peninggalan hindu buddha - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/peninggalan-hindu-buddha Wed, 02 Feb 2022 03:00:07 +0000 id-ID hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://haloedukasi.com/wp-content/uploads/2019/11/halo-edukasi.ico peninggalan hindu buddha - HaloEdukasi.com https://haloedukasi.com/sub/peninggalan-hindu-buddha 32 32 5 Teori Masuknya Hindu-Buddha Ke Indonesia https://haloedukasi.com/teori-masuknya-hindu-buddha-ke-indonesia Wed, 02 Feb 2022 03:00:04 +0000 https://haloedukasi.com/?p=30957 Sebelum masyarakat Indonesia memiliki agama dan kepercayaan seperti saat ini mereka percaya pada kekuatan animisme dan dinamisme. Salah satu agama yang masuk dan diterima oleh penduduk Indonesia adalah Hindu Buddha. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan berdirinya kerajaan besar bercorak Hindu-Buddha di Nusantara.  Lalu bagaimana dan siapa yang pertama kali membawa ajaran Hindu Buddha ke tanah […]

The post 5 Teori Masuknya Hindu-Buddha Ke Indonesia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sebelum masyarakat Indonesia memiliki agama dan kepercayaan seperti saat ini mereka percaya pada kekuatan animisme dan dinamisme. Salah satu agama yang masuk dan diterima oleh penduduk Indonesia adalah Hindu Buddha. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan berdirinya kerajaan besar bercorak Hindu-Buddha di Nusantara. 

Lalu bagaimana dan siapa yang pertama kali membawa ajaran Hindu Buddha ke tanah air? berikut adalah teori-teori masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia.

1. Teori Brahmana

Kasta Brahmana adalah kasta paling tinggi dalam ajaran Hindu yang diisi oleh para pendeta, sedangkan teori Brahmana adalah sebuah pendapat tentang masuknya pengaruh Hindu dan Buddha ke Indonesia yang disampaikan oleh Jacob Cornelis Van Leur. Jacob Cornelis Van Leur adalah seorang peneliti sejarah adalah Belanda.  Berdasarkan teori ini mengatakan bahwa ajaran dan kebudayaan Hindu dan Buddha masuk ke Nusantara karena dibawa oleh para kasta tertinggi ini. 

Para petinggi tersebut diundang oleh para penguasa Nusantara pada masa itu. Teori-teori ini didukung oleh adanya ajaran Hindu-Buddha yang mengatakan bahwa acara ini hanya boleh dipelajari orang-orang Brahmana. Karena pada saat itu hanya lah orang-orang kasta tertinggi saja yang bisa baca tulis dan kasta ini lah yang dipercaya untuk menyebarkan ajaran mereka.

Namun sebuah teori adalah pendapat yang belum dipastikan kebenarannya. Teori pada umumnya memiliki pendukung dan yang melemahkannya. Begitu juga dengan teori ini dimana ada yang pro dan ada yang kontra seperti berikut ini. 

Tokoh Pendukung

Teori Brahmana didukung oleh Frederik David Kan Bosch yang merupakan seorang sejarawan dan arkeolog. Ia mendukung teori ini dengan bukti yakni adanya jabatan atau kedudukan atau jabatan bagi para Brahmana dalam keraton dan kerajaan pada masa lampau. 

Teori tidak asal dirumuskan begitu saja melainkan berdasarkan pada prasasti-prasasti yang telah ditemukan. Menurutnya para Brahmana datang ke Nusantara melalui jalur laut untuk menjadi penasihat para raja.

Tokoh Penentang 

Teori bahwa para kasta Brahmana datang ke Nusantara ini datang melalui jalur laut ini dilemahkan dengan teori dari para kaum Hindu kuno. Teorinya mengatakan bahwa kaum Brahmana tidak diperbolehkan untuk menyebrangi lautan.  Kasta Brahmana yang melanggar peraturan ini maka akan kehilangan statusnya dan menjadi rakyat biasa. 

Teori lainnya yang melemahkan teori Brahmana adalah para raja di Nusantara tidak bisa baca tulis Sansekerta dan pallawa yang terdapat  pada kitab weda. Kitab weda adalah kitab yang diajarkan oleh para Brahmana. 

2.  Teori Ksatria

Ksatria adalah kasta tertinggi kedua dalam ajaran Hindu yang diisi oleh para prajurit. Teori ini dirumuskan oleh Cornelis Christiaan Berg atau lebih dikenal sebagai C.C. Berg. Berdasarkan teori ini mengatakan bahwa pengaruh Hindu dan Buddha masuk ke Nusantara karena dibawa oleh para prajurit yang kalah dalam perang di tempat lahir agama ini yakni India. 

Para prajurit atau perwira tersebut kalah dan mencari tempat yang aman agar tetap hidup. Mereka tinggal di Nusantara dalam kurun waktu yang cukup lama bahkan ada yang menetap. Sehingga secara tidak langsung mereka membawa budaya mereka dan diterapkan di tempat yang baru. 

Serupa dengan teori Brahmana, Teori Ksatria juga memiliki pendukung dan penentangnya seperti berikut ini. 

Tokoh pendukung

Teori Ksatria mendapat banyak dukungan dari beberapa pihak seperti:

  • J.L Moens

J.L Moens membenarkan teori Ksatria berdasarkan penelitiannya yang menyatakan bahwa India sekitar abad ke-4 hingga 5 telah mengalami peperangan akibat perebutan tahta dan kekuasaan. Mereka yang kalah dan masih hidup kemudian meloloskan diri dan pergi ke Nusantara. Hal ini sejalan dengan awal berdirinya kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia yang di mulai pada abad 4-5. 

  • Mookerji

Hal serupa juga diungkapkan oleh Mookerji yang kemudian menambahkan para Ksatria tersebut mendirikan kerajaan di Nusantara. Dalam teorinya juga mengatakan bahwa mereka juga turut membawa para seniman untuk mendirikan candi . Hal ini lah yang menjadikan candi di Indonesia memiliki kemiripan dengan candi di India. Tak hanya itu mereka juga menjalin hubungan dagang dengan kerajaan-kerajaan di sana.

Tokoh Penentang 

Meski mendapat dukungan dari beberapa pihak namun teori ini juga ditentang oleh beberapa tokoh seperti berikut.

  • Frederik David Kan Bosch 

Frederik David Kan Bosch  menentang teori ini karena menurutnya tidak ada bukti yang kuat. Ia mengatakan bahwa tidak ada prasasti yang menunjukkan bahwa raja dari India berhasil menaklukan negeri yang jauh. 

