Prasasti Canggal: Pengertian, Isi, Alih Kasara dan Bahasa

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa itu Prasasti Canggal

prasasti canggal

Prasasti Canggal merupakan benda bersejarah peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang didapati di Gunung Wukir, Desa Canggal, Kecamatan Salam, Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Peninggalan tersebut oleh masyarakat sekitar dinamai dengan sebutan Prasasti Gunung Wukir atau Prasasti Sanjaya.

Kondisi awal prasasti Canggal telah terbelah menjadi dua bagian dan saat ini telah direstorasi. Prasasti ini terbagi dalam dua pecahan yakni pecahan kecil dan pecahan besar. Pecahan kecil prasasti Canggal ditemukan di halaman candi Gunung Wukir.

Sedangkan pecahan besar prasasti Canggal disimpan di dalam Museum Nasional, Jakarta dengan nomor inventaris D.4. Fakta unik dari prasasti Canggal adalah menjadi prasasti nomor dua paling tua di pulau Jawa setelah prasasti Tuk Mas.

Prasasti ini dibuat pada saat masa Kerajaan Mataram Kuno dibawah pemerintahan Raja Sanjaya dan berangka tahun 732 Masehi atau 654 Saka. Prasasti Canggal ditulis dengan menggunakan huruf Pallawa dan Bahasa Sanskerta.

Prasasti Canggal menjadi prasasti pertama yang dibuat pada masa kekuasaan Raja Sanjaya yang pada saat itu dibuat dalam rangka untuk memperingati pendirian lingga di atas Bukit Sthirangga. 

Secara wujud, prasasti Canggal berbentuk persegi empat pipih dan bagian tepiannya telah diratakan. Pada permukaan bidang yang ditulisi telah diratakan dan pada bagian puncak berbentuk lengkungan kurawal.

Letak Prasasti Canggal

Candi Canggal atau dapat disebut juga candi Gunung Wukir merupakan candi Hindu yang terletak di dusun Canggal, Desa Kadiluwih, Kecamatan Salam, Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 1879 dalam candi tertua tersebut ditemukan prasasti Canggal yang saat ini sudah banyak dikenal oleh masyarakat.

Lebih spesifik, candi Canggal terletak di atas bukit Gunung Wukir dari lereng gunung Merapi yang berada di perbatasan antara wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Selain prasasti Canggal, dalam candi Canggal juga ditemukan altar Yoni, patung lingga dewa Siwa, dan arca lembu betina atau Andini.

Alih Aksara Prasasti Canggal

Di bawah ini isi dari prasasti canggal dalam bentuk aksara.

Klausa 1

Cakendre’tigete crutindriya-rasair ankikrte vatsare. varendau dhavala-trayodaci-tithau bhadrottare kartike. lagne kumbhamaye sthiranga-vidite prastisthipat parvate lingan laksana-laksitam narapatic cri sanjayac cantaye.

Klausa 2

Gangottunga-taranga-ranjita-jata-maulindu-cudamanih. bhasvat-pankti-vibhuti-deha-vikasan nagendra-hara-dyutih. crimat-svanjali-koca-komala-karair dewais tu ya (s) stuyate. sa creyo bhavatam bhavo bhava-tamas suryo dadatv adbhutam.

Klausa 3

bhakthi-prahvair munindrair abhinutan asakrt svarga-nirvana-hetoh. devair lekharsabhadyair avanata-makutaic cumvitam sat-padabhaih. angulya-tamra-pattram makha-kirana-lasat-kecararanjitantam.deyat cam cacvatam vas Trinayana-carananinditambhoja-yugma.

Klausa 4

aicvaryaticayodbhavat sumahatam apy aqdbhutanam nidhih. tyagaikanta-ratas tanoti satatam yo vismayam yoginam. yo’stabhis tanubhir jagat-karunaya pusnati na svarthatah. bhutecac caci-khanda-bhusita-jatassa tryam vakah patu vah.

