Daftar isi
Pengertian Bahasa
Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan kemampuan dasar di taman kanak-kanak adalah pengembangan bahasa. Bahasa memungkinkan anak untuk menerjemahkan pengalaman ke dalam simbol-simbol yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan berpikir.
Bahasa erat sekali kaitannya dengan perkembangan kognitif. Menurut Vygotsky dalam Wolfolk (1995), menyatakan bahwa bahasa merupakan alat untuk mengekspresikan ide dan bertanya serta menghasilkan konsep dan kategori-kategori untuk berpikir.
Menurut Syaodih (2001), bahasa merupakan alat untuk berpikir. Berpikir merupakan suatu proses memahami dan melihat hubungan. Proses ini tidak mungkin dapat berlangsung dengan baik tanpa alat bantu, yaitu bahasa. Bahasa juga merupakan alat berkomunikasi dengan orang lain dan kemudian berlangsung dalam suatu interaksi sosial.
Pembelajaran Bahasa untuk Anak Usia Dini
Pembelajaran bahasa untuk anak usia dini diarahkan pada kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis (simbolis). Untuk memahami bahasa simbolis, anak perlu belajar membaca dan menulis.
Oleh karena itu, belajar bahasa sering dibedakan menjadi dua, yaitu belajar bahasa untuk komunikasi dan belajar literasi, yaitu belajar membaca dan menulis.
Menurut Vygotsky dalam Suyanto (2005), pada umumnya bahasa dan pikiran anak berbeda. Kemudian secara perlahan, sesuai tahap perkembangan mentalnya, bahasa dan pikirannya menyatu sehingga bahasa merupakan ungkapan dari pikiran
Anak secara alami belajar bahasa dari interaksinya dengan orang lain untuk berkomunikasi, yaitu menyatakan pikiran dan keinginannya memahami pikiran dan keinginan orang lain.
Menurut Suyanto (2005), melatih anak belajar bahasa dapat dilakukan dengan cara berkomunikasi melalui berbagai setting berikut ini, antara lain:
- Kegiatan bermain bersama, biasanya anak-anak secara otomatis berkomunikasi dengan temannya sambil bermain bersama.
- Cerita, baik mendengar cerita maupun menyuruh anak untuk bercerita.
- Bermain peran, seperti memerankan penjual dan pembeli, guru dan murid, atau orang tua dan anak.
- Bermain puppet dan boneka tangan yang dapat dimainkan dengan jari (fingerplay), anak berbicara mewakili boneka ini.
- Belajar dan bermain dalam kelompok (cooperative play dan cooperative learning).
Tujuan Pengembangan Bahasa pada Anak Usia Dini
Keterampilan berbahasa pada anak-anak khususnya pada masa usia dini yang sudah memasuki pendidikan prasekolah sangat penting untuk dikembangkan.
Early Learning Goals mengemukakan 17 tujuan pengembangan bahasa pada anak usia dini sebagai berikut:
- Menyenangi, mendengarkan, menyimak, menggunakan bahasa lisan dan lebih siap dalam bermain dan belajarnya.
- Menyelidiki dan mencoba dengan suara-suara, kata-kata, dan teks.
- Mendengar dengan didasarkan kesenangan, mulai merespon cerita, lagu, irama, dan sajak kemudian memperbaiki sendiri cerita, lagu, musik dan irama.
- Menggunakan bahasa untuk menciptakan sesuatu, melukiskan kembali peran dan pengalaman.
- Menggunakan pembicaraan untuk mengorganisasikan, mengurutkan, berpikir jelas, ide-ide, perasaan, dan kejadian-kejadian.
- Mendukung, mendengarkan dengan penuh perhatian.
- Merespons dengan berkomentar dan memberi pertanyaan.
- Berinteraksi dengan orang lain, merundingkan rencana dan kegiatan, menunggu giliran dalam percakapan.
- Memperluas kosa kata, meneliti arti dan suara dari kata-kata baru.
- Mengatakan kembali cerita-cerita dalam urutan yang benar, menggambarkan pola bahasa pada cerita.
- Berbicara lebih jelas dan dapat didengar dengan baik.
- Menyesuaikan suara dan huruf, memberi nama, mengarahkan huruf-huruf dalam alfabet.
- Membaca kata-kata umum dan kalimat sederhana yang sudah dikenal.
- Memahami bahwa tulisan memiliki arti dalam bahasa tertentu dengan membaca dari kiri, ke kanan, dari atas ke bawah.
- Mencoba menulis untuk berbagai pilihan.
- Menulis nama sendiri dan benda-benda lain, kata-kata di bawah gambar dengan menggunakan bahasa yang sederhana, dan menggunakan tanda baca.
- Menggunakan pensil secara efektif untuk membentuk pola ataupun huruf yang dikenal.
Menurut Depdiknas (2000) tujuan bahasa di taman kanak-kanak adalah sesuai dengan Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar (GBPKB) taman kanak-kanak.
Pengembangan kemampuan berbahasa bertujuan agar peserta didik mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya, baik lingkungan teman sebaya, teman bermain, orang dewasa, teman sekolah, keluarga maupun lingkungan tempat tinggalnya.
Pada intinya anak harus mampu berkomunikasi dengan bahasa lisan maupun dengan tulisan dengan baik.
