Biologi

12 Satwa Endemik Jawa yang dilindungi Beserta Gambarnya

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Pulau Jawa merupakan salah satu pulau terbesar yang dimiliki oleh Indonesia. Pulau ini menjadi rumah bukan hanya untuk manusia saja tetapi juga makhluk lainnya seperti flora dan fauna. Bahkan beberapa dari mereka adalah fauna khas Jawa yang keberadaannya tidak dapat  kita jumpai di tempat lain. Namun sayangnya, ada jenis fauna yang populasinya diambang kepunahan. Berikut adalah daftar hewan khas pulau Jawa yang harus dilindungi. 

1. Kancil Jawa

Mungkin kamu sering mendengar satwa yang satu ini sebagai salah satu karakter dalam cerita anak-anak. Binatang yang selalu digambarkan memiliki kecerdasan tinggi ini memang benar-benar ada di dunia nyata lho. Kancil tersebar di wilayah pulau Jawa dengan nama ilmiahnya yaitu Tragulus javanicus. Penampilan dari fisiknya terlihat mirip dengan rusa hanya saja berukuran lebih kecil. 

Panjang tubuhnya maksimalnya yaitu 25 cm oleh sebab itu sering juga disebut sebagai rusa tikus. Selain rusa tikus nama lain dari kancil adalah pelanduk. Hewan ini memiliki tubuh berwarna coklat keemasan pada bagian atasnya, sedangkan bagian perutnya berwarna putih dan bagian tengkuknya berwarna coklat gelap. Kancil menyukai hutan primer dan sekunder yang lebat sebagai habitat mereka. 

Jumlah populasi kancil di habitat liarnya tidak ada yang mengetahui secara pasti. Namun IUCN Redlist menyatakan status kancil adalah “Data Deficient” atau kategori satwa yang minim informasi sehingga perlu penelitian ulang. 

2. Biul Slentek 

Biul Slentek adalah satwa endemik pulau Jawa dan juga Pulau Bali. Masyarakat Jawa biasanya menyebut mamalia sejenis musang ini dengan nama nyentek. Fauna ini memiliki ukuran tubuh yang kecil yakni hanya berkisar antara 30 hingga 40 cm. Ukuran tersebut menjadikannya sebagai jenis musang yang paling kecil. 

Ciri fisik dari biul slentek adalah tubuh berwarna coklat dengan corak putih tidak beraturan. Corak putih tersebut biasanya memanjang dari kepala hingga bagian ekor. Sedangkan bagian hidungnya umumnya berwarna coklat kemerahan. Jika jenis musang lainnya sering menghabiskan waktunya di atas pohon, biul slentek lebih suka berada di atas tanah. Selain menjadi spesies terkecil, biul slentek juga menjadi jenis spesies paling cerdas dan memiliki insting yang paling tajam di antara yang lainnya. 

3. Macan Tutul Jawa

Macan tutul Jawa adalah salah satu kucing besar yang hanya ada di pulau Jawa khususnya di hutan-hutan Pulau Kangean dan Pulau Nusakambangan. Namun sayangnya habitat tersebut sudah rusak akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab sehingga mengakibatkan penurunan terhadap populasi macan tutul Jawa. Catatan pada tahun 2008 oleh IUCN menyatakan bahwa populasi macan tutul jawa tidak lebih dari 300 ekor. Padahal macan tutul jawa merupakan satu-satunya kucing besar yang tersisa di Jawa. 

Karakteristik dari macan dengan nama latin Panthera pardus melas ini adalah tubuh yang lebih kecil jika dibandingkan dengan spesies macan tutul lainnya. Panjang tubuhnya mencapai ukuran maksimumnya 150 cm dengan tinggi 60 cm dan bobot tubuh 40 hingga 60 kg. Tubuhnya ditutupi dengan bulu berwarna kuning kecoklatan dengan motif totol hitam di sekujur tubuhnya. 

4. Elang Jawa

Elang merupakan spesies burung yang dikenal sebagai penguasa langit. Ternyata Jawa menjadi salah satu rumah bagi burung dengan penglihatan terbaik ini lho. Elang Jawa biasanya menjadikan hutan alam dataran rendah sebagai rumah mereka. 

