12 Suku Terasing di Dunia 

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Suku adalah sekelompok manusia yang merupakan bagian dari golongan yang lebih besar lagi. Di dunia ini ada banyak sekali suku bahkan hanya di Indonesia saja terdapat 1.340 suku. Suku-suku ini lah yang mendiami berbagai tempat di dunia. 

Kehadiran mereka di suatu tempat terkadang sudah lebih dari ribuan atau bahkan ratusan ribu tahun lalu. Kemudian mereka beradaptasi dengan lingkungan dan alam serta perkembangan zaman. Antar kelompok suku tak segan untuk berinteraksi bahkan saling memperkenalkan dan bertukar budaya

Pada faktanya hingga era modern seperti sekarang ini masih banyak suku yang menolak untuk bersentuhan dengan kelompok lainnya.

Hal itu menyebabkan mereka masih hidup primitif dan terisolasi dari dunia luar. Siapa saja suku-suku yang paling terisolasi sehingga menjadi yang terasingkan di dunia? Simak pembahasannya berikut ini. 

1. Suku Senitenelese

Sentinelese adalah kelompok manusia yang hidup di Pulau Sentinel Utara, Kepulauan Andaman, Benggala di perbatasan India dan Bangladesh. Kehidupan mereka sangat tertutup bahkan tidak mau dikunjungi sama sekali oleh manusia lainnya.

Pulau tempat tinggal mereka masuk sebagai pulau paling berbahaya di dunia karena orang-orang Sentinel tidak segan untuk membunuh orang asing yang masuk ke wilayah mereka. 

Karena kondisinya yang terisolasi belum ada yang bisa mengidentifikasi berapa jumlah mereka, apa bahasa yang digunakan dan bagaimana cara mereka bertahan hidup. Pada tahun 2018, seorang misionaris Amerika Serikat mencoba meneliti mereka dengan menggunakan helikopter namun ia justru ditemukan meninggal dunia. 

2. Suku Ayoreo 

Suku Ayoreo disebut juga sebagai Ayoreode tinggal di Gran Chaco di sekitar Sungai Paraguay, Pilcomayo, Parapetí, dan Grande.

Umumnya mereka tinggal di pedalaman hutan dan baru tersentuh dengan manusia lain sekitar tahun 1940 ketika masa kolonial orang-orang Mennonite. Namun terjadi bentrok antar keduanya dan terlibat saling bunuh-membunuh. 

Pada tahun 1970 an American New Tribes Mission mencoba memaksa mereka untuk keluar dari hutan namun satu persatu penduduk Ayoreo meninggal karena suatu penyakit dan sebagian lainnya memilih tetap tinggal di hutan. Mereka hidup dalam kelompok kecil dan bertahan hidup dengan menanam labu, buncis, melon dan sayuran lainnya.  Diperkirakan jumlah total mereka asa lebih dari 5.500 orang. 

3. Suku Awa 

Suku Awa atau suku Guajá merupakan penduduk asli dari hutan Amazon bagian timur. Selain terasingkan mereka juga merupakan suku paling terancam punah karena kini jumlahnya hanya ada sekitar 350 jiwa saja. Sebanyak 100 jiwa memilih untuk tidak berinteraksi dengan manusia dari luar kelompok mereka. 

Sebenarnya dahulu mereka tinggal di pemukiman secara nomaden namun melarikan diri ketika orang-orang Eropa datang pada tahun 1800 an. 

Pada akhir abad ke-20 pemerintah Brazil berhasil memindahkan mereka ke pemukiman proyek pemerintah. Namun tidak semuanya mau menerima program tersebut dan kembali hidup di dalam hutan. Dalam kesehariannya mereka berbicara dalam bahasa Tupi-Guarani. 

4. Suku Jarawa 

Suku Jarawa atau Jarwa adalah suku lainnya di Kepulauan Andaman yang juga terisolasi dari dunia luar. Para ahli meyakini mereka adalah keturunan suku Jangil satu-satunya yang masih bertahan. Meski demikian jumlah mereka juga tidak begitu banyak yakni hanya 300 penduduk saja. 

Para ilmuwan juga meyakini mereka masih saling terkait satu sama lain dengan 2 suku Kepulauan Andaman lainnya yakni suki Sentinel dan Suku Onge. Orang-orang Jarawa mulai melakukan kontak dengan dunia luar pada tahun 1970-an namun hanya beberapa dari mereka sedangkan yang lainnya tetap menjaga jarak. 

5. Suku Cujareño

Suku Cujareño lebih dikenal sebagai Suku  Mashco-Piro. Mereka adalah pribumi dari pedalaman hutan hujan Amazon di Peru. Sejak dahulu mereka menolak untuk melakukan kontak dengan orang luar. Keberadaan mereke kini hanya tersisa sekitar 200 jiwa.

Salah satu penyebab hilangnya mereka adalah pembantaian yang dilakukan oleh orang-orang bayaran untuk membuka hutan mereka sebagai perkebunan karet pada tahun 1894. 

Beberapa media berhasil mengabadikan mereka seperti pada tahun 2011 dan 2012. Namun tak lama setelah itu seorang pemandu lokal ditemukan tewas tertancan anak panah yang diduga merupakan ulah dari suku Mashco-Piro. 

