Hari infanteri mungkin bagi sebagian orang akan terdengar asing. Apa itu hari infanteri? Padahal, hari ini sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai sejarah yang ada di Indonesia. Hari ini dicetuskan untuk memperingati salah satu peristiwa perang melawan sekutu. Hari yang menjadi saksi bagiamana semangat berjuang para nasionalisme pada zaman dahulu. Hari infanteri merupakan hari untuk mengenang pertempuran Ambarawa.
Pertempuran Ambarawa juga dahulu dikenal dengan dengan sebutan hari juang Kartika TNI Angkatan Darat. Sebab, hari ini melibatkan banyak TNI Angkatan Darat yang di mana pada saat itu mereka berjuang menghadapi sekutu. Bahkan pada hari ini salah satu kolonel TNI AD harus tewas di medan perang. Hari tersebut menjadi hari yang menggambarkan bagaimana kekuatan NKRI bersatu untuk bisa memukul mundur pasukan sekutu.
Pertempuran Ambara membuat TKR dan laskar rakyat bersatu melawan sekutu. Dengan berbekal senjata yang tertinggal jauh dari sekutu, rupanya berhasil membuat mereka menang dari pertempuran. Lalu, bagaimana perjuangan TKR dan laksar rakyat dalam pertempuran Ambaran? Dan bagaimana sejarah hari infanteri secara lengkap? Selengkapnya akan kita bahas berikut ini.
Sejarah Hari Infanteri
Hari infanteri diperingati setiap tanggal 15 Desember. Dahulunya hari ini dikenal dengan nama Hari Juang Kartika yang pada intinya menggambarkan salah satu peristiwanya sejarah Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Setelah Indonesia menyatakan merdeka dan membacakan teks proklamasi, hal ini tak serta merta membuat para sekutu mundur. Mereka tidak membiarkan begitu saja Indonesia untuk bisa lepas dari jerat kolonialisme dan menghirup angin segar kemerdekaan. Belanda masih mencoba untuk mengganggu dengan datang lagi ke Indonesia.
Kedatangan Belanda kali ini dengan membonceng tentara sekutu. Mereka datang ke kota-kota besar yang ada di Indonesia. Salah satunya yakni Kota Ambarawa. Kedatangan mereka tentu saja tak lain dan tak bukan untuk menanamkan kembali kolonialisme. Tentunya kedatangan mereka tidak disambut baik oleh warga sekitar termasuk di Ambarawa. Sebab, mereka kembali membuat kekacauan.
Kedatangan Belanda yang diboncengi NICA ini merupakan asal usul terjadinya Perang Ambarawa atau yang lebih dikenal dengan Palagan Ambarawa. Perang ini terjadi selama empat hari pada pertengahan bulan Desember 1945 dan berakhir di tanggal 15 Desember 1945. Peristiwa Ambarawa ini semula terjadi karena adanya perebutan air antara pihak sekutu dan Indonesia di Desa Ngampon. Kemudian, hal ini terus berlanjut dengan adanya pengibaran bendera Belanda di Ambarawa. Akhirnya pertempuran pun terjadi antara batalyon Tentara Keamanan Rakyat yang dibantu pemuda pejuang Angkatan Muda dengan para pasukan sekutu.
Pada tanggal 20 Oktober 1945, kedatangan sekutu seharusnya untuk mengurus tawanan perang di penjara Amabarawa dan Magelang. Namun, sekutu justru memboncengi NICA untuk mempersenjatai para tawanan. Tentulah hal ini menyulut kemarahan orang pribumi sehingga terjadilah insiden antara TKR dengan tentara sekutu pada tanggal 20 Oktober 1945.
Untuk mengatasi terjadinya bentrokan, pihak Inggris datang ke Magelang dan Ambarawa dengan tujuan membebaskan 10.000 tawanan perang. Tidak hanya itu, Soekarno beserta Brigjen Bethel pun melakukan perundingan terkait gencatan senjata pada tanggal 2 November 1945. Akhirnya diperoleh lah kesepakatan antar dua pihak yakni sekutu harus tetap menjalankan kewajibannya dan tidak boleh mengakui atau membersamai aktivitas NICA.
Sayangnya, kesepakatan ini tidak diakui dan diabaikan oleh pihak sekutu. Sehingga terjadilah pertempuran pada tanggal 20 November 1945 yang kemudian pertempuran tersebut semakin menjalar ke dalam kota pada tanggal 22 November 1945. Terjadi pengeboman di pedalaman Ambarawa oleh bala tentara sekutu untuk mengancam kedudukan TKR. Namun, dengan sigap pihak TKR melakukan pembalasan untuk mempertahankan wilayahnya dari ancaman sekutu. Sejak saat inilah Ambarawa terbagi menjadi 4 sektor yakni sektor Utara, sektor selatan, sektor timur dan sektor barat.
