan.
Pendidikan merupakan jalan yang dapat mengantarkan seseorang menuju kehidupan yang lebih baik. Dengan pendidikan, dapat membuka pola pikir seseorang terhadap sesuatu. Pendidikan mampu melahirkan orang-orang terpelajar yang akan mencetuskan ide-ide brilian. Oleh sebab itu, pendidikan harus dijalankan dengan lima prinsip yang baik.
Adapun isi dari Pancadharma yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara adalah sebagai berikut.
Pada tahun 1931, berdiri sebuah badan yang bernama Komite Boemi Putra. Pendirian ini bertujuan untuk memperingati 100 tahunnya dibebaskan Belanda dari kekuasaan Perancis. Organisasi ini dibentuk setelah adanya penolakan status hukum pada Indische Partij.
Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu pimpinan dari Boemi Putra dan menjabat sebagai sekretaris. Tokoh-tokoh yang bergabung dengan komite bumi putra merupakan tokoh-tokoh penting seperti berikut ini.
Bumi Putra ketika itu menjadi sesuatu yang ditakuti oleh Belanda sehingga segala aktivitasnya diawasi oleh Belanda. terlebih dua orang tokoh Bumi Putra yakni Ki Hajar Dewantara dan Dr Tjipto Mangunkusumo merupakan tokoh-tokoh pendiri Indische Partij.
Di mana saat itu pendirian Indische Partij ditolak oleh pemerintah Belanda karena dianggap membahayakan. Indische Partij ketika itu mendukung adanya Sarekat Dagang Islam yang saat itu dilarang oleh pemerintah Belanda karena dapat menggerogoti kebijakan yang telah dibuat.
Selama masa pendiriannya, komite Bumi Putra telah menerbitkan sebanyak 2 pamflet. Pada pamflet pertama berisi nama pengurus serta penjelasan berbagai aktivitas yang akan dilakukan nantinya. Pamflet ini pada tanggal 12 Juli 1913. Salah satu aktivitas yang dilakukan adalah mengenai tuntutan hak organisasi.
Sementara itu, pamflet yang kedua merupakan isi tulisan dari Ki Hajar Dewantara yang dikeluarkan pada tanggal 13 Juli 1913. Pamflet tersebut berjudul Seandainya Aku Seorang Belanda dan telah dicetak sebanyak 5000 eksemplar. Pamflet ini kemudian oleh Abdul Moeis diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu.
Peredaran pamflet kedua dari Bumi Putra ini kemudian mengejutkan pihak pimpinan Belanda. Hal ini dikarenakan isi tulisan dari Ki Hajar Dewantara yang begitu keras. Mereka terheran seorang Jawa seperti Ki Hajar Dewantara mengapa dapat berpikir menjadi sosok Belanda yang berbicara mengenai kemerdekaan.
Oleh sebab itulah, Belanda berusaha membungkam berbagai aktivitas Bumi Putra. Kemudian mereka melakukan introgasi kepada Ki Hajar Dewantara dan pamflet tersebut disita oleh pihak Belanda. Puncaknya pada tanggal 30 Juli, dilakukan berbagai aksi penangkapan terhadap anggota Bumi Putera. Salah satunya Ki Hajar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu dari pendiri Indische Partij. Ia bersama temannya yang bergabung dalam Tiga Serangkai membentuk Indische Partij. Indische Partij atau partai Hindia merupakan sebuah partai politik yang didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung.
Pembentukan Indische Partij didasari keinginan untuk mengadakan kerja sama antara orang Indo dengan orang Indo asli yakni yang bergabung dalam Bumi Putra. Awalnya, Indische partij merupakan buah pikiran dari Douwes Dekker.
Meskipun bukan seorang pribumi asli dan ia adalah seorang Belanda, Douwes Dekker menjadi salah satu pelopor kebangkitan Nasional. Oleh sebab itulah, ia mendapatkan beberapa perlakuan yang tidak mengenakkan dari orang-orang Belanda karena dianggap membela Indonesia.
Ketiga serangkai ini berusaha untuk mendaftarkan Indische Partij agar memiliki status badan hukum yang jelas. Sayangnya, upaya untuk mendapatkan status hukum ditolak pada tanggal 11 Mret 1913. Penolakan tersebut dilakukan oleh Gubernur Idenburg yang merupakan wakil Hindia Belanda.
Alasan penolakan tersebut karena Indische Partij dinilai mampu membangkitkan semangat nasionalisme sehingga nantinya akan bermunculan pertentangan di mana-mana. Oleh karena itu, Belanda menolak mentah-mentah pendirian Indische Partij. Akhirnya, Indische Partij gagal berdiri.
Untuk tetap melanjutkan misi, maka dibentuklah Bumi Putra yang di mana dua anggotanya merupakan anggota dari Indische Partij. Bumi Putera terbentuk setelah penolakan badan hukum Indische Partij. Tujuan pendiriannya pun tidak jauh beda yakni untuk mengobarkan semangat persatuan dan kesatuan.
Sayangnya, anggota Bumi Putera pada akhirnya harus dilakukan pengasingan juga setelah penyebaran pamflet kedua. Pada masa itu, berbagai hal yang dianggap membahayakan akan disingkirkan oleh Belanda. Tidak tanggung-tanggung bahkan Belanda mampu memberikan hukuman yang berat.