Bintang dan planet merupakan dua benda dalam tata surya yang sudah tidak asing lagi didengar. Saat malam, kita akan melihat bintang bertaburan di langit. Cahaya bintang membuat langit pada malam hari menjadi tidak begitu gelap. Hal ini dikarenakan bintang dapat mengeluarkan cahayanya sendiri.
Dalam kehidupan sehari-hari bintang sangat bermanfaat, biasanya bintang dijadikan rujukan sebagai ritual keagamaan, keperluan navigasi serta kegiatan bercocok tanam. Bintang merupakan benda langit yang memiliki bentuk seperti bola gas dan memiliki gravitasi tersendiri.
Adanya gravitasi tersebut dapat menarik bintang ke dalam yang dapat membuat bintang runtuh. Meskipun begitu, gravitasi tersebut dapat dicegah dengan tekanan gas yang berasal dari inti bintang yang panas. Inti panas yang terdapat dalam bintang dapat membuat terjadinya reaksi nuklir yang akan menghasilkan energi yang besar sehingga dapat melawan gravitasi.
Sementara itu, menurut International Astronomical Union, planet merupakan salah satu benda langi yang mengorbit pada bintang serta memiliki massa yang besar. Sama seperti halnya bintang, planet juga memiliki gravitasi sendiri yang disebabkan oleh massa yang cukup besar.
Terdapat banyak jenis planet, salah satunya planet yang kita tempati saat ini yakni bumi. Bumi merupakan planet yang dapat dihuni oleh makhluk hidup termasuk manusia. Planet dan bintang meskipun sama-sama benda langit, namun memiliki sejumlah perbedaan. Berikut ini perbedaan planet dan bintang.
Sumber cahaya yang dipancarkan oleh bintang berasal dari dirinya sendiri. Cahaya ini dihasilkan dari energi yang dikeluarkan oleh bintang. Saat malam, kita dapat melihat cahaya berupa kerlipan di langit. Hal ini dikarenakan terjadinya turbelensi antara bumi dan matahari yang kemudian akan membelokkan cahaya matahari sehingga cahaya yang nampak akan terlihat seperti kelipan.
Terangnya cahaya yang dihasilkan oleh bintang dinamakan dengan magnitudo semu. Magnitudo semu merupakan terangnya sebuah bintang yang berasal dari luminositas bintang, jarak dari bumi serta perubahan cahaya ketika melintasi atmosfer bumi.
Sementara itu, magnitudo mutlak merupakan magnitudo semua sebuah bintang ketika jarak antara bumi dan bintang sekitar 32,6 tahun cahaya. Luminositas merupakan jumlah cahaya dan bentuk energi lainnya yang dipancarkan oleh bintang per satuan waktu.
Luminositas ini akan diukur dengan menggunakan satuan watt. Lumonistas sendiri ditentukan oleh ukuran jari-jari bintang serta suhu pada permukaan. Dalam skala magnitudo baik semu ataupun mutlak, semakin kecil nilai magnitudonya, maka akan semakin terang cahaya bintang.
Sebaliknya, semakin besar nilai magnitudonya, maka akan semakin redup cahaya yang dihasilkan bintang. Contohnya seperti yang terjadi pada bintang sirius yang merupakan bintang paling terang. Nilai magnitudo pada bintang ini adalah -1,44 sedangkan nilai magnitudo mutlaknya adalah +1,44.
Hal ini berbeda dengan planet yang tidak memiliki sumber cahaya sendiri. Inti cahaya yang terdapat pada planet hanya bermanfaat bagi planet itu sendiri bukan seperti bintang yang dapat dipancarkan ke yang lain.
Cahaya yang dihasilkan oleh planet berasal dari pantulan cahaya lain sehingga planet tidak akan terlihat kerlap-kerlip sebagaimana bintang. Planet dapat terlihat terang karena pantulan dari cahaya matahari. Planet akan menerima cahaya yang berasal dari matahari kemudian memantulkannya sehingga akan terlihat cahaya tersebut berasal dari planet.