Ciri khas dari burung berukuran sedang ini adalah memiliki jambul yang unik di kepalanya. Jambul tersebut berjumlah 3-4 helai yang menonjol dengan panjang hingga 12 cm. Bulu yang menyelimuti tubuhnya berwarna coklat dengan motif coretan berwarna di dada dan perutnya. Sementara itu bagian ekor terdapat motif garis-garis hitam yang menambah kesan gagah. Ukuran tubuhnya sekitar 70 cm dengan bentang sayap sepanjang lebih dari 100 cm.

Berdasarkan IUCN Redlist tahun 2015 menyatakan status konservasi burung elang jawa yaitu “endangered”. Artinya adalah burung ini dalam keadaan terancam punah. Oleh sebab itu satwa ini dilindungi dalam Peraturan Pemerintah no.07 tahun 1999. Untuk mencegahnya dari kepunahan burung ini dilestarikan di Taman Nasional Alas Purwo atau TNAP. 

5. Badak Jawa

Status konservasi badak Jawa mungkin sudah banyak diketahui oleh banyak orang sebab mamalia besar ini menjadi salah satu binatang paling langka di Indonesia bahkan di dunia. Rhinoceros sondaicus merupakan satwa asli pulau Jawa yang hanya dapat ditemukan di kawasan konservasi Ujung Kulon. Jumlahnya pun sangat memprihatinkan yaitu hanya 60 ekor. 

Perbedaan badak Jawa dengan spesies badak lainnya adalah tubuhnya yang berwarna abu-abu kehitaman dengan satu cula sepanjang 25 cm. Tubuh badak Jawa dilapisi oleh kulit yang berlipat sehingga terlihat seolah sedang mengenakan pakaian tamen baja. Berat tubuh badak Jawa mencapai bobot lebih dari 200 kg dengan ukuran panjang tubuh 4 meter serta tinggi 1,7 m.

6. Babi Jawa

Babi Jawa atau sering disebut juga sebagai babi kutil adalah spesies babi liar khas pulau Jawa. Mereka berhabitat di hutan-hutan Bawean dan Madura. Disebut dengan babi kutil karena babi ini memiliki daging yang menonjol seperti kutil sebanyak 3 buah pada bagian wajahnya. Ukuran panjang tubuh babi Jawa berkisar antara 90-190 cm dengan tinggi 90 cm serta berat tubuh mencapai 100 kg.

Ciri khas yang membedakan babi jawa dengan babi lainnya adalah memiliki bulu panjang yang terdapat pada bagian leher hingga ekor. Bulu panjang tersebut akan berdiri jika mereka merasa dalam keadaan bahaya. Saat ini berdasarkan IUCN Red List babi kutil merupakan satwa dengan status konservasi “endangered”. Keberadaannya hanya dapat ditemui di wilayah-wilayah yang jauh dari manusia. Meski sudah berstatus terancam punah namun pemerintah belum memasukkannya ke dalam status dilindungi. 

7. Owa Jawa 

Indonesia merupakan rumah bagi primata di seluruh dunia. Salah satu primata asli Indonesia adalah owa Jawa. Sesuai dengan namanya owa Jawa merupakan primata yang berasal dari Pulau Jawa khususnya Jawa Barat dan Jawa Tengah. Hylobates moloch merupakan jenis primata owa paling langka di dunia. 

Ciri khas dari owa Jawa adalah tidak memiliki ekor serta memiliki tangan dengan ukuran lebih panjang dari tubuhnya. Owa yang memiliki panjang tubuh 80 cm ini menghabiskan sebagian besar waktu hidupnya di atas pohon. Meski begitu, ketika berjalan di atas tanah mereka dapat berjalan tegak dengan kedua kakinya. 

Berdasarkan IUCN Red List, status konservasi owa jawa adalah “endangered” dengan jumlah populasinya yaitu hanya 5000 saja. 

8. Banteng Jawa

Banteng merupakan jenis mamalia yang sekilas serupa dengan sapi. Banteng Jawa bahkan menjadi maskot bagi hutan Baluran. Namun kondisi populasi satwa dengan nama latin Bos Javanicus ini sangat memprihatinkan. Banteng Jawa masuk ke dalam 25 satwa prioritas oleh Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan Republik Indonesia. Artinya adalah populasi sangat diperhatikan oleh pemerintah dan diharapkan bertambah sebanyak 10%. 

