Daftar isi
Kepulauan Maluku merupakan sebuah kepulauan yang berada di sebelah timur Sulawesi dan sebelah timur Kepulauan Timur/ Nusa Tenggara dan juga di bagian sebelah barat Pulau Papua di Indonesia. Suku Ambon adalah suku yang paling dikenal dan paling berpengaruh di Maluku.
Ambon adalah suku terbesar yang mendiami daerah kepulauan yang kini letaknya berada di Provinsi Maluku. Meskipun banyak diantaranya itu telah terseber akibat pengaruh perpindahan dari daerah asalnya.
Mereka mulai menyebarkan pengaruhnya saat masih penjajahan Portugis. Meskipun suku ini berasal dari Kepulauan Maluku, namun tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian besar dari mereka juga tersebar di Papua, Jakarta dan Jawa Barat.
Suku Ambon adalah suku campuran antara Austronesia-Papua yang diketahui berasal dari Kepulauan Lease. Bahkan suku ini juga diduga merupakan suku yang berasal dari bagian Pulau Seram. Terkait penamaan sejarahnya, nama Suku Ambon sebetulnya tidak dapat dipastikan dengan jelas mana sumber yang lebih valid.
Namun menurut masyarakat setempat, Ambon diambil dari kata “Ombong” yang berarti dalam bahasa Ambon adalah embun. Nama embun itu diambil karena puncak-puncak gunung yang berada di Ambon itu sering tertutup oleh embun.
Sedangkan, menurut pendapat lain yang mengemukakan bahwa penggunaan istilah orang Ambon (Ambonezen) itu telah digunakan oleh Belanda ketika mereka menyebut orang mestizo yang asalnya dari wilayah Ambon. Namun secara perlahan istilah tersebut digunakan untuk menyebut orang-orang yang berasal dari Pulau Seram atau Kepulauan Lease. Sehingga hal itu cukup berhubungan dengan sejarah asal-usul dari Suku Ambon ini.
Suku Ambon tentunya memiliki ciri khas tersendiri di mana yang menjadi pembeda diantara suku lainnya. adapaun ciri khas dari Suku Ambon sebagai berikut:
Pakaian adat Suku Ambon adalah Baju Cele. Baju Cele merupakan pakaian yang didominasi oleh warna merah dan putih dengan motif berupa garis-garis geometeris dan dipergunakan ketika upacara adat seperti pelantikan raja, acara cuci negeri, acara pesta negeri dan sebagainya. Baju ini semacam baju kurung yang memiliki panjang hampir ke pertengahan pinggul. Biasanya baju adat ini dikombinasikan dengan kain sarung yang memiliki warna tidak terlalu jauh berbeda yakni harus seimbang dan serasi.
Baju adat ini dikenakan tanpa pengalas kaki atau bahkan boleh memakai selop. Konde atau sanggulnya diperkuat lagi dengan tusukan konde yang disebut dengan haspel dengan berbahan dasar emas atau perak aksesoris tersebut akan dipadukan dengan Kak Kuping sebanyak empt buah dan berbentuk kembang.
Selain itu, warna blus atau baju tersebut menentukan kedudukan dalam masyarakat. Misal, warna merah itu dikenakan oleh wanita yang masih gadis atau mempelai wanita. Sementara warna hijau dikenakan oleh wanita yang sudah berkeluarga.
Sebelum ada dua agama yang menyebar di wilayah Suku Ambon, dahulunya masyarakat menganut kepercayaan pada kekuatan gaib dan makhluk-makhluk halus. Kepercayaan tersebut dapat berwujud berupa benda-benda pusaka, tumbuhan dan hewan. Setelah itu, ada dua makhluk halus yang diyakini oleh masyarakat Suku Ambon yaitu makhluk halus baik atau upu ama dan makhluk halus jahat.
Tidak hanya itu, mereka juga memiliki sebutan tersendiri untuk Sang Maha Pencipta dunia yakni “upu lantie” dan “upu datu”. Roh leluhur itu dipercaya akan melindungi setiap masyarakat yang ingin melaksanakan adat dan memberikan hukuman jika tidak melaksanakannya.
Kemudian tahun 1512, Portugis mulai masuk ke wilayah Suku Ambon dan menyebarkan agama Kristen. Sebetulnya, agama islam lebi dahulu masuk sekitar satu abad yang lalu, akan tetapi kondisi dari masyarakat Suku Ambon ketika itu memeang masih mempertahankan kepercayaan asli mereka. akhirnya lama kelamaan, Ambon telah menganut dua agama terbesar yakni Islam dan Kristen.
Ruma adat Suku Ambon yang paling populer bernama Baileo. Baileo ini digunakan sebagai tempat pertemuan, musyawarah serta acara penting seperti upacara adat yang disebut dengan seniri negeri. Kata Baileo ini diambil dari bahasa Indonesia yakni balai. Sama halnya dengan rumah adat Suku Jambi, rumah Baileo ini juga berbentuk seperti rumah panggung.
Bahkan Baileo ini telah menjadi perwakilan dari rumah adat Maluku dan memang paling banyak dijumpai serta paling banyak digunakan. Bentuknya adalah persegi dengan pondasi bangunan yang terbuat dari kayu, papan serta daun sagu yang digunakan sebagai atapnya. Kemudian pada bagian depan masuknya terdapat sebuah tangga dengan ukuran 1,5 meter. Selain itu, di sekeliling dalam rumah terkhusus pada bagian kayu penyangga akan terdapat ukiran ayam maupun anjing yang saling berpasangan, bulan, bintang serta matahari yang berwarna-warni.
Untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Suku Ambon biasanya menggunakan bahasa Ambon. Bahkan tidak hanya dituturkan di kalangan Ambon saja, melainkan bahasa Ambon ini juga dipakai di hampir semua wilayah seperti Maluku, Kepulauan Lease, Pulau Seram dan juga dipakai sebagai bahasa perdagangan di wilayah Kei.
Pakian adat, rumah adat dan bahasa merupakan kebudayaan dari Suku Ambon. Adapun kebudayaan dari Suku Ambon yang perlu kita ketahui yaitu:
Adapun kesenian-kesenian yang ada di dalam Suku Ambon sebagai berikut:
Dari pembahasan yang telah disampaikan, Suku Ambon adalah suku terbesar yang mendiami Maluku. Hal itu tentunya mempengaruhi keberagaman di dalamnya mulai dari persebaran agama, kebudayaan, mata pencaharian hingga kesenian.