Hal ini juga terjadi pada bulan yang akan menerima cahaya kemudian memantulkannya sehingga terlihat terang. Planet tidak dapat memantulkan cahaya sendiri, karena tidak memiliki reaksi fusi seperti bintang.
Fusi nuklir pada bintang akan menghasilkan energi kemudian memancar ke angkasa berupa elektromagnetik dan radiasi partikel. Bintang bersinar sangat terang akibat dari produksi energi yang terdapat dalam intinya.
Massa yang dimiliki oleh bintang jauh lebih berat dibandingkan planet. Oleh sebab itulah bintang dapat memantulkan cahaya sendiri karena adanya reaksi fusi yang terjadi dalam inti bintang. Selain itu, dari segi ukuran pun bintang jauh lebih besar dibandingkan dengan planet.
Suatu benda untuk dapat melakukan reaksi fusi harus memiliki paling tidak 75 kali massa jupiter. Perlu energi yang cukup untuk dapat melakukan reaksi fusi seperti bintang. Benda langit yang memiliki ukuran 13 kali lebih besar dari massa Jupiter akan dinamakan bintang katai.
Bintang katai adalah bintang kecil yang dapat memancarkan cahayanya melalui proses pembakaran deuterium atau isotop hidrogen. Jika dibandingkan dengan ukuran Jupiter, bumi memiliki ukuran 11 kali jauh lebih kecil dari pada Jupiter sehingga bumi tidak memiliki kemampuan menghasilkan cahaya.
Lain halnya dengan massa yang dimiliki oleh planet bumi. Matahari merupakan salah satu bintang yang memiliki jarak yang lebih dekat dengan bumi. Perbedaan massa bumi dengan matahari adalah sekitar 332.946 berbanding 1.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada gugus Arches, batas massa bintang saat ini adalah 150 kali dari massa matahari. Eta Carinae merupakan salah satu bintang paling massif yang memiliki massa sekitar 100-150 kali massa matahari. Di mana masa hidup bintang ini hanya beberapa juta tahun.
Usia tersebut tentunya jauh lebih singkat dibandingkan usia bintang pada umumnya. Bintang biasanya memiliki masa hidup sekitar 1-10 miliar tahun. Bahkan beberapa bintang bisa saja berumur sekitar 13,2 miliar tahun. Seperti yang terjadi pada umur bintang HE 1523-0901 yang masih ada hingga saat ini.
Semakin tinggi massa bintang maka akan semakin pendek masa hidup bintang tersebut. Hal ini dikarenakan bintang yang memiliki massa yang tinggi akan memiliki tekanan yang tinggi pula. Tekanan yang tinggi akan menyebabkan inti bintang dapat membakar hidrogen dengan cepat.
Bintang dengan massa yang kecil akan bertahan hidup lebih lama karena membakar bahan bakarnya tidak secepat bintang dengan massa yang tinggi. Bahan bakar tersebut secara perlahan terbakar sehingga membuat massa hidup bintang bertahan lama hingga ratusan miliar tahun.
Bintang dan planet memiliki suhu yang berbeda. Setiap jenis planet memiliki suhu yang berbeda pula. Bintang memiliki suhu sekitar 2 juta derajat celcius sampai 40 derajat celcius. Lain halnya dengan matahari yang merupakan pusat tata surya, memiliki suhu sekitar 15 derajat celcius.
Suhu bintang pada setiap sisinya akan sama panasnya sedangkan suhu pada setiap sisinya berbeda. Sisi yang terkena pantulan cahaya cenderung memiliki suhu yang tinggi sedangkan suhu yang tidak terkena cahaya akan memiliki suhu yang rendah.