Lebih lanjut ia pendapat jika ada dari kasta Ksatria yang menikah dengan pribumi maka sudah pasti ada penerusnya namun hal tersebut tidak dapat dibuktikan. Menurutnya para pelarian Ksatria tidak mungkin mendapat kedudukan mulia sekalipun ditempat yang baru. Selain itu para Ksatria juga tidak bisa baca tulis huruf Pallawa dan Sansekerta seperti yang umum tercantum pada prasasti.

  • Nicolaas Johannes Krom

Seorang arkeolog dari Belanda yakni Nicolaas Johannes Krom juga menentang teori ini. Menurutnya tidak ada tekanan yang dilakukan oleh para kaum Ksatria dalam budaya Hindu-Buddha di Indonesia. Dalam hal ini penduduk Nusantara turut berperan aktif dalam membentuk budaya Hindu Buddha di Indonesia. 

 3.  Teori Waisya 

Waisya adalah golongan ketiga dalam sistem kasta yang diajarkan oleh agama Hindu. Kasta ini berisikan para para pedagang, pengrajin, dan buruh kelas menengah. Menurut teori Waisya ajaran dan budaya Hindu-Buddha dibawa oleh para pedagang dari India. Mereka tidak hanya membawa barang-barang dagangan mereka saja melainkan juga peralatan  ibadah, adat dan kebiasaan  mereka. 

Para pedagang ini akan melakukan perjalanan dengan memperhatikan kondisi angin  yang jika anginnya baik maka mereka akan berlayar namun jika buruk mereka akan tinggal. Hal ini biasanya terjadi selama 6 bulan artinya para pedagang yang datang ke Nusantara setidaknya akan menetap selama 6 bulan. 

Sama halnya dengan teori yang lainnya, teori yang dikemukakan oleh Nicolaas Johannes Krom Ini juga mendapat dukungan dan yang menentang.

Bukti Pendukung

Nicolaas Johannes Krom dalam mengemukakan teorinya didasarkan pada bukti yang mendukung pendapatnya. Bukti-bukti tersebut antara lain sebagai berikut. 

  • Interaksi antar Pedagang 

Diketahui pada kehidupan di masa lalu didominasi oleh kegiatan perdagangan termasuk Indonesia. Terutama wilayah Nusantara yang strategis tentu mengundang masyarakat dunia. Banyak pedagang-pedagang bangsa lain yang rela menyebrangi lautan untuk datang ke Nusantara salah satunya adalah India. 

Tak hanya berdagang para pedagang ini juga berinteraksi dengan pedagang dan masyarakat lokal lainnya. Dalam Interaksi ini lah yang memungkinkan bangsa Indonesia mulai mengenal ajaran Hindu. 

  • SDA

Wilayah Indonesia sejak dahulu sudah dikenal sebagai bangsa yang subur dan kaya akan sumber daya alamnya. Hal inilah yang menarik golongan waisya untuk datang dan memanfaatkan SDA di Indonesia. 

  • Kampung Keling

Kampung keling adalah sebuah daerah pemukiman yang diduga merupakan tempat singgah para waisya yang menunggu angin laut untuk kembali ke India. Kampung Keling bisa kita jumpai di beberapa tempat seperti di Jepara, Medan, Malaka, bahkan di Aceh. 

  • Pernikahan 

Para pedagang India setidaknya menetap di Indonesia untuk 6 bulan bahkan ada yang selamanya. Dalam kurun waktu ini lah terjadi perkawinan antara golongan waisya dengan pribumi. Mereka berkeluarga dan memiliki keturunan yang meneruskan ajaran Hindu-Buddha. 

Teori Penentang

Meski banyak faktor yang mendukung, namun teori ini juga memiliki kelemahan. 

  • Bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa

Bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa adalah bahasa yang digunakan dalam ajaran Hindu dan Buddha. Orang-orang yang dapat memahami bahasa dan huruf ini hanyalah kasta Brahmana. Sehingga kasta Waisya kesulitan untuk memahami ajaran Hindu-Buddha terlebih lagi jika harus menyebarkannya. 

  • Kasta Waisya Fokus Berdagang

Para kaum Ksatria datang ke Nusantara hanya untuk berdagang. Waktu mereka hanya digunakan untuk mencari nafkah sehingga akan kesulitan untuk menyebarkan agama dan ajaran mereka.

4. Teori Sudra

Sudra adalah kasta rendah yang ada dalam ajaran Hindu dan diisi oleh para budak. Teori Sudra dicetuskan oleh Godfried Hariowald Von Faber seorang ilmuwan keturunan Jerman-Belanda sekaligus pendiri dari Museum Surabaya. Ia berpendapat bahwa Indonesia mendapatkan ajaran dan kebudayaan Hindu-Budhda dari para kaum Sudra yang pergi dari negaranya dan ingin mengubah nasibnya. 

Namun teori ini sangat lemah dikarenakan kaum Sudra adalah salah satu kaum paling rendah aam Hindu. Sedangkan kitab umat Hindu-Buddha ditulis dalam bahasa Sansekerta dan aksara Pallawa ang diana kasta satu tingkat diatas golongan ini pun tidak memahami. Sehingga kemungkinan kaum Sudra mengeti ajaran Hindu-Buddha sangat kecil. 

Dalam kitab weda juga terdapat aturan yang mengatakan bahwa hanya kaum tertentu saja yang diperbolehkan untuk memegang kitab tersebut. 

5. Teori Arus Balik

Teori arus balik dikemukakan oleh Frederik David Kan Bosch yang merupakan ilmuwan dari Belanda. Jika ke 4 teori sebelumnya mengatakan bahwa orang India lah yang datang dan menyebarkan agama Hindu dan Buddha di Indonesia, teori ini mengatakan sebaliknya. Berdasarkan teori iini orang-orang Indonesia mendapatkan ajaran ini karena mereka bepergian ke lembah Indus di India. 

Setelah memahami dan mempelajari ajarannya mereka kembali ke Indonesia dan menyebarkannya. Teori ini mendapat dukungan dan juga pertentangan seperti berikut ini, 

Teori Pendukung 

  • Penemuan Prasasti Nalanda

Teori ini diperkuat dengan adanya penemuan prasasti Nalanda yang ditemukan di India. Dalam prasasti ini disebutkan bahwa raja Balaputradewa dari Kerajaan Sriwijaya meminta untuk pembangunan sebuah vihara. Vihara tersebut akan digunakan untuk belajar para tokoh dari Sriwijaya. 

  • Soedrajat

Adapun tokoh yang mendukung teori ini adalah drajat yang menurutnya teori ini lebih dapat diterima. Hal tersebut karena yang memahami masyarakat Indonesia adalah bangsa itu sendiri sehingga penyebaran agama atau suatu ajaran akan lebih mudah. 