6. Suku Pintupi Nine 

Suku Pintuoi Nine adalah penduduk asli Australia Barat tepatnya di Gurun Pasir Gibson sampai pada tahun 1984. Namun kini keberadaan mereka tidak dapat diidentifikasi. Karena keberadaannya yang tidak diketahui ini lah mereka kerap disebut sebagai “suku yang hilang”. Meski demikian masih banyak yang menyakini mereka masih eksis. 

7. Suku Korowai 

Suku Korowai adalah satu dari sekian banyaknya suku terpencil di Papua, Indonesia. Keberadaan mereka baru terindentifikasi 3 tahun yang lalu oleh misionaris Belanda Johannes Veldhuizen.

Mereka hidup pedalaman Papua Selatan dengan rumah tradisionalnya yang unik yakni di atas pohon setinggi 50 meter. Jumlah mereka tidak begitu banyak yakni hanya 3000 jiwa. 

Setelah ditemukan suku ini perlahan-lahan mulai menerima kontak dengan orang lain. Bahkan mereka mau menerima bantuan pemerintah dan mulai membangun rumah dan gereja. 

8. Suku Yaifo 

Papua Nugini juga memiliki banyak suku yang terisolasi salah satunya adalah Suku Yaifo. Mereka hidup di provinsi Sepik Timur di wilayah dataran tinggi.

Suku ini berhasil diidentifikasi oleh seorang penulis dari Inggris yang bernama Benedict Allen pada tahun 1988. Kehidupan mereka dijelaskan dalam buku berjudul The Proving Grounds: A Journey through the Interior of New Guinea and Australia. 

Pada tahun 2017 Allen kembali ke suku Yaifo untuk mencari tahu lebih lanjut. Namun ia diketahui menghilang untuk beberapa waktu sebelum akhirnya ditemukan tanpa luka dan cidera. Ia menjelaskan ketika tiba di sana ia disambut dengan tarian unik yang terkesan mistis dengan perlengkapannya yakni busur dan anak panah. 

9. Suku Kawahifa 

Suku Kahwahifa sebelumnya disebut sebagai Indian Rio Pardo yakni mereka yang hidup di dekat kota Colniza, Brazil. Keberadaan mereka baru diketahui pada tahun 1999 karena interaksi mereka dengan dunia luar sangat terbatas. Meski demiian, beberapa ahli berpendapat bahwa mereka sudah ada sejak tahun 1700 an. 

Keberadaan mereka terancam karena genosida akibat defortasi dan pembalakan hutan. Namun sejak tahun 2001 pemerintah telah meresmikan perlindungan terhadap msuku Kawahifa. Keberadaan suku Kawahifa telah dokumentasikan dan disebarluaskan ke dunia luar pada tahun 2011. 

10. Suku Korubo 

Suku Korubo atau Suku Korubu adalah penduduk asli yang mendiami Vale Do Javari di lembah Amazon Barat. Orang-orang Korubo disebut sebagai Dsalala atau caceteiros. Keberadaan mereka baru dapat diketahui pada bulan Oktober 1996 oleh jurnalis Paul Raffaele. Mereka tinggal di dalam rumah tradisional berukuran besar yang disebut sebagai maloca. 

Tidak seperti suku terasing lainnya yang memiliki praktik spiritual tertentu, suku Korubo tidak memilikinya. Cara bertahan hidup mereka yakni dengan bertani dan berburu. Beberapa buku memuat kehidupan tentang mereka seperti  yang berjudul Out of Time (2015) dan After First Contact (2003). 

11. Suku Yanomami 

Suku Yanomami atau Yanomama yakni suku asli yang juga mendiami hutan hujan Amazon. Jumlah mereka diperkirakan ada sekitar 35.000 penduduk dan menyebar di 200 hingga 250 desa di hutan Amazon yakni di Venezuela hingga Brazil. Mereka telah menghuni pedalaman hutan Amazon selama ribuan tahun. 

Sebagian dari mereka tidak melakukan kontak dan interaksi dengan dunia luar. Bahkan kehidupan mereka cenderung individu atau dalan kelompok kecil dan tidak menyadari bahwa mereka adalah satu kelompok. Ancaman yang datang kepada mereka adalah wabah penyakit seperti malaria dan dan campak sehingga populasi mereka semakin berkurang. 

12. Suku Surma

Surma adalah istilah yang digunakan untuk menyebut tiga kelompok suku yakni Suri Chai, Timaga, dan Suri Baale. Mereka adalah orang yang tinggal di Suri Wearda di Ethiopia Barat Daya. Untuk berkomunikasi mereka menggunakan bahasa yang termasuk dalam kelompok bahasa Sumiric Tenggara yakni bahasa Mursi dan Majang, dan Me’en. 

Budaya yang paling unik dan menonjol dari suku ini adalah bibir yang ditusuk dan dimasuki oleh pelat bibir serta para wanita akan mencabut gigi bawah mereka untuk ditindik. Sayangnya, mereka masih menolak untuk dipindahkan dan interaksi dengan dunia luar. 

fbWhatsappTwitterLinkedIn