Suhu permukanan bintang pada umumnya disebabkan oleh hasil energi yang berasal dari inti bintang yang diperkirakan berasal dari indeksi warna. Suhu ini biasanya dinamakan dengan suhu efektif. Suhu efektif merupakan suhu jika bintang dianggap sebagai benda hitam ideal yang memancarkan cahay dengan lumonisitas yang sama pada setiap permukaannya.
Suhu efektif ini hanya gambaran suhu pada permukaan bintang karena pada kenyataannya tinggi rendahnya suhu bintang disebabkan oleh jarak pada inti bintang. Pada daerah inti bintang, suhunya mencapai beberapa juta derajat celcius.
Sementara itu, suhu pada planet dipengaruhi oleh jarak atau kedekatan dengan matahari. Semakin jauh jarak dengan matahari maka akan semakin menurun suhunya. Selain itu, faktor interior ataupu eksterior juga mempengaruhi tingkat variasi suhu pada planet.
Misalnya pada sifat dan komposisi atmostfer yang mementukan jumlah panas yang terpancar serta bertahan pada planet. Menurut laporan NASA pada tahun 2022, planet terpanas bukan jatuh kepada planet mars sebagai planet merah.
Planet yang memiliki suhu terpanas adalah venus yakni sekitar 464 derajat celcius. Meskipun pada kenyataanya, merkurius jauh lebih dekat dengan matahari, namun planet ini menduduki peringkat kedua sebagai planet terpanas.
Merkurius memiliki suhu sekitar 427 derajat celcius karena planet ini tidak memiliki atmosfer sehingga suhu pada planet ini akan berubah-ubah. Menurut NASA, atmosfer tebal yang dimiliki oleh Venus akan menangkap panas dan menciptakan efek rumah kaca yang tidak terkontrol.
Hal inilah yang kemudian menyebabkan suhu di Venus jauh lebih panas bahkan suhunya dapat melelehkan timah. Berikut ini urutan planet terpanas sampai terdingin.
Rotasi bintang merupakan pergerakan bitang di area sumbunya. Laju ini dapat dilihat dari spektrum bintang atau dengan menentukan waktu pergerakan aktif di sekitar permukaan. Lewat spektroskopi kita dapat melihat laju bintang atau kita juga dapat menggunakan rotasi bintik bintang untuk melihat laju rotasi bintang. Bintang-bintang muda biasanya memiliki laju rotasi yang tinggi bahkan hingga mencapai 100 km/s.
Bintang Achenar memiliki laju rotasi sekitar 225 km/s pada ekuatornya. Akibat laju tersebut membuat daerah ekuator bintang terlihat menonjol sehingga bintang ini memiliki daerah ekuator yang cukup besar yakni lebih dari 1,5 kali jarak antar kutubnya. Laju ini hampir mendekati laju kritis pada sebuah bintang. Jika sebuah bintang mencapai laju kritis akan menyebabkan bintang tersebut hancur.
Lain halnya dengan rotasi pada planet yang bervariasi. Rotasi ini tergantung dengan jenis planet tersebut. Setiap planet pada tata surya akan mengalami rotasi atau perputaran pada porosnya. Salah satu bukti nyata adnaya rotasi pada planet adalah pergantian siang dan malam. Rotasi akan membuat bumi bergerak dari arah barat ke timur atau berlawanan dengan arah jarum jam.
Meskipun planet mengalami peredaran, namun mahkluk hidup dalam planet tersebut tidak akan ikut berputar. Hal ini dikarenakan adanya gravitasi yang membuat mahkluk hidup tidak akan ikut berputar. Salah satu contoh rotasi pada planet ialah yang terjadi pada rotasi bumi yang membutuhka waktu sekitar 23 jam 56 menit kurang 4 menit setiap satu putaran.
Pada setiap planet memiliki perbedaan waktu untuk melakukan rotasi. Ada yang hanya membutuhkan waktu selama 10 jam bahkan ada yang membutuhkan waktu selama ratusan hari. Berikut ini urutan planet dengan waktu rotasi tercepat hingga terlama.