Perjanjian Breda: Latar Belakang – Hasil Kesepakatan dan Dampak

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Perjanjian Breda atau Treaty of Breda ditandatangani pada 31 Juli 1667 di kota Breda, Belanda. Ini merupakan perjanjian antara Inggris, Belanda, Prancis, dan Denmark, yang menjadi tanda berakhirnya Perang Inggris-Belanda Kedua (1665-1667), di mana Prancis dan Denmark sebelumnya mendukung Belanda.

Setelah melalui negosiasi panjang dan berbelit-belit sejak akhir 1666, salah satunya didapatkan kesepakatan tukar guling. Inggris mendapatkan New Netherlands (sekarang New York), sementara Belanda mendapatkan Pulau Run, Kepulauan Banda, Maluku Tengah.

Latar Belakang

Kecemburuan pemerintah Inggris pada Belanda atas keuntungan besar dari rempah-rempah Asia menyebabkan tercetusnya Perang Inggris-Belanda Kedua pada 1665. Perusahaan Hindia Timur Belanda atau VOC mampu menciptakan, menegakkan, dan memonopoli atas produksi dan perdagangan rempah-rempah di Asia, terutama Indonesia.

Pada 1616, telah didirikan sebuah perusahaan milik pemerintah Inggris, yaitu British East India Company di Pulau Run setelah mengusir penduduk pribumi dan Portugis, namun pada 1620 digusur oleh VOC. Pada akhir 1664, Inggris kembali menduduki Pulau Run, namun berhasil diusir kembali oleh Belanda lagi dengan merusak seluruh perkebunan pala.

Pada waktu yang sama, ada perebutan serupa atas perdagangan Atlantik antara pemerintah Belanda, West Indische Compagnie (WIC), dan pesaingnya Spanyol, Denmark, Swedia, Portugal, dan Inggris. Termasuk perebutan perkebunan gula di Amerika Serikat yang dikelola oleh budak dari Afrika, di mana semuanya diberi makan oleh koloni di Amerika Utara.

Pada Agustus 1664, Inggris berhasil merebut dan menduduki New Netherlands, serta melakukan berbagai serangan lain untuk merebut pos perdagangan budak WIC di Ghana. Serangan balik terus dilakukan oleh Belanda hingga RAC bangkrut. Selain itu, Belanda juga melakukan berbagai invasi di Lowestoft, Inggris dan Munster, Jerman, yang mengakibatkan Inggris kalah telak.

Pada awal 1665, Inggris menandatangani aliansi dengan Swedia guna melawan Belanda. Selain Swedia, Prancis dan Denmark diam-diam ikut setuju untuk membantu Inggris merebut armada dagang Belanda dengan imbalan sebagian dari keuntungan.

Pada akhir 1666, pemerintah Inggris mengalami krisis keuangan, sebagian besar disebabkan karena Charles II menolak kembali ke parlemen, sedangkan perdagangan Inggris sangat dipengaruhi oleh perang dan bencana domestik. Sebaliknya, sebagian besar ekonomi Belanda mulai pulih meski telah menghabiskan banyak anggaran untuk membiayai perang melawan Inggris, terutama perang di perairan.

Pada Oktober 1666, Charles II mengundang Jenderal Serikat Belanda di London dengan dalih pengaturan pengembalian jenazah Wakil Laksamana William Berkeley, yang terbunuh dalam Pertempuran Empat Hari. Namun yang terjadi adalah pihak Inggris mengajak Belanda bernegosiasi mengenai pencabutan tuntutan penunjukan William of Orange sebagai stadtholder, pembayaran ganti rugi, pengembalian Pulau Run, dan kesepakatan perdagangan di Hindia Belanda.

Namun pihak Belanda menolak menghadiri diskusi perdamaian tanpa kehadiran Prancis. Sementara terkait klaim teritorial, Belanda menawarkan untuk melanjutkan situasi seperti saat ini atau kembali ke posisi seperti sebelum berperang. Sebuah opsi yang jelas tidak dapat diterima oleh pemerintah Inggris.

Ketulusan dari penawaran Charles dipertanyakan, karena salah satu utusannya di Paris, Earl of St Albans, pada waktu yang sama sedang melakukan diskusi rahasia mengenai aliansi Anglo-Prancis. Di sisi lain, Louis XIV selalu memastikan Belanda memenuhi tuntutan Inggris, sebagai imbalan atas kebebasan dominasi wilayah Spanish Netherlands.

Perundingan

Negosiasi awalnya akan dilakukan di Den Haag, namun pihak Belanda yang diwakili oleh Johan de Witt menolak. Den Haag didominasi oleh oposisi Orangist, di mana mereka didukung oleh Louis XIV sehingga memandang Orangist sebagai agen Inggris. Negosiasi pun ditunda hingga ditentukan waktu dan tempat yang tempat untuk berdiskusi.