Teori Penentang 

Meskipun disebut sebagai teori yang paling mudah diterima namun teori ini masih memiliki menentangnya, Teori ini bertentangan dengan kondisi masyarakat Indonesia pada zaman dahulu cenderung pasif sehingga kurang meyakinkan apabila bangsa Indonesia sendirilah yang mempelajari dan mengajarkan ajaran Hindu-Buddha dan membutuhkan orang lain.

The post 5 Teori Masuknya Hindu-Buddha Ke Indonesia appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sejarah Kerajaan Singasari – Raja dan Peninggalannya https://haloedukasi.com/sejarah-kerajaan-singasari Tue, 04 Feb 2020 09:19:06 +0000 https://haloedukasi.com/?p=3687 Kerajaan Singasari merupakan kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang terletak di kawasan Jawa Timur. Kerajaan ini termasuk kerajaan hindu buddha terkenal selain Kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Kutai. Kerajaan ini terkenal dengan kisah Ken Arok dan Ken Dedes, serta kejayaan Raja Kertanegara yang menaklukan luar Jawa. Berikut pembahasan mengenai Kerajaan Singasari. Latar Belakang Kerajaan Singasari Kerajaan Singasari berdiri […]

The post Sejarah Kerajaan Singasari – Raja dan Peninggalannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kerajaan Singasari merupakan kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang terletak di kawasan Jawa Timur. Kerajaan ini termasuk kerajaan hindu buddha terkenal selain Kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Kutai.

Kerajaan ini terkenal dengan kisah Ken Arok dan Ken Dedes, serta kejayaan Raja Kertanegara yang menaklukan luar Jawa.

Berikut pembahasan mengenai Kerajaan Singasari.

Latar Belakang Kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari berdiri setelah berakhirnya Kerajaan Kediri. Kerajaan Singasari diperintah Ken Arok sejak tahun 1222-1227.

Kerajaan Singasari yang berlangsung sekitar 70 tahun ini memiliki satu ibu kota, yakni Tumapel.

Menurut Prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singasari adalah Kerajaan Tumapel.

Sedangkan menurut Kitab Negarakertagama, ibu kota Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja.

Secara umum, Tumapel adalah wilayah kabupaten di bawah kekausaan Kerajaan Kediri. Kota ini dipimpin oleh bupati (akuwu) bernama Tunggul Ametung.

Agar Tumapel jatuh pada kekuasaan Ken Arok, maka Ken Arok membunuh bupati tersebut.

Motifnya adalah Ken Arok terpikat istri Tunggul Ametung, yakni Ken Dedes. Ken Arok membunuh suami Ken Dedes dengan keris dari buatan Mpu Gandring. Padahal keris itu belum siap dipakai.

Mpu Gandring sendiri mengutuk Ken Arok, bahwa keris itu nantinya akan membunuh sampai tujuh turunan Ken Arok. Namun demikian, Ken Arok akhirnya menjadi bupati Tumapel.

Setelah mengalami banyak peperangan, Ken Arok akhirnya menguasai seluruh wilayah Tumapel dan melepaskannya dari Kerajaan Kediri.

Ia pun menjadi Raja Singasari dan mendapat gelar Sri Rangga Rajasa Sang Amurwabhumi.

Sebab diangkatnya Ken Arok ini punya beberapa alasan. Menurut Kitab Pararaton, awalnya pada tahun 1222, terjadi perseteruan antara Raja Kertajaya, yang memimpin Kerajaan Kediri, melawan kaum Brahmana.

Kaum Brahmana pun memberontak dan bergabung dengan Ken Arok. Hingga saatnya, Ken Arok diangkat oleh kaum Brahmana dengan gelar Sri Rangga Rajasa Amurwabhumi.

Berbeda dengan Kitab Kertanegara yang menyebutkan bahwa Kerajaan Tumapel berdiri atas kepemimpinan Rangga Rajasa Sang Girinathaputra.

Kitab tersebut tidak menyebutkan Ken Arok sebagai orang yang mengalahkan Raja Kertajaya dari Kerajaan Kediri.

Sedangkan pada Prasasti Mula Malurung yang ditulis saat masa pemerintahan Raja Kertanegara tahun 1255 , menyebutkan bahwa Kerajaan Tumapel didirikan oleh Bhatara Siwa.

Menurut Kitab Negarakertagama, dinamakan Siwa karena arwah pendiri Kerajaan Tumapel dipuja-puja.

Sementara Kitab Pararaton menyebutkan bahwa Ken Arok yang lebih dulu dijuluki Bhatara Siwa saat melawan Kerajaan Kediri.

Raja-raja yang Pernah Menjabat di Kerajaan Singasari

Berikut ini merupakan raja-raja yang pernah menduduki kerajaan Singasari:

1. Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222-1247)

Pada masa pemerintahan Ken Arok, kehidupan sosial masyarakat lebih baik dibanding saat kepemimpinan Bupati Tulung Ametung.

Ken Arok pun sempat terbunuh akibat ditusuk keris Empu Gandring. Jasadnya dimakamkan di Kegenengan.

Di Kitab Pararton, Ken Arok bergelar Rajasa Sang Amurwabhumi. Sementara di Kitab Negarakertagama, Ken Arok bergelar Rangga Rajasa Sang Girinathaputra.

2. Anusapati (1247-1249)

Anusapati adalah anak dari Ken Dedes dan Bupati Tulung Ametung. Anusapati memerintah sejak 1247-1249 dan dibunuh Tohjaya dengan keris Empu Gandring saat bermain sabung ayam.

Anusapati dibunuh Tohjaya akibat dendam. Jasad Anusapati dimakamkan di Candi Kidal.

3. Tohjaya (1249-1250)

Tohjaya adalah putra dari Ken Arok. Tohjaya adalah tokoh yang membunuh Anusapati akibat dendam. Akhirnya, Tohjaya diangkat sebagai pemimpin Kerajaan Singasari.

Namun, pemerintahannya tidak berlangsung lama karena dibunuh Ranggawuni alias Wisnuwardhana, putra Anusapati saat melangsungkan pemberontakan.

4. Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250-1272)

Ranggawuni alias Wisnuwardhana adalah putra Anusapati. Ranggawuni bergelar Sri Jaya Wisnuwardhana.

Ranggawuni pun dibantu oleh Mahesa Cempaka sebagai Ratu Anggabaya. Mahesa Cempaka jugalah yang membantu pemberontakan saat Tohjaya memimpin.

Ranggawuni meninggal dan dikebumikan di Candi Jago sebagai Buddha dan abunya juga disimpan di Candi Weleri sebagai Siwa.

5. Kertanagara (1272-1292)

Kertanagara bergelar Sri Maharaja Sri Kertanegara. Ia memimpin Kerajaan Singasari hingga ke puncak kejayaan.

