Sekolah Minggu: Pengertian – Sejarah dan Dasarnya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Sebelum naik ke surga, Yesus memberikan sebuah pesan yang penting kepada murid-murid-Nya yang kemudian kita sebut sebagai Amanat Agung.

Amanat Agung ini dapat kita baca pada kitab Matius 28:19-20 yang berkata demikian, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Ada perintah untuk menjadikan semua bangsa murid Tuhan. Oleh karena Amanat Agung ini, gereja sebagai bagian dalam pelayanan Tuhan di dunia ini pun memiliki tiga tugas utama yaitu koinonia yang berarti bersekutu, marturia yang berarti bersaksi, dan diakonia yang berarti melayani.

Di dalam menjalankan tugas pelayanannya, gereja akhirnya membentuk berbagai badan pelayanan.

Badan-badan pelayanan ini memiliki tugas tertentu agar tujuan utama tugas gereja dapat tercapai.

Salah satu badan pelayanan yang hampir dimiliki oleh setiap gereja adalah Sekolah Minggu.

Apa Itu Sekolah Minggu?

Sesuai namanya, Sekolah Minggu adalah sekolah yang dijalankan di hari Minggu.

Hal ini berarti sekolah diadakan di dalam gereja yang melaksanakan ibadah di hari Minggu.

Tentu, sebagai bagian dalam gereja, Sekolah Minggu memiliki peran utama untuk mengajarkan firman Tuhan.

Sama seperti sekolah pada umumnya, Sekolah Minggu pun merupakan badan pelayanan gereja yang bertugas untuk melayani anak-anak.

Di dalam Sekolah Minggu juga terdapat guru-guru Sekolah Minggu.

Guru-guru ini sebelumnya telah mendapat pelatihan sebelum akhirnya diutus untuk mengajar.

Melalui Sekolah Minggu, anak-anak belajar hal-hal mendasar dalam Alkitab.

Misalnya, anak-anak jadi tahu cerita nabi-nabi dalam Alkitab dan pelajaran apa yang dapat mereka lakukan.

Selain itu, anak-anak juga diajarkan untuk memahami doa Bapa Kami.

Sejarah Sekolah Minggu

Sekolah Minggu mulai diadakan pada abad ke-18 oleh kerinduan hati Robert Raikes, seorang wartawan di Inggris.

Pada saat itu, terdapat krisis ekonomi yang melanda Inggris. Sebagai seorang wartawan, Robert Raikes bertugas untuk meliput berita di Inggris.

Dalam menjalankan tugas, Raikes banyak mengamati kegiatan anak-anak yang menjadi buruh kasar di pabrik.

Sebagai buruh, anak-anak ini bekerja keras dari hari Senin hingga Sabtu dan libur pada hari Minggu.

Mereka mendapatkan upah sebagai buruh yang membuat mereka mampu bersenang-senang dengan uang sendiri.

Dengan uang tersebut, para anak-anak ini memilih untuk minum minuman keras, berjudi, dan melakukan hal buruk lainnya.

Di saat itulah Tuhan menggerakkan hati Robert Raikes. Tidak tahan dengan keadaan tersebut, Robert Raikes membuka kelas yang dibuka di hari Minggu untuk anak-anak tersebut.

Kelas ini pertama kali dibuka di sebuah dapur kecil milik seorang bernama Meredith yang berada di kota Scooty Alley.

Melalui kelas tersebut, Robert Raikes mengajarkan sopan santun, kebersihan, dan hal lainnya.

Lalu, seiring dengan perkembangannya, anak-anak ini juga diajarkan isi Alkitab melalui kelas ini.

Semakin lama kelas ini semakin berkembang besar. Selanjutnya, kelas seperti ini banyak dibuka di kota-kota lain dan akhirnya terus berkembang ke berbagai wilayah di dunia.

Karena kelas ini dibuka di hari Minggu dan seperti sekolah, kegiatan kelas ini kemudian disebutlah sebagai Sekolah Minggu.

Dasar-Dasar Pelayanan Sekolah Minggu

Sebagai sebuah sekolah, tentu ada guru yang harus mengajarkan anak-anak tersebut.

Karena Sekolah Minggu ini masih merupakan bagian dari gereja, guru-guru Sekolah Minggu tidaklah dibayar karena mereka melakukan pelayanan.

Meskipun di dalam Alkitab tidak ada perintah untuk membentuk badan pelayanan Sekolah Minggu, tetapi pelayanan ini memiliki dasar yang alkitabiah.

Berikut dasar-dasar pelayanan Sekolah Minggu:

  • Allah sendiri memerintahkan bahwa firman Tuhan haruslah diajarkan kepada anak-anak sesuai yang dikatakan Ulangan 6:4-7 yang berisi, “Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, denan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.”
  • Pada masa pembuangan di Babilonia, orang Yahudi membuat peraturan bahwa anak-anak diwajibkan mendapatkan pendidikan oleh sukarelawan yang memahami kitab Taurat.
  • Peraturan tersebut tetap dilakukan bahkan ketika orang Yahudi dapat kembali ke Palestina.
  • Paulus juga mengingatkan dalam 1 Timotius 3:15 dengan berkata, “Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.” Sebagai keluarga Allah, anak-anak tidak boleh luput dari perhatian sehingga mereka pun perlu mengenal Allah juga.

Perkembangan Sekolah Minggu di Indonesia

Kegiatan Sekolah Minggu tidak berhenti berkembang di Inggris dan negara Eropa lainnya.

Para misionaris diutus Allah untuk melayani hingga ke negara-negara di benua Asia, termasuk di Indonesia.

Oleh karena pelayanan itulah, gereja-gereja di Indonesia pun juga mengenal badan pelayanan Sekolah Minggu.

Berikut perkembangan Sekolah Minggu di Indonesia:

  • Pelayan-pelayan di gereja mendapatkan inisiatif untuk melakukan pelayanan pengajaran kepada anak-anak seperti yang telah mereka dengar dari kesaksian para misionaris yang datang.
  • Terdapat bukti berupa catatan pribadi yang menunjukkan bahwa anak-anak dikumpulkan di rumah tangga, sebelum Indonesia merdeka.
  • Anak-anak yang ikut beribadah di gereja bersama orang tua kemudian dikumpulkan untuk melakukan ibadah tersendiri.
  • Sekolah Minggu berkembang pesat di Eropa dan Amerika pada abad ke-19. Perkembangan ini ikut dirasakan oleh Indonesia.
  • Sekolah Minggu di Indonesia secara resmi dimulai pada awal abad ke-20 di zending-zending. Daerah tersebut mendirikan Sekolah Minggu dan melaksanakan kebaktian.
  • Zending-zending tidak hanya mengadakan kebaktian anak, tetapi secara terstruktur,, mereka juga menerbitkan buku pedoman untuk mengajarkan agama Kristen pada anak-anak.
  • Pada tahun 1953, PGI yang dahulu bernama Dewan Gereja Indonesia mengesahkan “Seksi Sekolah Minggu”.

Itulah beberapa penjelasan mengenai Sekolah Minggu. Sekolah Minggu adalah bagian penting dari pelayanan di gereja.

Sekolah Minggu yang berjalan dengan baik akan menumbuhkan anak-anak yang sungguh kenal dan taat kepada Tuhan. Tentu hal ini akan menjadi sukacita pelayanan yang begitu luar biasa.

Oleh karena itu, penting untuk kita membawa anak-anak kita untuk mengenal firman Tuhan melalui pelayanan Sekolah Minggu.

fbWhatsappTwitterLinkedIn