Perjanjian Kalijati: Latar Belakang – Tokoh dan Dampaknya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Perjanjian Kalijati merupakan perjanjian yang terjadi antara Jepang dan Hindia-Belanda yang saat itu menjajah Indonesia.

Perjanjian ini resmi ditandatangani pada tanggal 08 Maret 1942 di sebuah rumah dinas seorang perwira staf sekolah penerbangan Hindia-Belanda di Lanud Kalijati.

Nama Kalijati diambil dari tempat berlangsungnya perjanjian antara Jepang dan Belanda tersebut, yaitu di Kalijati, Subang, Jawa Barat.

Perjanjian Kalijati dilakukan akibat dari serangan Jepang yang ingin menguasai wilayah Indonesia serta menghancurkan seluruh pasukan Belanda yang saat itu menjajah Indonesia.

Latar Belakang Perjanjian Kalijati

Gubernur Belanda tahun 1942 yang bernama lengkap Alidius Warmoldus Lambertus Tjarda Van Starkenborgh Stachower merupakan Gubernur Hindia-Belanda yang terakhir.

Tjarda menjabat sebagai Gubernur menggantikan Bonifacius Cornelis de Jonge sejak 17 September 1936 sampai dengan maret 1942 setelah terjadinya perundingan Kalijati.

Tahun 1942 merupakan tahun yang sangat berat bagi Gubernur Tjarda. Ia ditemani Jenderal Ter Poorten harus menerima kedatangan pasukan Jepang di Indonesia.

Kedatangan pasukan Jepang ke Indonesia bertujuan untuk merebut kekuasaan, mengeksploitasi hasil sumber daya, menghancurkan pasukan Belanda, serta mengambil alih tanah jajahan.

Buntut dari kedatangan pasukan Jepang ini membuat Belanda kocar-kacir. Bahkan banyak petinggi Belanda saat itu kabur ke Australia lewat Cilacap, termasuk pejabat bernama Hubertus Van Mook dan Charles Van Der Plas.

Sejatinya, Belanda dibantu oleh militer sekutu yang tergabung dalam aliansi American British Dutch Australian Command (ABDACOM).

Akan tetapi bantuan militer tersebut tak sanggup untuk menghentikan Jepang.

Pasukan Jepang berhasil meratakan seluruh pasukan sekutu Belanda di akhir Februari 1942.

Termasuk juga armada kapal perang Belanda De Ruyter yang dipimpin oleh Karel Doorman.

Satu-persatu wilayah berhasil dikuasai oleh tentara Jepang, mulai dari Kalimantan, Sumatera hingga sampai ke pulau Jawa yang merupakan pusat pemerintahan Hindia-Belanda saat itu.

Dikarenakan gempuran yang terus-menerus dilakukan oleh Jepang, membuat posisi para pemimpin Belanda terdesak hingga mengakui kekalahan terhadap Jepang dan mengirim utusan untuk melakukan perundingan damai.

Sehingga terjadilah perundingan damai tersebut yang mengakibatkan Jepang mengambil alih tanah jajahan Indonesia, serta pihak Belanda menyerahkan kekuasaan sepenuhnya tanpa syarat kepada Jepang.

Tokoh-tokoh dalam Perjanjian Kalijati

  • Delegasi Jepang dalam Perjanjian Kalijati:
    • Kolonel Shoji
    • Jenderal Imamura.
  • Delegasi Belanda dalam Perjanjian Kalijati:
    • Jenderal Tjarda Van Starkendborgh Strachouwer
    • Letjen Ter Poorten
    • Mayjen JJ. Pesman.

Kronologi Perjanjian Kalijati

Pasukan Jepang tiba dan menduduki Indonesia pada tanggal 11 Januari 1942. Saat itu tentara Jepang mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur.

Selanjutnya, pasukan Jepang memperluas wilayahnya hingga sampai ke Balikpapan pada tanggal 24 Januari 1942.

Tanggal 29 Januari 1942, Jepang sudah menguasai Pontianak. Tak sampai disitu, Kota Samarinda juga berhasil jatuh ke tangan Jepang pada tanggal 03 Februari 1942.

Kota Barjarmasin yang juga berada di pulau Kalimantan berhasil diduduki Jepang pada tanggal 10 Februari 1942.

Setelah Kalimantan berhasil dikuasai, Jepang menurunkan pasukan tentara payung di Palembang pada tanggal 14 Februari 1942.

Hanya dalam waktu dua hari pasukan Jepang berhasil menduduki kota Palembang.

Serangan yang dilakukan pasukan Jepang di pulau Kalimantan dan Sumatera mampu menguasai ladang minyak dan sumber daya milik Indonesia.

Tentara Jepang kembali memperluas kekuasaannya hingga sampai ke pulau Jawa.

Dimana pada saat itu pulau Jawa merupakan pusat kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda.

Tepat pada tanggal 01 Maret 1942, tentara Jepang yang ke-16 berhasil mendarat di pulau Jawa.

Beberapa diantaranya di Teluk Banten, Eretan Witan di Jawa Barat serta Kragan di Jawa Tengah.

Pasukan tentara Jepang berhasil menduduki dan merebut Batavia di pulau Jawa pada tanggal 05 Maret 1942.