Kertanegara dibantu tiga menteri, yakni Mahamenteri I Halu, Mahamenteri Sirikan, dan Mahamenteri I Hino. Keinginan terbesar Kertanegara yakni menyatukan Nusantara.

Wilayah penaklukan Kertanegara yakni Kalimantan Barat, Maluku, Pahang, Bali, dan Jawa Barat (Sunda). Ia juga menjalankan Ekspedisi Pamalayu hingga wilayah Melayu.

Kertanegara tewas saat Jayakatwang melakukan pemberontakan. Inilah titik balik runtuhnya Kerajaan Singasari.

Masa Kejayaan Kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari pernah mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Raja Kertanegara.

Raja Kertanegara adalah raja terakhir dan terbesar dalam Kerajaan Singasari.

Hal ini dikarenakan ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa.

Pada masa tersebut, Raja Kertanegara memimpin ekspedisi Pamalayu (1275-1286) untuk menaklukan Kerajaan Melayu dan melemahkan Kerajaan Sriwijaya.

Selain itu, Raja Kertanegara menjadikan Sumatera sebagai benteng pertahanan.

Kehebatannya ini juga mampu mencegah serangan Kubilai Khan dari bangsa Mongol terhadap Kerajaan Singasari pada 1289.

Tidak hanya itu, Raja Kertanegara juga berhasil menguasai Bali (1284), Jawa Barat (1289), Pahang, Gurun, dan Tanjung Pura.

Raja Kertanegara pun memerintah dengan tujuan untuk menyatukan seluruh Nusantara di bawah kerajaan Singasari.

Sebab Runtuhnya Kerajaan Singasari

Raja Kertanegara memang memfokuskan pasukan untuk Ekspedisi Pamalayu. Namun, ini menjadi celah tersendiri bagi Jayakatwang.

Jayakatwang adalah seorang raja kecil di Kediri, tepatnya bupati Gelang-gelang yang melakukan pemberontakan. Ia juga sepupu, ipar, dan besan dari Raja Kertanegara.

Pada tahun 1292, Jayakatwang melakukan pemberontakan di wilayah kekuasaan Kerajaan Singasari.

Karena pasukan kerajaan sedikit, kerajaan pun dapat dilumpuhkan. Raja Kertanegara pun terbunuh.

Setelah Kerajaan Singasari runtuh, Jayakatwang diangkat menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kediri.

Sedangkan Raja Kertanegara dimakamkan di Candi Singasari dan didarmakan sebagai Siwa Buddha (Bairawa).

Arca perwujudannya kini berada di Taman Simpang, Surabaya dan dikenal sebagai Joko Dolog.

Peninggalan Kerajaan Singasari

  • Candi Singosari

Candi Singosari terletak di Desa Candi Renggi, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

Candi Singosari berada di posisi lembah di antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna.

Berdasarkan Kitab Negarakertagama dan Prasasti Gajah Mada pada tahun 1351 yang tertulis sebagai keterangan di halaman komplek candi, Candi Singosari adalah tempat “pendharmaan”.

Pendharmaan adalah tempat penyimpanan abu dari Raja Kertanegara yang wafat akibat pemberontakan oleh Jayakatwang.

Candi Singosari memiliki nama lain, yakni Candi Menara dan Candi Cungkup. Candi ini dibangun pada tahun 1300.

  • Candi Jago

Candi Jago berada di sekitar Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.

Candi Jago berasal dari kata jajaghu yang dikutip dari Kitab Negarakertagama dan Pararaton.

Kata jajaghu artinya keagungan, sehingga ditandai sebagai tempat suci.

Dari segi penampakan, candi ini hanya tersisa sebagian saja akibat tersambar petir.

Namun, relief Kunjarakana dan Pancatantra masih terlihat dengan material batu andesit.

  • Candi Sumberawan

Candi Sumberawan berada di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Candi ini terletak di kaki bukit Gunung Arjuna.

Candi Sumberawan ditemukan pada tahun 1904 dan diteliti oleh peneliti Dinas Purbakala pada tahun 1935. Candi yang berbentuk bujur sangkar ini terbuat dari batu andesit.

Uniknya, Candi Sumberawan tidak dilengkapi tangga dan hanya berbentuk stupa.

Sehingga, candi ini dianggap sebagai tempat pemujaan. Candi ini pernah dikunjungi Hayam Wuruk saat melakukan perjalanan pada tahun 1359.

  • Candi Jawi

Candi Jawi ini dibangun pada sekitar abad ke-13, terletak di kaki Gunung Welirang.

Lebih detailnya, berada di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan.

Candi Jawi juga merupakan tempat penyimpanan abu dari Raja Kertanegara, dan sebagai tempat ibadah beliau sebagai umat Siwa-Buddha. Ini juga tertulis di Kitab Negarakertagama pupuh 56.

  • Candi Kidal

Candi Kidal berada di lokasi Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.

Candi ini dibangun sebagai tempat persemayaman Raja Anusapati yang wafat pada 1248.

Candi Kidal dibangun sekitar 1260 dan ditemukan Belanda pada tahun 1925. Candi ini terbuat dari batu andesit.

Candi Kidal menceritakan Garudeya, yakni mitologi Hindu yang memiliki pesan moral tentang pembebasan para budak.

  • Arca Dwarapala

Arca Dwarapala terdiri dari kata dwara, yang artinya gerbang dan pala yang artinya pelindung.

Arca Dwarapala terletak di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang dan terbuat dari batu andesit.

Arca Dwarapala biasa diletakkan di bagian luar candi, kuil, atau bangunan-bangunan suci.

Bentuknya seram, besar, dan berjumlah satu, sepasang, dan beberapa kelompok.

Arca yang menjadi pintu gerbang Kerajaan Singosari ini termasuk peninggalan agama Siwa dan Buddha.

  • Prasasti Manjusri

Prasasti Manjusri adalah manuskrip yang dipahat di belakang Arca Manjusri, Candi Jago, pada tahun 1343. Prasasti ini dipahat dengan aksara Jawa Kuno dan Bahasa Sansekerta.

Isi dari Prasasti Manjusri adalah tentang penempatan Arca Manjusri pada tempat pendarmaan Candi Jina di tahun Saka 1265. Penempatan arca ini dilakukan oleh Adityawarman.

Candi Jina merupakan nama lain dari Candi Jago, atau disebut juga Candi Tumpang.

Candi ini dibangun atas perintah Raja Kertanegara untuk menghormati Raja Wisnuwardhana yang meninggal pada tahun 1268.

  • Prasasti Mula Malurung

Prasasti Mula Malurung adalah piagam pengesahan penganugerahan untuk Pranaraja.

Prasasti ini diberikan dari Desa Mula dan Desa Malurung terhadap tokoh tersebut.