Semangat perlawanan rakyat Ambarawa bersama dengan TKR berhasil membuat sekutu kesulitan untuk menaklukkan wilayah tersebut. Dalam hal ini, pasukan TKR yang terlibat dalam pertempuran berjumlah 19 batalyon dan siap menghadapi sekutu. Sayangnya, pada tanggal 26 November pertempuran tersebut berhasil menewaskan Kolonel Isdiman. Kemudian, Kolonel Isdiman digantikan oleh Kolonel Soedirman. Dengan tewasnya Kolonel Isdiman semakin mendorong TKR dan rakyat untuk melakukan perlawanan balik dan memukul mundur Sekutu. Namun, sekutu terus melancarkan aksinya dengan mengancam daerah Ambarawa. Sebab, daerah tersebut merupakan tempat yang strategis untuk menjangkau Surakarta, Magelang dan Yogyakarta.
Kehadiran Jenderal Besar Soedirman bertujuan untuk membangkitkan kembali semangat TKR dan rakyat setelah gugurnya kolonel Isdiman. Saat kedatangan Soedirman tentara sekutu masih bertahan di Ambarawa. Hal inilah yang membuat Soedirman geram untuk segera mengusir mereka secepatnya dari Ambarawa. Maka dari itu, pada tanggal 12 Desember pukul 04.30 terjadi serangan ke Ambarawa dari semua lini. Serangan ini dilakukan secara bersamaan dan mendadak dari semua sektor.
Komando penyerangan dipimpin oleh setiap komandan sektor TKR, dan dibantu pasukan laskar rakyat sebagai barisan pendukungnya. Taktik ini kemudian dinamakan dengan taktik Supit Urang atau taktik mengunci dan memgurung lawan. Sebab, serangan ini dilakukan secara mendadak dan bersamaan sehingga membuat lawan keteteran dan tak siap. Akibatnya, pasukan sekutu benar-benar terkurung. Komunikasi serta suplasi dari pasukan induk yang ada di Semarang terputus.
Namun sekutu tidak bodoh dengan hanya berdiam diri. Mereka melakukan bombardir di daerah Ungaran dengan pesawat milik sekutu. Hal ini bertujuan untuk membuka jalan bagi pasukan sekutu agar bisa bergerak bebas. Serangan ini tidak hanya berlangsung di Ungaran melainkan juga meluas hingga Solo dan Yogyakarta. Mereka terus mencari cara agar terbebas dari pengepungan dan bisa melakukan serangan balik. Namun, semangat TKR dan laskar rakyat untuk mengusir sekutu tidak pernah luntur. Secara bersama-sama, mereka melakukan berbagai upaya yang maksimal untuk mengusir sekutu dari Ambarawa. Mereka berhasil mengepung Benteng Williem selama 4 hari 4 malam. Pengepungan ini menyebabkan kedudukan sekutu menjadi terjepit.
Hasilnya, pada tanggal 15 Desember 1945 TKR dapat memukul mundur pasukan sekutu dari Ambarawa. Sekutu mundur ke Semarang dan Ambarawa dapat direbut kembali. Hari inilah yang kemudian dikenal dengan hari infentari atau hari juang Kartika tentara Angkatan Darat. Resistensi pasukan tersebut diabadikan ke dalam salah satu bagian pagar bangsa di Indonesia.
Melalui TNI, setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Juang Kartika atau Hari Infanteri yang menggambarkan kekuatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam melawan sekutu. Keberhasilan pihak RI ini dalam peristiwa Ambarawa hendaknya menjadi pelajaran bahwa setiap warga negara seharusnya memiliki jiwa nasionalisme. Sehingga, dengan adanya rasa nasionalisme dapat mendorong rasa memiliki atas negara kesatuan ini.
Itulah sejarah mengenai hari infanteri. Wah, ternyata sejarahnya begitu mengharukan. Bagaimana bersatunya rakyat beserta TKR untuk memukul mundur para kawanan sekutu. Padahal, saat itu senjata mereka jauh tertinggal dibandingkan tentara sekutu loh. Tetapi, ternyata hal tersebut bukanlah kendala yang berarti. Buktinya, mereka dapat memenangkan pertempuran dengan memukul mundur Sekutu dari Ambarawa. Hal ini seharusnya menjadi pelajaran bagi kita. Bagaimana gigihnya orang terdahulu mempertahankan NKRI. Mereka bahkan rela loh mempertahankan nyawanya hanya untuk kemerdekaan. Maka dari itu, sudah seharusnya kita memiliki sikap Nasionalisme dan patriotisme.