Ciri fisik yang dimiliki oleh banteng Jawa adalah memiliki tinggi tubuh 1,6 m, panjang tubuh 2,2 m dengan berat tubuh mencapai hingga 1 ton. Tubuhnya berwarna berwarna coklat, abu-abu hingga kehitaman. Bagian mata dan moncong banteng berwarna putih sedangkan bagian kaki memiliki punuk. 

Usia hidup benteng cukup lama yaitu mencapai angka 30 tahun dengan masa siap reproduksi pada usia 2-3 tahun. Namun banteng betina hanya melahirkan satu ekor saja dalam sekali proses kehamilan dengan masa hamil selama 285 hari. Oleh sebab itu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk meningkatkan populasi banteng Jawa. 

9. Trulek Jawa 

Trulek Jawa adalah binatang sejenis burung asli dari pulau Jawa. Burung ini sudah pernah dinyatakan punah oleh IUCN yaitu pada tahun 1994 namun direvisi menjadi “kritis” pada tahun 2000. Meski demikian keberadaan burung trulek jawa masih sangat misterius bahkan peneliti mencatat burung ini terakhir kali terlihat pada tahun 1940.  

Burung dengan nama latin  Vanellus macropterus ini memiliki ukuran tubuh sedang yaitu 28 cm. Bulu yang menyelimuti tubuh trulek jawa berwarna coklat keabu-abuan namun berwarna hitam pada bagian kepala dan perut burung. Sedangkan untuk bagian ekor dan tungging berwarna putih. Habitat mereka yaitu di daratan yang berair seperti di tepi sungai dan rawa. 

10. Monyet Surili

Monyet surili merupakan jenis primata asli dari Jawa Barat. Berbeda dengan Owa Jawa yang memiliki ukuran tubuh sedang, surili memiliki ukuran tubuh yang kecil 60 cm dengan berat tubuh 8 kg. Habitat asli dari monyet ini yaitu di hutan primer, hutan sekunder, hingga hutan bakau. Ciri umum yang dapat kita lihat dari surili yaitu bulunya yang berwarna abu-abu pada bagian punggung dan dagu sedangkan bagian dada, perut, lengan, dan kaki berwarna putih. 

Primata dengan nama latin Presbytis comata fredericae ini sudah dinyatakan punah oleh IUCN sejak tahun 1988 dengan penyebab utamanya adalah kerusakan hutan. Saat ini tercatat hanya ada 2.500 ekor surili dan terus terancam punah. 

11. Merak Hijau

Merak merupakan sejenis burung yang dikenal karena ekornya yang sangat cantik. Indonesia memiliki berbagai jenis merak salah satunya adalah merak hijau yang berasal dari Jawa. Sayangnya burung cantik ini berada dalam status konservasi terancam sejak tahun 2007. Jumlahnya di alam bebas hanya terdapat 100 ekor saja.

Merak merupakan jenis burung besar dengan ukuran tubuh hingga 250 cm dan berat 4-5 kg. Meski berukuran besar namun merak dapat terbang dengan jarak yang cukup jauh. Sesuai dengan namanya, merak ini memiliki mahkota berwarna biru kehijauan namun bagian pipi berwarna kuning. Merak hijau umumnya berhabitat di lahan terbuka, semak, hingga dataran dengan pohon-pohon tinggi, 

12. Katak Merah

Katak merah adalah reptil khas yang berasal dari Jawa Barat terutama wilayah Ciremai. Katak ini sebenarnya berwarna coklat namun memiliki bercak kemerahan sehingga disebut dengan katak merah. Katak ini sangat mudah ditemukan pada tahun 1976 namun setelah meletusnya gunung galunggung pada tahun 1987 mengakibatkan populasi katak merah turun drastis. Bahkan hingga tahun 2003, hanya satu ekor katak merah saja yang berhasil ditemukan. 

Meski IUCN sudah menyatakan status “endangered” pada katak merah namun pada kenyataannya pemerintah tidak memasukkan Leptophryne cruentata sebagai satwa yang dilindungi.