Prasasti Mula Malurung terdiri atas lempengan tembaga yang diterbitkan pada tahun 1255 oleh Raja Kertanegara, atas perintah ayahnya, Wisnuwardhana sebagai Raja Singosari.

Penemuan Prasasti Mula Malurung dimulai ketika tahun 1975 di dekat kota Kediri. Saat itu, ada 10 lempeng yang ditemukan.

Sedangkan tiga lempeng lainnya ditemukan di lapak penjual barang loak pada Mei 2001. Prasasti yang satu ini hampir mirip dengan peninggalan kerajaan Pajajaran.

Kini, keseluruhan lempeng Prasasti Mula Malurung disimpan di Museum Nasional, Jakarta.

  • Prasasti Singosari

Prasasti Singosari terletak di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang dan didirikan pada tahun 1351.

Prasasti ini ditulis sebagai pengingat pembangunan Caitya dengan aksara Jawa.

Caitya adalah candi pemakaman yang dibangun pada masa Gajah Mada. Serta berisi catatan tarikh atau penanggalan yang rinci, termasuk pemaparan letak benda-benda di angkasa.

Saat ini, Prasasti Singosari telah disimpan di Museum Nasional, Jakarta.

  • Prasasti Wurare

Prasasti Wurare adalah prasasti yang berisi peringatan dan penobatan Arca Mahaksobhya di Wurare.

Prasasti ini ditulis sejak 21 November 1289 atau Tarikh 1211 Saka dengan Bahasa Sansekerta.

Itulah pembahasan mengenai Kerajaan Singasari yang terletak di Jawa Timur. Semoga pembahasan ini bermanfaat bagi Anda.

The post Sejarah Kerajaan Singasari – Raja dan Peninggalannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sejarah Kerajaan Majapahit: Raja dan Peninggalannya https://haloedukasi.com/sejarah-kerajaan-majapahit Sat, 01 Feb 2020 09:33:12 +0000 https://haloedukasi.com/?p=3608 Kerajaan Majapahit berdiri setelah berhasil melawan Kerajaan Singasari dengan membunuh Kartanegara. Kerajaan ini terkenal dengan kerajaan Hindu-Buddha yang terbesar dalam sejarah Indonesia dan kerajaan Hindu-Buddha selain Kerajaan Kutai. Kerajaan ini sama besarnya seperti Kerajaan Sriwijaya. Hanya beda wilayah dan mempunyai kelebihan masing-masing. Masa pemerintahan Kerajaan Majapahit antara tahun 1293-1527. Untuk lebih tahu jelasnya, simak penjelasan […]

The post Sejarah Kerajaan Majapahit: Raja dan Peninggalannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Kerajaan Majapahit berdiri setelah berhasil melawan Kerajaan Singasari dengan membunuh Kartanegara.

Kerajaan ini terkenal dengan kerajaan Hindu-Buddha yang terbesar dalam sejarah Indonesia dan kerajaan Hindu-Buddha selain Kerajaan Kutai. Kerajaan ini sama besarnya seperti Kerajaan Sriwijaya.

Hanya beda wilayah dan mempunyai kelebihan masing-masing. Masa pemerintahan Kerajaan Majapahit antara tahun 1293-1527. Untuk lebih tahu jelasnya, simak penjelasan berikut ini.

Latar Belakang Kerajaan Majapahit

Kerajaan ini berdiri didasarkan pada serangan Jayakatwang (Kediri) yang berhasil membunuh Kartanegara karena menolak membayar upeti atau pajak.

Raden Wijaya berhasil melarikan diri ke Madura untuk meminta bantuan kepada Aryawiraraja. Nama Majapahit berasal dari kata buah “maja” dan rasa “pahit”.

Saat pasukan Mongolia masuk ke tanah Jawa, Raden Wijaya memanfaatkan kerja sama dengan pasukan tersebut untuk menyerang Jayakatwang. Penyerangan berhasil dan Jayakatwang terbunuh.

Selang beberapa lama, Raden Wijaya mengusir pasukan Mongolia dari tanah Jawa.

Raden Wijaya kemudian naik tahta dengan gelar Sri Kertajasa Jayawardhana pada tahun 1293.

Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja Majapahit pada tanggal 10 November 1293 (tanggal 15 bulan Kartika 1215).

Dengan adanya penobatan tersebut otomatis Kerajaan Majapahit berdiri. Letak kerajaan ini berada di desa Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Raja-raja yang Pernah Menjabat di Kerajaan Majapahit

Berikut ini adalah raja-raja yang pernah menjabat di Kerajaan Majapahit, antara lain:

1. Raden Wijaya (1293-1309)

Raden Wijaya merupakan pendiri sekaligus raja pertama dari Kerajaan Majapahit.

Pada masa pemerintahan ini, beliau lebih mengedepankan konsolidasi dan memperkuat pemerintahan.

Salah satu caranya adalah dengan menjadikan Majapahit sebagai pusat pemerintahan.

Selain itu juga memberikan posisi penting terhadap pengikut setianya dan menikahi keempat putri Kartanegara. Beliau meninggal dan dimakamkan di Candi Sumberjati atau Simping.

2. Jayanegara (1309-1328)

Pada masa pemerintahan ini, muncul banyak pemberontakan. Beliau masih sangat muda dan berumur 15 tahun. Selain itu, beliau adalah anak dari selir Raden Wijaya.

Pemberontakan dalam masa pemerintahan ini diinisiasi oleh orang-orang istana yang dulunya adalah kepercayaan Raden Wijaya, antara lain Lembu Sura, Ronggolawe, Nambi, dan beberapa pemberontakan lainnya.

3. Tribuana Tungga Dewi (1328-1350)

Beliau adalah adik dari Jayanegara dan menggantikan Jayanegara yang wafat dalam keadaan tidak memiliki keturunan. Aslinya tahta diberikan kepada Gayatri atau permaisuri Raden Wijaya.

Tetapi karena Gayatri sudah menjadi bhiksuni, maka diwakilkan oleh anaknya itu.

Pada masa pemerintahan ini, Majapahit mulai merasakan awal kejayaannya.

Suami Tribuana Tungga Dewi, Cakradhara menjabat sebagai Bhre Tumapel dengan gelar Kertawardana. Pemerintahan ini lebih kuat dengan adanya Patih Gajah Mada.

Dengan pemerintahan ini Majapahit melakukan ekspansi ke berbagai wilayah di nusantara.

4. Hayam Wuruk (1350-1389)

Hayam Wuruk adalah raja yang membawa kejayaan Kerajaan Majapahit dibantu oleh Patih Gajah Mada.

Pada masa pemerintahan ini lebih meneruskan ke ekspansi yang dilakukan pada masa sebelumnya.