Klausa 5

Vibhrad-dhema-vapus-svadeha-dahana-jvala evodyaj-jatah. 1) veda-stambha-suvaddha-loka-samayo dharmartha-kamodbhavah. devair vandita-pada-panjaka-yugo yogicvaro yoginam. manyo loka-gurur dadatu bhavatam siddhim svayambhur vibhuh.

Klausa 6

Nagendrotphana-ratna-bhitti-patitam drstvatma-vimva-criyam. subhnubhanga-kataksaya kupitaya Nunam crya viksitah. 2) yo yogaruna-locanotpala-dalac cete’mwu-cayya-tale. tranartham’tridacais stutas sa bhavatamdeyat criyam cripatih.

Klausa 7

asid dvipavaram yavakhyam atulam chanyadi-vijadhikam. sampannam kanakakarais tad-amarai (s saksa)d ivoparjitam. 1) crimat-kunjara-kunja-deca-nihi (tam lin) gadi-tirthavrtam. 2) stanam divyatamam civaya jagatac cambhos tu yatradbhutam.

Klausa 8

tasmin dvipe Yavakhye purusa-pada-mahalaksma-bhute pracaste. rajogrod-agra-janma prathita-prthu-yaca sama-danena samyak. casta sarva-prajanam janaka iva cicor janmato vatsalatvat. sannakhyas samnatarir manur iva su-ciram pati dharmena prthvim.

Klausa 9

evam gate samanucasati rajya-laksmim sannahvaye’nvayavidhau samatita-kale. svarge sukham phala-kulopacitan prayate. bhinnam jagad bhramati coka-vacad anatham.

Klausa 10

jvalaj-jvalana-vidravat-kanaka-gaura-varnah. mahad-bhuja-nitamva-tungatama-murddha-crngonnatah. bhuvi sthita-kulacala-ksiti-dharocca-padocchrayah. prabhuta-guna-sampadodbhavati yas Tato meruwat.

Klausa 11

criman yo mananiyo wudha-jana-nikaraic castra-suksmarthavedi. raja cauryadi-gunyo raghur iva vijitaneka-samanta-cakrah. raja cri sanjayakhyo ravir iva yacasadig-vidik-khyatalaksmih. sunus sannaha-namnas svasur a(vanipater) nyayatac casti rajyam.

Klausa 12

yasmin chasati sagarormi-racanam caila-stanim medinim. cete raja-pathe jano na cakitac corairna canyair bhayaih. kirtyadyair alam-arjitac ca satatamdharmartha-kama naraih. nunam roditi rodititisa kalir anca-ceso yatah.

Alih Bahasa Prasasti Canggal

Di bawah ini isi dari prasasti canggal dalam bentuk bahasa.

Klausa 1

(Ketika tahun ditandai dengan rasas, organ dan Veda (651 Saka) tahun saka telah berlalu, pada bulan Kartika Senin, hari ke tiga belas, ditengah hari yang cerah, di Bhadra yang dikenal sebagai Sthirangga, Raja Sanjaya yang termasyhur, demi menciptakan ketenangan bagi rakyatnya didirikanlah Lingga pada sebuah bukit dengan berbagai tanda keberuntungan).

Klausa 2

(Semoga Siva matahari bagi dunia yang kelam memiliki perhiasan berbentuk bulan sabit berwarna menyerupai gelombang tinggi Gangga, memiliki kilau kalung berbentuk penguasa ular, memiliki dalam dirinya kemegahan sang pencerah (matahari) yang dipuji oleh para Deva dengan kelembutan telapak tangan mereka yang dilipat membentuk bejana, memberkatimu secara sempurna).

Klausa 3

(Semoga dua teratai tak berdosa yang berada di kaki “Dia yang bermata tiga” (Siva) yang berulangkali diagungkan oleh para penguasa yang bijak, menunduk memberikan penghormatan demi keselamatan mereka di Surga yang diberikan kecupan oleh Para Deva seperti Deva Indra dan lainnya, dengan mahkota berlekuk mereka yang menyerupai lebah, dengan segera berganti warna karena cahaya yang berasal dari kuku-kuku yang berkilau menyerupai bunga teratai dan daun berwarna tembaga, memberkatimu selama-lamanya).