Fungsi Bahasa bagi Anak Usia Dini
Depdiknas (2000) mengemukakan fungsi pengembangan bahasa bagi anak pra sekolah sebagai berikut :
- Sebagai alat untuk berkomunikasi
- Sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak
- Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak
- Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain
Menurut Gardner, fungsi bahasa bagi anak adalah sebagai alat mengembangkan kemampuan intelektual dan kemampuan dasar anak, secara khusus untuk mengembangkan ekspresi-perasaan, imajinasi dan pikiran
Dari dua pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi pengambangan bahasa pada anak adalah:
- Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan
- Mengembangkan kemampuan intelektual anak
- Mengembangkan ekspresi anak dan sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain
Tahap Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Secara umum, tahap-tahap perkembangan anak dapat dibagi ke dalam beberapa rentang usia dan masing-masing menunjukkan ciri-ciri tersendiri.
Menurut Guntur (1988), tahapan perkembangan bahasa terdiri dari:
Tahap I (Pralinguistik)
Yaitu antara 0-1 tahun. Tahap ini terdiri dari:
- Tahap meraban-1 (pralinguistik pertama). Tahap ini dimulai dari bulan pertama hingga bulan keenam, di mana anak akan mulai menangis, tertawa, dan menjerit.
- Tahap meraban-2 (pralinguistik kedua). Tahap ini pada dasarnya merupakan tahap kata tanpa makna mulai dari bulan ke-6 hingga 1 tahun.
Tahap II (Linguistik)
Tahap ini terdiri dari tahap holafrastik dan tahap frasa. Berikut penjelasannya:
- Tahap holafrastik (1 tahun), ketika anak-anak mulai menyatakan makna keseluruhan frasa atau kalimat dalam satu kata.
- Tahap ini juga ditandai dengan perbendaharaan kata anak hingga kurang lebih 50 kosa kata.
- Tahap frasa (1-2), pada tahap ini anak sudah mampu mengucapkan dua kata (ucapan dua kata). Tahap ini juga ditandai dengan perbendaharaan kata anak sampai dengan rentang 50-100 kosa kata.
Tahap III
Pengembangan tata bahasa, yaitu prasekolah 3, 4, 5 tahun. Pada tahap ini anak sudah dapat membuat kalimat, seperti telegram.
Dilihat dari aspek pengembangan tata bahasa seperti S-P-O, anak dapat memperpanjang kata menjadi satu kalimat.
Tahap IV
Tata bahasa menjelang dewasa, yaitu 6-8 tahun. Tahap ini ditandai dengan kemampuan yang mampu menggabungkan kalimat sederhana dan kalimat kompleks.
Bruner dalam Suyanto (2005), menyatakan bahwa anak belajar dari konkret ke abstrak melalui tiga tahapan, yaitu enactive, iconic, dan symbolic.
Pada tahap enactive, anak berinteraksi dengan objek berupa benda-benda, orang, dan kejadian. Dari interaksi tersebut, anak belajar nama dan merekam ciri benda dan kejadian.
Pada proses iconic, anak mulai belajar mengembangkan simbol dengan benda yang terjadi pada saat anak mengembangkan konsep. Pada proses ini, anak belajar tentang berbagai benda seperti gelas, minum, dan air.
Kelak, semakin dewasa ia akan mampu menggabungkan konsep tersebut menjadi lebih kompleks, seperti “minum air dengan gelas.”
Pada tahap symbolic, anak mulai belajar berpikir abstrak. Ketika anak usia 4-5 tahun anak mulai mampu menghubungkan keterkaitan antara berbagai benda, orang, atau objek dalam suatu urutan kejadian.
Aspek Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Aspek-aspek yang berkaitan dengan perkembangan bahasa anak menurut Jamaris (2006) dapat dibagi ke dalam tiga aspek, yaitu:
- Kosakata. Seiring dengan perkembangan anak dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungannya, kosakata anak berkembang dengan pesat.
- Sintaksis (tata bahasa). Walaupun anak belum mempelajari tata bahasa, akan tetapi melalui contoh-contoh berbahasa yang didengar dan dilihat anak di lingkungannya, anak telah dapat menggunakan bahasa lisan dengan susunan kalimat yang baik. Misalnya “Rita memberi makan kucing” bukan “kucing Rita makan memberi”.
- Semantik. Semantik maksudnya penggunaan kata sesuai dengan tujuannya. Anak di taman kanak-kanak sudah dapat mengekspresikan keinginan, penolakan, dan pendapatnya dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang tepat. Misalnya, “tidak mau” untuk menyatakan penolakan.
Prinsip Pengembangan Bahasa untuk Anak Usia Dini
Dalam upaya pengembangan kemampuan bahasa pada anak, di perlukan prinsip-prinsip mendasar yang sesuai dengan tujuan dan fungsi agar pelaksanaannya dapat dilakukan secara efektif.
Depdiknas mengemukakan 9 prinsip untuk pelaksanaannya, yaitu :
- Sesuaikan dengan tema kegiatan dan lingkungan terdekat
- Pembelajaran harus berorientasi pada kemampuan yang hendak dicapai sesuai potensi anak
- Tumbuhkan kebebasan dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan dikaitkan dengan spontanitas
- Diberikan alternatif pikiran dalam mengungkapkan isi hatinya
- Komunikasi antara anak dan guru berlangsung dengan akrab dan menyenangkan
- Guru menguasai pengembangan bahasa
- Guru harus bersikap normatif, modelling, dan menjadi teladan dalam penggunaan bahasa yang baik dan benar
- Bahan pembelajaran membantu pengembangan kemampuan dasar anak
- Tidak menggunakan huruf satu-satu secara formal