7 Stadion Tertua di Indonesia Beserta Sejarahnya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Stadion adalah sebuah tempat yang sering digunakan untuk penyelenggaraan olahraga maupun acara-acara besar. Indonesia memiliki banyak sekali stadion yang tersebar di seluruh kota. Dari sekian banyaknya stadion tersebut berikut ini adalah daftar stadion tertua di Indonesia. 

1. Stadion Sriwedari, Surakarta

Stadion Sriwedari, Surakarta

Stadion Sriwedari berlokasi di Jl. Bhayangkara No.5, Sriwedari, Kec. Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah serta merupakan stadion  pertama yang dibangun oleh pemerintah Indonesia. Tak heran jika stadion ini merupakan saksi sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Stadion selesai dibangun pada tahun 1933 dan diprakarsai oleh Sri Susuhunan Kubuwono X yaitu Raja dari Keraton Surakarta. Beliau menginginkan sebuah tempat yang dapat digunakan oleh warganya untuk berolahraga maka dibangunlah stadion ini.

Sebelum adanya stadion ini masyarakat Indonesia hanya diperbolehkan melakukan aktivitas olahraga di alun-alun bahkan tidak boleh menggunakan alas kaki. R.M.T. Wongsonegoro kemudian memberi gagasan untuk membangun stadion kepada Raja keraton Surakarta. Tanpa pikir panjang Raja pun menyetujui dan menyiapkan sebuah lahan di desa Sriwedari dengan dana sebesar 30.000 gulden. 

Stadion kemudian dibangun dengan ukuran luas total 58.579 meter persegi dan luas stadion 24.011 meter persegi serta lapangan sepak bola seluas 70 x 100 meter persegi. Stadion ini kemudian digunakan sebagai tempat berlangsungnya Pekan Olahraga Nasional (PON) yang pertama kali. Acara tersebut diselenggarakan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 8-12 September 1948 sebagai salah satu upaya untuk menyatukan rakyat Indonesia. 

Stadion sriwedari sempat berganti nama menjadi stadion R. Maladi setelah dilakukan pemugaran tahun 2003. Pergantian nama ini diresmikan oleh Walikota Slamet Suryanto dengan tujuan untuk menghormati perancang stadion sriwedari sekaligus mengenang jasa-jasa R. Maladi sebagai menteri Olahraga. Namun stadion ini kembali ke nama aslinya yaitu “stadion sriwedari” pada November 2011 gunan mempertahankan nilai sejarahnya. 

2. Stadion Siliwangi, Bandung

Stadion Siliwangi, Bandung

Stadion Siliwangi berdiri dengan megah di Jawa Barat tepatnya di Jl. Lombok No.10, Merdeka, Kec. Sumur Bandung. Stadion ini dibangun pada 1 Januari 1954 dan merupakan markas bagi klub sepak bola kebanggan kota Bandung yakni PERSIB. Stadion ini didirikan untuk memperingati peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi pada 1946. Pembangunan stadion ini atas dasar usulan dari Panglima Tentara dan Teritorium III, Kol. If. A.E. Kawilarang. 

Dana yang digunakan bahkan menggunakan potongan gaji para tentara. Setelah rampung dibangun, stadion ini kemudian diresmikan pada 24 Maret 1956 oleh Panglima Kawilarang. 

Stadion ini pernah dijadikan tempat berlangsungnya pertandingan kelas dunia. Pertandingan tersebut diikuti oleh Persib yang pada saat itu merupakan juara liga perserikatan tahun 1986 melawan klub Belanda yang sedang berjaya yaitu  PSV Eindhoven. 

Pertandingan tersebut dihelat pada tahun 1988. Stadion yang dahulu dikenal sebagai stadion sparta ini memiliki kapasitas 40,000 penonton. Stadion yang memiliki banyak gambaran perjuangan peristiwa Bandung Lautan Api pada dindingnya ini masih berdiri hingga sekarang namun bukan lagi sebagai markas Persib Bandung. 

3. Stadion Gajayana, Malang

Stadion Gajayana, Malang

Stadion yang berdiri di Jl. Tangkuban Perahu, Kauman, Kec. Klojen, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur ini merupakan salah satu stadion yang paling tua di Indonesia. Pembangunan stadion ini dikerjakan pada masa penjajahan Belanda yaitu tahun 1924. Stadion ini dahulunya merupakan markas bagi klub sepak bola kebanggaan Malang yaitu Arema.

Selain Arema tercatat beberapa klub juga menjadikan stadion Gajayana sebagai markas seperti Voetbalbond Malang en Omstreken pada tahun 1924-1928, Malangsche Voetbal Bond dari tahun 1928-1934, dan Malangsche Voetbal Unie pada tahun 1934-1952 dan sebagainya. 