Marah dengan penundaan tersebut, oposisi Orangist di beberapa negara bagian seperti Zeeland, Groningen, Gerderland, Friesland, dan Overijssel mengancam akan berhenti membayar upeti perang, hanya karena sikap keras kepala dari pihak Belanda.

Pembentukan aliansi anti-Spanyol antara Prancis dan Portugal pada Maret 1667, menempatkan De Witt dan pihak Belanda berada di bawah tekanan untuk mencapai kesepakatan. Pada 24 Mei, Louis melancarkan Perang Devolusi, di mana pasukan Prancis dengan cepat menduduki sebagian besar kawasan Spanish Netherlands dan Franche-Comte.

Agar kependudukan Prancis di Belanda berakhir, Spanyol terlebih dahulu harus mengakhiri Perang Restorasi Portugis yang telah berlangsung lama. Pada 27 Mei, Perjanjian Anglo-Spanyol Madrid secara resmi mengakhiri perang yang telah berlangsung dari 1654-1660. Sebagai imbalan atas konsesi komersial, Inggris setuju untuk menjadi penengah bersama dengan Portugal.

Sementara itu, ekspansi Prancis yang mengancam kestabilan perekonomian Belanda mengakibatkan penghentian Perang Inggris-Belanda Kedua. Louis XIV memaksa Belanda untuk menyetujui konsesi, agar Inggris dapat meningkatkan tuntutan mereka kepada pihak Belanda bahwa kemenangan militer besar diperlukan untuk meningkatkan posisi mereka.

Meski sedang dalam keadaan mendesak, Belanda mampu mengambil keuntungan penuh dalam Serangan Medway pada Juni 1667. Dampak strategis paling terlihat dalam tindakan tersebut adalah penghinaan yang tidak akan pernah dilipakan oleh pihak Inggris, terutama Charles. Bagi beberapa pihak, hal ini akan memperpanjang proses negosiasi.

Namun pembentukan aliansi untuk melawan Prancis yang telah mendominasi kawasan Spanish-Netherlands, yang juga didukung oleh Leopold I. Ditambah dengan kerugian ekonomi akibat perang dan kebakaran besar di London, Clarendon menginstruksikan Holles untuk setuju dengan persyaratan “memenangkan pikiran rakyat” dan “membebaskan raja dari beban yang sulit ditanggungnya”.

Setelah melewati berbagai peristiwa dan perjanjian damai, oleh beberapa pihak dipilih Breda sebagai tempat untuk bernegosiasi tentang Perang Inggris-Belanda Kedua. Namun, oposisi Orangist menuduh De Witt sengaja mengulur-ulur waktu guna memberikan kebebasan bagi Louis XIV dan pasukannya di kawasan Spanish-Netherlands.

Selama perundingan, para mediator memberikan prestise dan kesempatan pada semua pihak untuk membangun hubungan. Swedia diwakili oleh Goran Fleming dan Count Dohna, Belanda oleh Hieronymus van Beverningh dan Johan de Witt, Inggris diwakili Denzil Holles dan Henry Coventry, serta dari oposisi Orangist tepatnya Zeeland yang diwakili Pensionary Pieter de Huybert, dan van Jongestall dari Friesland.

Hasil Kesepakatan

Setelah melalui proses diskusi dan negosiasi yang panjang, dihasilkan sebuah perjanjian perdamaian antara pihak Inggris dan Belanda yang disebut dengan Perjanjian Breda atau Treaty of Breda (1667). Terdapat beberapa poin penting yang menjadi pertanda perdamaian diantara keduanya, antara lain:

  • Pasal 1, menetapkan sistem aliansi militer terbatas, yaitu armada atau kapal tunggal yang berlayar di jalur yang sama wajib saling membela guna melawan pihak ketiga.
  • Pasal 3, menetapkan prinsip ”uti possidetis” atau “apa yang Anda miliki, Anda pertahankan”. dengan demikian, Belanda mendapatkan kembali Suriname dan Pulau Run. Sementara Inggris tetap mempertahankan New Netherlands, yang sekarang terbagi menjadi New York City, New Jersey, Pennsylvania, Delaware, dan Connecticut.
  • Pasal 4 sampai 8, berisikan prinsip yang sama terhadap peristiwa kehilangan barang atau kapal, termasuk yang terjadi sebelum perang. Tidak ada ganti rugi yang dapat dikenakan atau hukuman dijatuhkan pada pihak mana pun. Serta semua Letter of Marque yang ada dinyatakan batal.
  • Untuk memberikan waktu guna mengomunikasikan instruksi Pasal 4-8, dalam Pasal 7 berisikan tentang perubahan tanggal pelaksanaannya, yaitu 5 September 1667 untuk selat Inggris dan Laut Utara, 5 Oktober 1667 untuk laut Eropa lainnya, 2 November 1667 untuk pantai Afrika di utara Khatulistiwa, dan 24 April 1668 untuk seluruh dunia.
  • Pasal 10, berisikan tentang kewajiban bagi penukaran semua tahanan tanpa uang tebusan, meski pada akhirnya Belanda menuntut penggantian biaya hidup mereka, dan Inggris juga melakukan hal serupa.
  • Pasal 13 dan 17, berisikan perjanjian bahwa kedua belah pihak tidak akan saling melindungi pemberontak. Pasal ini dibuat setelah kudeta 1666, banyak dari oposisi Orangist yang mencari perlindungan di Inggris, sementara pemberontak dari Inggris dan Skotlandia pergi ke arah lain. Namun dalam praktiknya, Pasal ini banyak diabaikan, dalam catatan rahasia, Belanda berusaha mengekstradisi para pembunuh bayaran dalam eksekusi Charles I.