Klausa 4

(Semoga “Dia yang bermata tiga”, penguasa para mahluk yang rambutnya berhiaskan bulan sabit, sumber segala keluhuran dan keindahan, berkenan memberikan kebesarannya terhadap pengunduran diri mereka, yang senantiasa menciptakan keajaiban, para yogi, yang memelihara dunia melalui delapan lekuk tubuhnya, karena belas kasihan dan atas dasar kepedulian, melindungi kita).

Klausa 5

(Semoga Siva, Deva yang tak diputerakan dan guru keduniawian, yang memiliki tubuh berwarna keemasan dan ikatan rambut, yang menyerupai api yang membakar dirinya sendiri hingga cacat, yang telah menciptakan dan menyatukan hukum keduniawian dalam Pustaka Veda, yang merupakan sumber agama, kemakmuran duniawi dan permohonan, yang memiliki kaki serupa teratai, yang selalu dipuja oleh Para Deva, yang merupakan penguasa para Yogi dan yang dihormati oleh orang-orang bijak, memberikan dirimu kemuliaan).

Klausa 6

(Semoga Deva Sri (Vishnu) yang dari kejauhan tampak seperti Dewi Kekayaan dengan tatapan kemarahan dan kerutan kening, yang terbaring di tempat tidur berair dengan mata menyerupai kelopak teratai merah yang sedang bermeditasi, dan yang selalu dipuja oleh Para Deva demi melindungi mereka, memberikanmu kemakmuran).

Klausa 7

(Tersebutlah sebuah pulau yang indah bernama Yava (Java) yang tertandingi oleh yang lain, yang memiliki biji-bijian berlimpah seperti padi dan lainnya, yang terdapat tambang emas yang dimiliki oleh Para Deva, adalah merupakan tempat yang paling indah dan menawan, Kuil Siva yang mensejahterakan dunia, yang didirikan oleh sebuah keluarga, yang berasal dari tanah termashur Kunjarakunja).

Klausa 8

(Di Pulau termashur bernama Yava tersebut, yang kemudian menjadi rumah bagi seorang lelaki dengan karakter kuat, Yang Utama dari seorang raja, dilahirkan dengan nama Sanna, sosok yang sangat tenar, yang diluar keterikatan terhadap rakyatnya, memerintah dengan cara yang tepat, melalui jalan damai, konsiliasi dan pemberian hadiah, seperti seorang ayah membesarkan anaknya, sosok yang musuh-musuh tunduk padanya, melindungi Bumi sepanjang waktu dengan keadilan seperti Manu).

Klausa 9

(Dalam keadaan ini, sementara Raja Sanna memerintah sebagai Dewi yang berkedudukan, dalam perjalanannya, dan dalam rangka menunaikan tugasnya, pergi menikmati kebahagiaan yang telah dikumpulkan oleh keluarganya, kemudian dunia dipisahkan dari dirinya, tenggelam dalam kesedihan karena kehilangan seorang pemimpin).

Klausa 10

(Dia, yang naik tahta setelahnya, memiliki penguasaan dan kebaikan yang tiada tara, dan serupa dengan Gunung Meru. Dia berparas cerah seperti emas atau api yang menyala (seperti juga Gunung Meru yang berwarna putih), Ia memiliki lengan panjang, kaki yang besar dan kepala yang terangkat tinggi (seperti Gunung Meru dengan dasar yang besar dan puncak yang tinggi) yang di Bumi ini tiada penguasa lain yang menandingi keutamaan posisi dan keangkuhannya, yang hanya menyerupai gunung utama (Kulacala)).

Klausa 11

(Pengganti Raja Sanna yaitu putranya bernama Sanjaya yang diibaratkan dengan matahari. Kekuasaan tidak langsung diserahkan kepadanya oleh Raja Sanna tetapi melalui kakak perempuannya (Sannaha)).

Klausa 12

(Kesejahteraan, keamanan dan ketenteraman Negara. Rakyat dapat tidur di tengah jalan, tidak usah takut akan pencuri dan penyamun atau akan terjadinya kejahatan lainnya. Rakyat hidup serba senang).