Gubernur Hindia Belanda, Jenderal, Komandan beserta seluruh pasukannya mundur ke Lembang, Jawa Barat.

Pada tanggal 06 Maret 1942, Panglima Angkatan Darat Belanda Letnan Jenderal Ter Poorten memberi perintah kepada Komandan Pertahanan di Bandung, Mayor Jenderal JJ. Pesman untuk tidak melakukan serangan militer di Bandung.

Ter Poorten mengatakan bahwa di Bandung sudah dipadati penduduk sipil, baik dari kalangan wanita maupun anak-anak.

Sehingga jika pertempuran terjadi, akan banyak korban sipil berjatuhan.

Keeseokan harinya, pada tanggal 07 Maret 1942 Jepang berhasil menduduki Lembang dan memaksa pasukan KNIL (Koninklijk Netherlandsch Indische Leger) dibawah komando Letjen Ter Poorten untuk melakukan gencatan senjata.

Kemudian atas arahan Ter Poorten, Mayjen JJ. Pesman mengirim utusan ke Lembang untuk melakukan perundingan damai.

Kolonel Shoji dari pihak Jepang mengusulkan agar perundingan dilaksanakan di Gedung Isola, Bandung.

Kolonel Shoji juga memberi perintah kepada Jenderal Imamura untuk menghubungi Gubernur Belanda Jenderal Tjarda agar perundingan dapat diadakan di Kalijati, Subang pada pagi hari tanggal 08 Maret 1942.

Akan tetapi, Letjen Ter Poorten meminta Gubernur Jenderal Tjarda untuk menolak usulan dari Kolonel Shoji.

Ini membuat Jenderal Imamura begitu geram sehingga ia mengeluarkan ultimatum.

Ultimatum Jenderal Imamura berisi ‘jika pada pagi hari tanggal 08 Maret 1942 pukul 10.00 WIB para pemimpin Belanda tidak berhadir ke Kalijati, maka pasukan tentara Jepang akan menjatuhkan bom di Bandung sampai hancur’.

Jepang bahkan menyiagakan pesawat pengebom mereka di pangkalan udara Kalijati.

Aksi ini bertujuan untuk menunjukkan kepada Belanda bahwa ultimatum tersebut bukan cuma gertakan semata.

Hingga pada akhirnya pihak Belanda mengutus Mayjen JJ. Pesman untuk melakukan perundingan dengan pihak Jepang.

Namun Jepang menolak utusan tersebut dikarenakan Jenderal Imamura hanya mau berdialog dengan pemimpin Belanda, baik Ter Poorten ataupun Gubernur Tjarda.

Pada tanggal 08 Maret 1942 pihak Belanda dan Jepang akhirnya mengadakan perundingan.

Perundingan tersebut awalnya direncanakan di Jalan Cagak Subang, namun dipindahkan ke rumah dinas seorang perwira staf sekolah penerbang Hindia-Belanda di Lanud Kalijati.

Rumah tempat perundingan tersebut kini dijadikan Museum Rumah Sejarah yang lokasinya berada di Komplek Garuda E-25 Lanud Suryadarma, Kalijati, Subang, Jawa Barat.

Perlu diketahui bahwa dalam perundingan tersebut, Belanda sempat mencoba mengulur-ulur waktu.

Belanda mengatakan hanya Ratu Wilhelmina di Belanda yang punya wewenang untuk memutuskan hasil perundingan.

Namun dengan ketegasan yang dimiliki oleh Jenderal Imamura, akhirnya Ter Poorten dan Gubernur Tjarda secara resmi menandatangani dokumen kapitulasi hasil perundingan atau bukti penyerahan kekuasaan tanpa syarat dari Belanda kepada Jepang.

Pada tanggal 09 Maret 1942, sehari setelah perundingan dilaksanakan Belanda menyiarkan penyerahan kekuasaan kepada Jepang melalui radio.

Sesaat setelah itu, Ter Poorten dan Gubernur Tjarda ditahan di sebuah rumah di Bandung sebagai tawanan perang.

Kemudian, kedua pemimpin Belanda tersebut dipindahkan ke sel tahanan Sukamiskin, sebelum pada akhirnya dibawa ke Formosa (Taiwan) tanggal 02 Januari 1943 bersama dengan tawanan internasional lainnya.

Isi Perjanjian Kalijati

Berikut ini isi perjanjian Kalijati:

  • Belanda mengakui kekalahan terhadap Jepang
  • Belanda menyerahkan wilayah jajahan atas Indonesia kepada Jepang tanpa syarat.

Dampak Perjanjian Kalijati

Perjanjian Kalijati meninggalkan dampak, diantaranya:

  • Indonesia yang semula dijajah oleh Belanda, kemudian beralih ke tangan Jepang
  • Seluruh wilayah kekuasaan Belanda diserahkan kepada Jepang
  • Belanda mengakui kekalahan tanpa syarat terhadap Jepang
  • Belanda menyiarkan lewat radio penyerahan kekuasaannya ke tangan Jepang
  • Jepang menggiring Ter Poorten dan Tjarda masuk ke kamp tahanan sebagai tawanan perang
  • Jepang menguras seluruh sumber daya alam serta ladang minyak yang ada di Indonesia.
fbWhatsappTwitterLinkedIn