Hayam Wuruk bergelar sebagai Rajasanegara. Selain dibantu oleh Patih gajah Mada, beliau juga dibantu oleh Adityawarman dan Mpu Nala, yang mampu menjalankan sebuah negara untuk mencapai kemajuan.

Mpu Nala lebih sebagai pimpinan armada laut yang mahir dalam menjalankan strategi.

Dengan kekuasaan tersebut, Majapahit tidak sulit untuk melakukan kerja sama dengan kerajaan tetangga (Mitrekasatat).

5. Kusumawardani-Wikramawardhana (1389-1399)

Kusumawardhani merupakan ratu di pusat Majapahit dan putra dari selir Hayam Wuruk (Bhre Wirabumi) dijadikan sebagai raja kecil di Blambangan.

Walaupun beda tempat, raja Blambangan tetap tunduk dengan Majapahit.

6. Suhita (1399-1429)

Pada masa pemerintahan ini, konflik mulai bermunculan yang membawa Kerajaan Majapahit runtuh. Suhita merupakan putra dari Wikramawardhana dengan selirnya.

Konflik ini muncul karena Bhre Wirabumi tidak terima jika Suhita menerima tahta kerajaan tersebut.

Akibatnya, muncullah perang saudara yang terkenal dengan Perang Paregreg (1401-1406).

Dalam pertempuran ini, Wirabumi dibunuh oleh Damar Wulan. Dengan adanya perang ini, banyak wilayah kekuasaan Majapahit memisahkan diri. Majapahit pun semakin terpuruk.

7. Bhre Tumapel atau Kertawijaya 1447-1451)

Kertawijaya adalah putra dari Wikramawardhana dengan selir. Beliau menjadi Bhre Tumapel menggantikan kakaknya yang meninggal pada tahun 1427.

Beliau naik tahta menggantikan Suhita, dan pada masa pemerintahannya sering terjadi gempa bumi dan gunung meletus. Terjadi juga peristiwa pembunuhan oleh keponakannya.

Peristiwa pembunuhan penduduk dilakukan oleh Bhre Paguhan dan Bhre Tumapel. Beliau wafat pada tahun 1451.

8. Rajasawardhana (1451-1453)

Rajasawardhana adalah adik dari Dyah Kertawijaya yang menurut Pararaton naik tahta dikarenakan melakukan kudeta terhadap Kertawijaya dengan disertai pembunuhan terhadap kakaknya tersebut.

Pemerintahan ini pernah terdapat dalam berita Tiongkok, dengan memberitakan bahwa pada tahun 1452 Rajasawardhana mengirim duta besar ke Tiongkok.

9. Purwawisesa (1456-1466)

Setelah masa Rajasawardhana, Majapahit dilanda kekosongan pemerintahan.

Baru pada tahun 1456 Majapahit dipimpin oleh Purwawisesa atau bisa dikenal dengan Bhre Wengker.

Bhre Wengker sendiri naik tahta dengan gelar Bhra Hyang Purwawisesa, Pada masa pemerintahannya terjadi bencana gunung meletus pada tahun 1462.

Pada tahun 1466 Purwawisesa meninggal dunia dan dicandikan di Puri.

10. Bhre Kertabhumi (1466-1478)

Beliau merupakan raja terakhir dari Kerajaan Majapahit. Beliau dikalahkan oleh Raden Patah pada tahun 1400 Saka atau yang terkenal dengan Sirna ilang KERTA-ning BUMI.

Sehingga atas dasar berita tersebut, Prabu Brawijaya (Brawijaya V) identik dengan Bhre Kertabhumi dalam Serat Kanda. Serangan tersebut menandakan Kerajaan Majapahit berakhir.

Masa Kejayaan Kerajaan Majapahit

Masa kejayaan Kerajaan Majapahit terlihat pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dimana hampir seluruh wilayah Nusantara ditaklukkan oleh beliau.

Majapahit saat itu menjadi kerajaan terbesar serta terkuat pada masanya. Kerajaan Majapahit pada perkembangan waktunya juga bisa menguasai wilayah luar nusantara, yaitu Thailand, Singapura, dan Malaysia.

Lokasi yang strategis membuat Kerajaan Majapahit menjadi kaya karena pajaknya. Lokasi strategis dijadikan sebagai perdagangan rempah-rempah. Jalannya pemerintahan dibantu oleh Patih Gajah Mada.

Hal tersebut terbukti dengan bersatunya Sumatera, Jawa, dan Bali ke dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Walaupun Patih Gajah Mada meninggal, Majapahit tetap melakukan ekspansi wilayah.

Hasil ekspansi wilayah tersebut meliputi seluruh kepulauan Melayu, kecuali Sriwijaya dan dua koloninya dan Palembang.

Sebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit

Setelah meninggalnya Patih Gajah Mada dan Hayam Wuruk, maka Majapahit mengalami kemunduran yang sangat drastis. Salah satunya diserang oleh pasukan Islam Kerajaan Demak.

Adanya perang suksesi pada awal abad ke-15 selama empat tahun juga menyebabkan runtuhnya Majapahit.

Keruntuhan Majapahit terjadi pada masa pemerintahan Patih Udara pada tahun 1518.

Peninggalan Kerajaan Majapahit

Berikut adalah peninggalan-peninggalan Kerajaan Majapahit yang sampai sekarang bisa ditemui, antara lain:

  • Candi Tikus

Candi ini terletak di Dukuh Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Dinamakan Candi Tikus karena saat penemuannya ditemukan banyak sekali sarang tikus liar.

Candi ini berada di situs arkeologi Trowulan.

  • Candi Brahu

Candi ini berada di kawasan yang sama di situs arkeologi Trowulan yang candinya dibuat oleh Mpu Sindok digunakan untuk pembakaran jenazah para Majapahit.

  • Gapura Bajang Ratu

Candi Bajang Ratu ini diperkirakan dibangun pada abad ke-14 M, terletak di Desa temon, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Candi ini berfungsi sebagai pintu masuk untuk memasuki tempat suci.

  • Gapura Wringin Lawang

Gapura ini terbuat dari bata merah setinggi 15,5 meter yang berada di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur dengan gaya candi mirip dengan Candi Bentar.

  • Candi Jabung

Candi ini berada di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur yang terbuat dari batu bata merah dengan tahan cukup lama.