Dalam sebuah perjanjian terpisah, terdapat perubahan dalam Undang-Undang Navigasi. Setiap barang yang diangkut melalui sungai Rhine atau Scheldt menuju Amsterdam, dapat diangkut dengan kapal Belanda ke Inggris tanpa dikenakan tarif.

Inggris juga memberlakukan prinsip “kapal dan barang gratis”, guna mencegah pasukan Angkatan Laut Bersenjata Kerajaan mencegat kapal Belanda selama keduanya di bawah bendera netral. Istilah-istilah menjadi pendahuluan dalam perjanjian, yang ditulis dengan teks definitif dan ditandatangani pada 17 Februari 1668.

Sementara perjanjian antara Denmark dan Prancis mengikuti versi Anglo-Belanda, dengan mengesampingkan klaim terhadap restitusi kerugian. Inggris juga mengembalikan Cayenne dan Acadia yang merupakan milik Prancis, yang masing-masing direbut pada tahun 1667 dan tahun 1654. Namun, batas pastinya kapan tidak ditentukan, serta penyerahan ditunda hingga 1670.

Di sisi lain, Inggris tetap melakukan invasi ke wilayah lain, seperti perebutan kembali wilayah Montserrat dan Antigua, dengan pulau Karibia Saint Kitts yang terbagi di antara kedua negara. Setelah penandatanganan Perjanjian Breda 31 Juli 1667, mereka kembali ke negaranya masing-masing guna proses ratifikasi, sebuah proses yang selesai pada 24 Agustus 1667, diikuti perayaan publik di Breda.

Dampak Perjanjian Breda

Kesepakatan tukar guling antara New Netherlands dan Pulau Run dalam Perjanjian Breda, menghilangkan dua alasan utama dalam perselisihan. Secara keseluruhan, ketegangan Anglo-Belanda juga berkurang, dan membuka jalan bagi Triple Alliance 1668, yaitu antara Belanda, Swedia, dan Inggris.

Triple Alliance 1668 sering dikreditkan dengan memaksa Prancis untuk mengembalikan sebagian besar keuntungan mereka di Aix-la-Chapelle atau Aachen, di mana semua persyaratan di dalamnya telah disetujui oleh Louis XIV dan Leopold pada Januari 1668.

Perjanjian Breda, dalam jangka panjang menjadi titik balik ketika Inggris dan Belanda melihat Prancis sebagai musuh dan ancaman besar. Preferensi Charles I terhadap aliansi Prancis yang menyebabkan terciptanya Perjanjian Rahasia Dover 1670, juga merupakan tren jangka panjang yang ia tentang. Penegasan kembali terhadap kekuatan laut Inggris oleh Prancis dengan memberikan dukungan terbatas dalam Perang Inggris-Belanda Ketiga berakhir.

Perjanjian Breda juga melahirkan kekecewaan bagi oposisi Orangist, karena telah gagal memulihkan House of Orange atau mengizinkan orang buangan kembali, seperti yang dijanjikan Charles I. Zeeland dan Friesland, yang menjadi perpanjangan tangan Prancis, mengusulkan William diangkat menjadi Kapten Jenderal Angkatan Darat Belanda, pemerintah Belanda menanggapinya dengan Dekrit Abadi (5 Agustus 1668).

Treaty of Breda menghapuskan posisi Stadholder of Holland. Sementara pada resolusi kedua, juga terjadi penentangan terhadap Laksamana Jenderal Konfederasi mana pun. Para tentara tersebut dianggap sebagai basis keuatan Orangist, sehingga pengeluaran untuk itu sengaja diminimalkan, yang menimbulkan efek bencana pada 1672.

Perjanjian Breda 1667 juga berhasil membuat Swedia, yang pada negosiasi menjadi mediator, memperbaiki ketentuan Elbing, memutuskan perjanjian Belanda-Denmark, dan bergabung dengan Triple Alliance. Sementara Spanyol kembali mendapatkan Franche-Comte dan sebagian besar wilayah Spanish-Netherlands.

Hal paling penting lainnya, sekarang Belanda memandang Spanyol sebagai tetangga yang lebih baik daripada Prancis yang dinilai terlalu ambisius. Secara keseluruhan, Belanda menganggap Perjanjian Breda dan pembentukan Triple Alliance sebagai kemenangan diplomatik.

fbWhatsappTwitterLinkedIn