Daftar isi
Selain suku Tionghoa, di Indonesia juga terdapat suku Lampung. Berikut ini akan dijelaskan mengenai suku Lampung.
Lampung berasal dari kata To-lang-po-hwang. Kata to mempunyai makna orang dan kata lang-po-hwang merupakan kepanjangan dari Lampung. Maka To-lang-po-hwang adalah orang Lampung.
Lampung telah berhubungan dengan Cina dan India sejak awal abad ke-13 melalui pelabuhan internasional teluk Lampung.
Terdapat dua golongan dalam masyarakat adat Lampung, yaitu masyarakat pedalaman (Lampung Pepadun) dan masyarakat pesisir (Lampung Saibatin).
Dalam perkembangannya, daerah Lampung telah mengalami beberapa perubahan budaya dan pergeseran tata cara kehidupan.
Masyarakat Lampung Pepadun menetap di daerah pedalaman atau daerah dataran tinggi. Sejarah perkembangannya adalah masyarakat Pepadun awalnya berada di daerah Abung, Way Kanan, dan Way Seputih.
Masyarakat Pepadun berkembang lebih egaliter dan demokratis. Nama Pepadun berasal dari sistem adat yang digunakan dalam kegiatan Cakak Pepadun.
Kata pepadun sendiri merupakan bangku atau tempat duduk kayu yang merupakan simbol status sosial tertentu dalam keluarga.
Kegiatan pemberian gelar adat tersebut dilakukan di atas tempat duduk ini. Pepadun diselenggarakan di rumah Sessat dan dipimpin oleh seorang pimpinan adat yang posisinya paling tinggi.
Masyarakat Lampung Saibatin menempati daerah pesisir Lampung yang membentang dari timur, selatan, hingga barat. Saibatin mempunyai arti satu batin atau satu junjungan.
Dalam tatanan suku Saibatin hanya memiliki satu raja adat di setiap generasi kepemimpinan. Maka dari itu, kedudukan adat hanya bisa diwariskan melalui garis keturunan.
Masyarakat adat Lampung Pepadun dan Lampung Saibatin masing-masing memiliki ciri khas dalam susunan masyarakat dan tradisi yang dijalani dalam masyarakat secara turun temurun.
Masyarakat Pepadun menganut susunan kekerabatan patrilineal, yaitu mengikuti garis keturunan ayah.
Kedudukan adat tertinggi dimiliki oleh anak laki-laki tertua dari keturunan tertua. Anak laki-laki tersebut sangat dihormati dalam adat karena menjadi penentu dalam kegiatan pengambilan keputusan.
Dalam status sosial masyarakat Pepadun tidak menganut sistem yang ditentukan oleh garis keturunan. Setiap orang mempunyai peluang dalam menentukan status sosial tertentu.
Status sosial dapat dilalui melalui proses Cakak Pepadun diantaranya gelar Suttan, Raja, Pangeran, dan Dalom.
Dalam prosesi Cakak Pepadun, masyarakat dapat menaikkan status sosialnya dengan cara membayarkan sejumlah uang dan memotong sejumlah kerbau.
Budaya suku Saibatin mempunyai sifat aristokratis, yaitu kedudukan adat diwariskan melalui garis keturunan.
Dalam suku Saibatin tidak terdapat prosesi yang dapat mengubah status sosial masyarkatnya. Suku Saibatin memiliki bentuk mahkota pengantin yang berjumlah tujuh lekuk yang disebut sigokh lekuk pitu.
Tujuh lekuk tersebut mengandung arti tujuh adoq, diantaranya suttan, raja jukuan, batin, radin, minak, kimas, dan mas. Ada pula arak-arakan adat dalam kegiatan pernikahan yang disebut awan gemisir.
Pakaian adat suku Lampung disebut dengan nama tulang bawang. Kelengkapan pakaian adat pria terdiri dari penutup kepala, perhiasan leher dan dada, bulu serti (ikat pinggang), perhiasan tangan.
Sedangkan untuk wanita terdiri dari siger (mahkota emas), seraja bulan, subang (anting-anting), kembang rambut, perhiasan leher dan dada, bulu serti, serta perhiasan tangan.
Pakaian adat Lampung Pepadun biasanya memiliki warna putih dan emas. Lampung Saibatin memiliki warna merah dan aksesori perak dan emas pada pakaian adatnya.
Suku Lampung memiliki kepercayaan terhadap agama Islam. Terdapat pula kepercayaan terhadap agama Kristen, Katolik, Budha, dan Hindu.
Rumah adat suku Lampung adalah Nuwo Sesat. Kata nuwo memiliki makna rumah dan kata sesat memiliki makna adat.
Nuwo Sesat digunakan sebagai lokasi pertemuan bagi para purwatin ketika sedang melakukan musyawarah.
Rumah adat ini dibangun menggunakan kayu dan bagian atapnya dibuat dari daun ilalang.
Bahasa yang digunakan suku Lampung merupakan dari rumpun bahasa Melayu Polinesia. Terdapat pula aksara yang dipakai yaitu Had Lampung.
Salah satu kebudayaan suku Lampung terdapat pada kuliner. Diantaranya adalah seruit, tempoyak, sambal khas Lampung, dan lapis legit.
Terdapat pula kain khas Lampung yang disebut kain tapis. Kain tapis digabungkan dengan benang emas dalam proses pembuatannya.
Selain itu terdapat tarian adat, diantarnya yaitu tari melinting dan tari sembah.