The post Sejarah Kerajaan Majapahit: Raja dan Peninggalannya appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Sejarah Kerajaan Sriwijaya – Raja – Peninggalan https://haloedukasi.com/sejarah-kerajaan-sriwijaya Tue, 28 Jan 2020 02:58:04 +0000 https://haloedukasi.com/?p=3551 Jika Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam terbesar di Pulau Jawa. Maka pada abad ke-7 Masehi, berdiri sebuah kerajaan terbesar di nusantara. Kerajaan ini diberi nama kerajaan Sriwijaya. Kerajaan ini sangat berbeda dengan kesultanan Banten, kerajaan Pajang, dan kerajaan Mataram Islam yang hanya memiliki kekuasaan di daerahnya saja. Cangkupan wilayah kerajaan Sriwijaya sangatlah besar. Saking besar […]

The post Sejarah Kerajaan Sriwijaya – Raja – Peninggalan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>
Jika Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam terbesar di Pulau Jawa. Maka pada abad ke-7 Masehi, berdiri sebuah kerajaan terbesar di nusantara. Kerajaan ini diberi nama kerajaan Sriwijaya.

Kerajaan ini sangat berbeda dengan kesultanan Banten, kerajaan Pajang, dan kerajaan Mataram Islam yang hanya memiliki kekuasaan di daerahnya saja. Cangkupan wilayah kerajaan Sriwijaya sangatlah besar.

Saking besar dan luasnya wilayah kekuasaan Sriwijaya, pada waktu itu sempat dijuluki sebagai Kerajaan Nasional.

Berikut ini merupakan ulasan mengenai latar belakang, raja yang menjabat, peninggalan, hingga sejarah kejayaan dan kemunduran Sriwijaya.

Latar Belakang Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya muncul pada abad ke 7, lebih tepatnya tahun 600-an hingga 1100-an.

Disebut sebagai Kadatuan Sriwijaya, berpusat di pulau Sumatera, kerajaan ini memiliki kawasan hampir seluruh Nusantara hingga negara-negara lain di sekitarnya.

Sriwijaya masuk ke dalam kerajaan hindu budha yang masih menggunakan bahasa sansekerta, jawa dan melayu kuno.

Nama Sriwijaya menggambarkan tentang kemenangan yang gilang gemilang. Hal ini memang terbukti dari puncak kejayaannya dan luas wilayah yang dicakup.

Menjadi pusat perdagangan, kala itu ingkup kawasannya mencakup daerah Asia Tenggara.

Tak ada yang tahu menahu mengenai bagaimana awal mula Sriwijaya berdiri. Hanya beberapa para ahli yang menemukan prasasti-prasasti serta catatan I Tsing mengenai Sriwijaya.

Prasasti tersebut tertulis bahwa Sriwijaya telah ada tahun 671. Kerajaan Melayu dan Kedah merupakan bagian dari kemaharajaan Sriwijaya.

Tertulis juga bahwa pada abad itu, Sriwijaya sukses dan berkembang menjadi kerajaan besar yang mampu mengatur jalur perdagangan maritim.

Hal ini dapat dibuktikan dari adanya pengakuan pedagang India yang pernah bekerja sama dengan Sriwijaya.

Bahkan beberapa pedagang Arab dan Cina juga mengaku pernah melakukan perdagangan di Sriwijaya pada zamannya.

Raja-raja Yang Menjabat di Kerajaan Sriwijaya

Berikut adalah raja-raja yang memimpin dalam pemerintahan Sriwijaya:

1. Dapunta Hyang atau Sri Jayanasa (671 M)

Ketika itu ibukota Sriwijaya berada di Shih-li-fo-shih atau nama lain dari Sriwijaya.

Berdasarkan catatan I Tsing, Sri Jayanasa menaklukan melayu dan Jawa pada tahun 671-685. Ia melakukan perluasan wilayah hingga ke Jambi.

Beliau tertulis dalam :

  • Prasasti Kedudukan Bukit di tahun 683
  • Prasasti Talang Tuo di tahun 684
  • Prasasti Kota Kapur di tahun 686
  • Prasasti Karang Birahi dan
  • Prasasti Palas Pasemah.

Sri Jayanasa memimpin Sriwijaya pada tahun 671 dan bercita-cita ingin Sriwijaya menjadi kerajaan maritim.

2. Sri Indrawarman (724 M)

Beliau tercatat menjadi raja Sriwijaya dengan adanya bukti dalam Berita Cina tahun 724 M.

Beliau menjadi utusan Tiongkok pada tahun 702 hingga 716 Masehi dan pada tahun 724 Masehi.

3. Rudra Wikrama (728-774 M)

Masih di ibukota Shih-li-fo-shih, raja berikutnya ialah Rudra Wikrama.

Ia menjabat tahun 728 hingga 742 Masehi dan berlanjut dari 743 hingga 774 Masehi.

Ada dalam Berita Cina tahun 728 Masehi, ia menjadi utusan Tiongkok juga pada tahun 728-742 M.

4. Sri Maharaja (775 M)

Sri Maharaja menjadi salah satu raja Sriwijaya dengan adanya bukti Berita Arab tahun 851 M.

Beliau tertulis dalam cerita pada Prasasti Ligor B tahun 775. Prasasti ini menceritakan tentang penaklukan Kamboja oleh Sri Maharaja.

Pada masa pemerintahan Sri Maharaja pula, ibukota Sriwijaya pindah ke Jawa, tepatnya di Yogyakarta. Pada masa ini pula, Wangsa Sanjaya digantikan oleh Wangsa Sailendra.

5. Dharanindra atau Rakai Panangkaran (778 M)

Pada masa ini, ibukota Sriwijaya sudah pindah di Jawa.

Rakai Panangkaran disebut sebagai raja Sriwijaya dengan adanya bukti Prasasti Kelurak dan Prasasti Kalasan.

6. Samaragrawira atau Rakai Warak (782 M)

Sama halnya dengan Rakai Panangkaran, Rakai Warak hanya disebutkan dalam prasasti.

Prasasti yang menceritakan adanya Rakai Warak menjabat adalah Prasasti Nalanda dan Prasasti Mantyasih tahun 907 M.

Pada masa pemerintahan Rakai Warak, tahun 840 terjadi kebangkitan Wangsa Sanjaya.

7. Balaputradewa (861-959 M)

Balaputradewa merupakan raja Sailendra yang bercekcok dengan kakaknya Pramodhawardani pada tahun 856 M.

Hal ini diceritakan di dalam Prasasti Nalanda tahun 860. Saat itu Sriwijaya beribukota di Suwarnadwipa.

Kakaknya yang dibantu oleh Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya, akhirnya menang dan berhasil membuat Balaputradewa lari ke Sriwijaya.

Pada saat itu, Sriwijaya dipimpin oleh kakek Balaputradewa yang mengangkatnya menjadi raja Sriwijaya.

Balaputradewa memimpin dari 861 hingga 959 M. Dalam masa kepemimpinannya, Sriwijaya berkembang pesat karena Balaputradewa semakin mengembangkan pelayaran dan perdagangan.

