Suku Karo: Sejarah – Ciri Khas dan Kebudayaannya

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Indonesia adalah negara yang memiliki daratan dan perairan yang luas. Selain itu di Indonesia terdapat berbagai macam perbedaan.

Namun, perbedaan itu tidak menjadikan bangsa Indonesia menjadi terpecah belah. Melainkan perbedaan menjadikan bangsa Indonesia bersatu teguh.

Ada banyak sekali perbedaan yang terdapat di Negara Indonesia, misalnya agama, budaya, seni, ras dan sukunya. Suku di Indonesia ada banyak sekali dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Sabang hingga Merauke. Suku yang akan kita bahas kali ini yaitu Suku Karo.

Apa itu Suku Karo?

Suku Karo ialah suatu suku yang bertempat tinggal dan mendiami wilayah Sumatera Utara dan sebagian wilayah Aceh. Suku ini mendiami dataran tinggi Karo. Suku Karo ini merupakan salah satu suku terbesar di Sumatera Utara.

Nama dari Suku Karo ini dijadikan nama dari sebuah wilayah yang ditinggali oleh Suku Karo yaitu tanah karo yang letaknya berada di Kabupaten Karo.

Sejarah Perkembangan Suku Karo

Menurut Kol Sempa Sitepu dalam buku “Sejarah Pijer Podi, Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia” menjelaskan bahwa etnis Suku Karo bukan berasal dari Raja Batak. Ia menjelaskan bahwa etnis Karo diperoleh dari cerita lisan ke lisan dan turun temurun.

Menurut Kol Sempa leluhur dari etnis Karo berasal dari India Selatan yang berbetasan dengan negara Myanmar. Menurut cerita ada seorang panglima yang bernama Karo keturunan India. Pada suatu ketika sang Raja mengumpulkan para pasukannya dan ingin pergi dari negerinya, kemudian mencari tempat yang baru.

Sang raja mengajak serta sang putri yang bernama Miansari. Miansari jatuh cinta kepada panglima perang yang bernama Karo tersebut, lalu sang raja membagi kelompok dan mulai berlayar menyebrangi lautan.

Rombongan Miansari dan Panglima terdampar di sebuah pulau asing akibat ombak yang besar di lautan. Panglima dan Miansari melarikan diri dan kemudian menikah dan membawa para dayang dan pengawal mereka.

Pasangan suami istri tersebut terus berjalan untuk menemukan tempat tinggal, sampai pada akhirnya mereka menemukan daerah yang hampir sama dengan negeri mereka sebelumnya. Daerah tersebut yang saat ini dinamakan dataran tinggi Karo

Ciri Khas Suku Karo

Ciri khas Suku Karo berdasarkan marganya masing-masing, yaitu:

  • Karo-Karo

Karo-karo ini memiliki arti atau simbol yaitu cerdas dalam berpikir dan bertindak. Karo-karo memiliki kemauan yang sangat kuat dalam mencapai suatu cita-citanya.

Beru karo bersifat cenderung mendominasi dalam rumah tangga, namun beru karo juga terkenal karena kepintaran sebagai penyeimbang suatu rumah tangga.

  • Ginting

Marga ginting ini selalu lantang dalam berbicara dan apabila pendapatnya dianggap benar maka mereka akan terus mempertahankannya. Marga ini terkenal tidak takut dalam memulai sesuatu baru dan memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat.

  • Sembiring

Marga ini biasanya sedikit berbicara namun sangat dalam artinya. Terkadang pelan-pelan dalam mengutarakan pendapatnya sehingga keinginannya diterima oleh semua orang.

  • Tarigan

Marga tarigan ini pintar dalam hal berbicara, maka dari itu banyak marga tarigan yang berjiwa dagang. Jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang dimaksud marga ini cepat berkelit dengan kata-katanya.

  • Perangin-angin

Marga ini pandai berkata-kata dalam artian menghibur orang. Jika ada seseorang yang sedang mengalami suatu masalah, marga perangin-angin ini pandai sekali dalam memakai lidahnya untuk menghibur dan mencari solusi untuk jalan keluar dari masalah tersebut.

Orang karo sendiri pun memiliki sifat yang tidak terlalu rajin, namun juga tidak terlalu pemalas. Memiliki jiwa yang lemah lembut dan juga toleransi yang sangat kuat.

Suku Karo memiliki filosofi hidup yaitu perbanyak air mata pencaharian supaya banyak hasilnya dan gunakan kesempatan yang ada.

Pakaian Adat Suku Karo

Pakaian adat Suku Karo dikenal dengan sebutan Uis Gara atau juga Uis Adat Karo. Uis sendiri memiliki arti yaitu kain dan Gara yang berarati merah. Apabila disatukan menjadi kain yang berwarna merah. Uis Gara diambil dari bahasa Karo sendiri.