Isi Prasasti Canggal

Prasasti Canggal meninggalkan keterangan yang sangat berharga bagi penulisan sejarah kuno Indonesia, terutama di masa kerajaan Mataram Kuno pada saat dibawah pemerintahan Raja Sanjaya.

Prasasti Canggal menjadi prasasti pertama yang dirilis oleh Raja Sanjaya dalam rangka memperingati pendirian lingga di atas bukit Sthirangga. Pendirian lingga tersebut disimbolisasikan sebagai wujud rasa syukur bahwa sang raja telah dapat membangkitkan kembali kerajaan dan bertahta kembali.

Selain itu, pendirian lingga tersebut juga dimaknai sebagai kejayaan pemerintah yang pada saat itu telah berhasil mengalahkan musuh-musuh. Mengingat prasasti Canggal berasal dari halaman Gunung Wukir, yang berarti bangunan lingga merupakan reruntuhan dari candi yang berlokasi sama dengan daerah tersebut.

Pada bait awal dalam prasasti Canggal berisikan puji-pujian kepada Dewa Siwa, Brahma, dan Wisnu. Pujian kepada Dewa Wisnu terdiri dari tiga bait. Hal ini menerangkan bahwa agama yang dipeluk oleh Raja Sanjaya dan rakyatnya pada saat itu adalah Hindu Syiwa.

Dalam prasasti Canggal juga menyebutkan bahwa pendahulu Raja Sanjaya merupakan seorang raja yang bernama Sanna di pulau Jawa, yang memerintah dengan lemah lembut bagaikan seorang ayah yang mengasuh anak-anaknya sejak kecil dengan penuh kasih sayang.

Selain itu disebutkan bahwa Raja Sanna merupakan raja yang termasyhur di berbagai penjuru dunia karena pernah menaklukan musuh-musuhnya. Raja Sanna juga memerintah dalam waktu yang lama dengan menjunjung tinggi keadilan. 

Pada saat Raja Sanna wafat banyak rakyat dan negerinya menjadi berduka, sedih, dan kebingungan karena kehilangan pelindung. Selanjutnya, raja pun berganti, yang menjadi pengganti Raja Sanna merupakan Raja Sanjaya, anak Sannaha atau saudara perempuan Raja Sanna.

Telah disebutkan dalam prasasti bahwa Raja Sanjaya merupakan raja yang gagah berani dan berhasil menaklukkan raja-raja sekelilingnya. Dari pencapaian tersebut Raja Sanjaya dihormati oleh banyak pujangga karena raja paham meletakkan kakinya jauh di atas kepala raja-raja yang lain.

Untuk mempermudah dalam memahami isi yang terkandung dalam prasasti Canggal, berikut terjemahan bebas isi dari setiap bait prasasti tersebut.

  • Bait 1 berisikan mengenai Raja Sanjaya yang melakukan pembangunan lingga di atas bukit.
  • Bait 2 hingga 6 berisikan pemujaan terhadap Dewa Siwa, Brahma, dan Wisnu.
  • Bait 7 menggambarkan kekayaan alam dan kemakmuran di wilayah Jawa, serta menerangkan bahwa pulau ini didirikan candi Siwa untuk kebahagiaan penduduk atas bantuan dari penduduk kunjarakunjadesa.
  • Bait 8 hingga 9 mengisahkan Raja Sanna sebagai pemimpin yang bijaksana dan dermawan kepada rakyatnya di Pulau Jawa. Setelah raja wafat maka dunia dalam keadaan berkabung karena kehilangan.
  • Bait 10 hingga 11 menerangkan mengenai pengganti Raja Sanna yaitu Raja Sanjaya yang diibaratkan sebagai matahari. Pergantian kekuasaan tersebut tidak langsung diberikan kepada raja baru melainkan melalui saudara perempuan Raja Sanna yaitu Sannaha.
  • Bait 12 menceritakan mengenai kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
fbWhatsappTwitterLinkedIn