Beliau juga menjalin kerja sama erat dengan kerajaan di luar Nusantara.

8. Sri Udayaditya Warmadewa (960 M)

Disebut sebagai raja karena terdapat bukti dalam berita Cina tahun 960 M.

Beliau menjadi utusan ke Tiongkok tahun 960 dan 962 M, serta tahun 980 dan 983 M bersama Raja Haji.

9. Sri Sudamaniwarmadewa (988 M)

Beliau disebutkan dalam Prasasti Leiden tahun 1044 M.

Beliau menjadi utusan ke Tiongkok tahun 988 hingga 1003 M dan sempat membangun candi dengan nama Cheng Tien Wan Shou.

Pada tahun 990 M, ketika kepemimpinan beliau, ketika itu pula peristiwa Jawa menyerang Sriwijaya.

10. Sri Mara Wijayatunggawarman (1008 M)

Sama halnya dengan Sri Sudamaniwarmadewa, Sri Mara Wijayatunggawarman juga disebutkan dalam Prasasti Leiden tahun 1044 M. Beliau diutus ke Tiongkok tahun 1008 M.

11. Sangrama Wijayatunggawarman (1089-1177 M)

Pada masa pemerintahan Raja Sangrama Wijayatunggawarman, Sriwijaya beribukota di Sriwijaya Kadaram.

Pada masa pemerintahannya, beliau ditawan oleh Rajendra Chola I. Cerita ini tertulis pada Prasasti Tanjore.

Kala itu, kerajaan Chola menyerang Sriwijaya dan berhasil merebut kerajaan tersebut.

Raja Sangrama ditawan dan pada akhirnya dibebaskan ketika Raja Kulotungga I memimpin di kerajaan Chola.

Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Besar dan luasnya wilayah kerajaan Sriwijaya memberikan bukti bahwa Sriwijaya sempat mengalami masa-masa kejayaan.

Salah satu yang mendasari semakin besarnya kerajaan Sriwijaya adalah kemunduran yang terjadi pada kerajaan Funan di Indocina.

Kerajaan Funan ketika itu merupakan pemegang utama kemaritiman di daerah tersebut.

Namun pada kala itu, Funan harus runtuh dan digantikan oleh Sriwijaya sebagai negara maritim.

Sriwijaya semakin besar, apalagi letaknya yang strategis, berada di jalur perdagangan nasional.

Sriwijaya menjadi pengendali atas perdagangan rempah dan lokal yang mengenakan pajak di setiap kapal-kapal yang melalui daerahnya.

Hal ini yang membuat Sriwijaya semakin berhasil dan melakukan perluasan wilayah hingga ke kerajaan-kerajaan yang ada di Asia Tenggara.

Apalagi pada saat itu, pedagang Cina dan Arab melalui daerah Sriwijaya untuk berlayar dan berdagang.

Saking luasnya wilayah Sriwijaya, sempat disebutkan bahwa kapal tercepat dalam 20 tahun pun tak akan cukup untuk mengelilingi seluruh wilayah Sriwijaya.

Tak hanya dalam hal pelayaran dan perdagangan saja, Sriwijaya pun maju dalam hal pertanian.

Beberapa hasil bumi seperti kayu gaharu, cengkih, pala, kapulaga, dll berhasil dipanen oleh kerajaan Sriwijaya. Ini dikarenakan tanahnya yang subur.

Sebab Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Pada kepemimpinan Raja Sangrama Wijayatunggawarman, Sriwijaya mulai dikuasai oleh kerajaan Chola.

Ketika itu, Rajendra Chola menawan raja Sriwijaya dan akhirnya Sriwijaya dapat dilemahkan.

Karena adanya pelemahan ini, banyak wilayah-wilayah Sriwijaya yang melepaskan diri dan membentuk kerajaan sendiri.

Selain itu, banyak munculnya kerajaan besar yang mendesak kedudukan Sriwijaya dalam hal perdagangan seperti kerajaan Aceh, kerajaan Cirebon, dll.

Apalagi saat itu, endapan-endapan lumpur semakin banyak di perairan Indonesia terutama Sungai Musi. Ini menyebabkan Palembang semakin jauh dari lautan.

Karena endapan inilah, banyak perahu yang sulit merapat ke daerah Palembang dan menyebabkan Sriwijaya semakin sulit dalam hal perekonomian.

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Setelah runtuhnya Sriwijaya, kerajaan tersebut meninggalkan bangunan-bangunan berupa:

  • Candi Muaro Jambi

Candi ini bertempat di tepi sungai Batang Hari, Kecamatan Maro Sebo, Muaro Jambi, Jambi. Dibuat pada abad ke -11, bangunan ini sebagai bukti bahwa Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan Hindu Buddha. Luas Candi Muaro Jambi sekitar 3981 hektar.

  • Candi Muara Takus

Berlokasi di Kecamatan XIII Koto, Kampar, Riau, candi ini memiliki beberapa bangunan lain di dalamnya seperti mahligai stupa, palangka, candi bungsu dan sulung.

  • Prasasti Talang Tuwo

Prasasti peninggalan Sriwijaya ini berisi tulisan-tulisan yang mengandung doa.

Dalam prasasti ini juga membuktikan adanya perkembangan agama Budha pada waktu kerajaan Sriwijaya berdiri.

  • Prasasti Palas Pasemah

Prasasti yang satu ini tidak menggunakn bahasa Sansekerta, melainkan Melayu Kuno dan aksara Pallawa.

Dalam prasasti ini tertulis sebuah kutukan kepada siapa saja yang tidak tunduk terhadap kekuasaan dari Sriwijaya.

  • Prasasti Bukit Siguntang

Prasasti ini berisi tuisan tentang sebuah peperangan yang memakan banyak korban jiwa dan letaknya berada di sebuah pemakaman raja-raja Sriwijaya.

  • Prasasti Karang Birahi

Jaman dahulu, rakyat Sriwijaya menulis doa pada para dewa pada sebuah prasasti. Salah satunya Prasasti Karanga Birahi.

Pada prasasti ini tertulis doa-doa untuk meminta hukuman kepada orang-orang yang jahat.

  • Prasasti Kota Kapur

Tak hanya doa untuk kutukan saja, rakyat Sriwijaya pun meminta pengharapan pada dewa dan menulisnya pada sebuah prasasti.

Salah satu prasasti yang berisi doa harapan adalah Prasasti Kota Kapur dan prasasti ini ditemukan di Pulau Bangka barat.

Nah itulah tadi pembahasan mengenai sejarah kerajaan hindu buddha terbesar di Nusantara bernama Sriwijaya. Semoga semakin menambah wawasan kamu ya.

The post Sejarah Kerajaan Sriwijaya – Raja – Peninggalan appeared first on HaloEdukasi.com.

]]>