Pembangunan stadion ini diusulkan oleh walikota pertama Malang pada masa kolonial yaitu H.I Bussemaker sekaligus menjadi perancang bangunan. Stadion dengan biaya pembangunan 100.000 gulden ini pada awalnya hanya berkapasitas 5-100 ribu penonton namun saat ini bertambah menjadi 30 ribu penonton. Nama Gajayana diambil dari nama Raja pertama kerajaan Kanjuruhan yang merupakan kerajaan Hindu pertama di Jawa Timur.

4. Stadion Gelora 10 November, Surabaya

Stadion Gelora 10 November, Surabaya

Stadion Gelora 10 NOVEMBER merupakan stadion yang dibangun pada tahun  1907 hingga 1923. Stadion ini terletak di Jl. Tambaksari, Tambaksari, Kec. Tambaksari, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Stadion ini tak hanya menjadi markas bagi klub sepak bola Surabaya tetapi saksi bisu untuk kegiatan-kegiatan keagamaan, Politik hingga Budaya Indonesia tempo dulu. Lapangan stadion ini pernah digunakan sebagai tempat bersatunya seluruh rakyat Surabaya dari berbagai etnis untuk menyerang kolonial. 

Pada awal berdiri stadion yang pernah dijadikan tempat untuk rapat samudera untuk show of force terhadap Jepang ini bernama stadion Tambaksari. Namun namanya kemudian diubah menjadi Gelora 10 November setelah renovasi. Nama tersebut disematkan untuk mengenang pertempuran rakyat Surabaya yang terjadi pada tanggal 10 November 1945.

5. Stadion Teladan, Medan 

Stadion Teladan, Medan

Kota Medan juga mempunyai stadion kebanggaannya. Stadion yang pernah ambur ini dibangun pada tahun 1951 dan selesai pada tahun 1953. Pembangunan stadion ini dilakukan untuk mempersiapkan PON ke 3 yang diadakan pada tahun 1953. Stadion berada di Jalan Stadion, Kota Medan, Sumatera Utara ini pada awalnya hanya berkapasitas 2000 orang namun semakin berkembang hingga menjadi 20.000 orang.

Selain menjadi markas bagi klub sepak bola Medan yaitu PSMS, stadion ini pernah digunakan untuk salah satu pertandingan Marah Halim Cup yang merupakan salah satu pertandingan internasional terbesar kala itu. Pertandingan yang diprakarsai oleh Gubernur Sumatera Utara Marah Halim Harahap ini bahkan diikuti oleh berbagai klub sepak bola dari berbagai mancanegara. 

6. Stadion Menteng, Jakarta

Stadion Menteng, Jakarta

Saat ini mungkin warga Jakarta lebih mengenalnya dengan nama Taman Menteng. Ternyata sebelum menjadi taman menteng lokasi tersebut merupakan stadion yang sudah ada sejak tahun 1921. Stadion ini bernama stadion menteng yang merupakan markas pertama bagi klub sepak bola Persija. Stadion yang dulunya berlokasi di Jalan HOS Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat adalah hasil rancangan dari arsitek Belanda yakni  F.J. Kubatz dan P.A.J. Moojen dan diberi nama Voetbalbond Indische Omstreken Sport (Vosveld). 

Pembangunan stadion dengan kapasitas 10.000 orang ini bertujuan sebagai tempat olahraga bagi orang-orang Belanda kala itu. Setelah kemerdekaan RI tepatnya  mulai tahun 1961, stadion ini digunakan untuk kepentingan masyarakat umum. Bahkan stadion ini diresmikan sebagai situs cagar Budaya pada tahun 1975 oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.

Sayangnya kondisi yang sudah tidak layak lagi mengharuskan stadion ini dialih fungsikan. Pada tanggal 26 Juli 2006, Pemprov DKI jakarta Sutiyoso menyulap stadion menteng menjadi sebuah taman yang saat ini dikenal sebagai Taman Menteng. 

7. Stadion Mattoanging, Makassar 

Stadion Mattoanging, Makassar

Kota Makassar tak hanya terkenal dengan kuliner khasnya tetapi juga menjadi tempat berdirinya salah satu stadion tertua. Stadion tersebut adalah stadion Mattoanging yang sudah mulai dibangun sejak 1955. Pembangunan stadion yang diresmikan pada 6 Juli 1957 bertujuan untuk persiapan PON RI yang ke 4. Stadion dengan kapasitas 15.000 penonton ini mendapatkan namanya dari bahasa lokal yaitu “Mattoa” dan “Anging” yang memiliki makna melirik angin. 

Stadion ini pada awalnya dikelola oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia atau KONI. Namun sejak tahun 1980 berpindah tangan kepada YOSS dikarenakan kendala biaya yang terbatas. Saat ini stadion Mattoangin direncanakan akan dipugar secara besar-besaran pada tahun 2020. Meski akan diubah menjadi stadion kelas internasional, unsur-unsur sejarah didalamnya akan tetap dipertahankan. 

fbWhatsappTwitterLinkedIn