Warna merah dan hitam sangat dominan pada pakaian adat Suku Karo ini. Tidak lupa hiasan emas sebagai pelengkap pakaian adat tersebut. Uis gara hanya dipakai di dalam acara resmi saja dan juga upacara adat.

Namun, pada jaman dahulu uis gara ini digunakan sebagai pakaian sehari-hari dari masyarakat Suku Karo.

Uis gara pun memiliki beberapa varian dan juga memiliki fungsi yang tentunya berbeda dari satu varian dengan varian lainnya, yaitu:

  • Uis Beka Buluh

Pakaian adat jenis ini merupakan lambang kebesaran dari putra Karo. Biasanya digunakan sebagai penutup pada kepala.

  • Uis Gatip Jongkit

Uis Gatip Jongkit memiliki bentuk seperti sarung, oleh masyarakat Suku Karo sendiri sering disebut dengan gonje. Uis ini digunakan oleh para wanita Karo dalam keseharian maupun acara adat.

Uis gatip ini juga beragam, ada Uis Nipes Benang Iring atau yang digunakan kaum wanita saat dalam suasan duka cita. Sedangkan untuk suasana bersuka cita menggunakan Uis Ragi Barat.

Agama yang Dianut Suku Karo

Masyarakat Suku Karo memeluk agama yang berbeda-beda, ada yang Kristen, Katolik, Islam dan bahkan ada juga yang masih menganut kepercayaan lama yaitu Pemena. Tetapi mayoritas masyarakat Suku Karo ini memeluk agama Kristen.

Pada awalnya masyarakat Suku Karo memiliki pra agama dan kepercayaan yang dikenal dengan nama Pemena. Pemena sendiri merupakan kepercayaan pertama yang dipahami dan dipegang oleh Suku Karo.

Masyarakat Suku Karo mempercayai bahwa segala sesuatu yang ada di alam dunia ini merupakan ciptaan Dibata. Ada tiga konsep pemahaman Dibata, diantaranya:

  • Pertama, Dibata Atas yang memiliki kuasa dunia.
  • Kedua, Dibata Tengah. Ialah yang menguasai jagat alam raya dunia ini.
  • Ketiga, Dibata Teruh. Ialah Tuhan yang menguasai bumi bagian bawah.

Masyarakat Suku Karo yang pra-agama mempercayai bahwa alam semesta ini diisi oleh sekumpulan tendi. Tendi memiliki arti yaitu jiwa.

Seiring berjalannya waktu masyarakat Suku Karo mulai meninggalkan kepercayaan penema dan memilih salah satu agama yang resmi, yang ditetapkan oleh pemerintah.

Rumah Adat Suku Karo

Rumah adat Karo atau kata lain Siwaluh Jabu memiliki ciri khas tersendiri. Rumah adat karo tidak memerlukan penyambungan dalam konstruksi rumahnya.

Antar komponen dalam konstruksi rumah ini diikat menyilang dengan menggunakan ijuk untuk menjauhkan rumah dari rayap dan juga ular.

Bagian kaki rumah berlandasan dengan batu kali yang ditanam ke dalam tanah dengan kedalaman setengah meter. Rumah adat karo memiliki bentuk panggung, dindingnya mirip dan atapnya terbuat dari ijuk.

Posisi rumah atau bangunan karo ini biasanya mengikuti aliran sungai yang berada di sekitar desa tersebut. Komponen dari rumah adat ini menggunakan bahan alami.

Rumah adat ini memiliki 16 tiang yang bersandar dengan batu besar. 8 tiang berguna untuk menyangga lantai dan atap, sedangkan 8 lainnya hanya untuk menyangga lantai saja.

Apabila orang ingin memasuki rumah adat Suku Karo maka harus menundukkan kepala, karena pintu pada rumah adat ini tingginya hanya 1,5 meter dan jendelanya juga memiliki ukuran yang kecil.

Rumah adat karo tidak hanya dihuni oleh satu keluarga saja, melainkan bisa 8-10 keluarga. Untuk menempati suatu ruangan diabatasi dengan garis adat istiadat yang kuat. Untuk membangun rumah adat karo, biasanya diadakan musyawarah guna menentukan besar, tempat dan lainnya.

Semua proses nya dilakukan melalui upacara ritual dengan hewan kerbau sebagai korban. Upacara ritual sebelum membangun rumah adat ini menunjukkan kepercayaan yang besar dari masyarakat Suku Karo akan kekuasaan yang melebihi kekuatan dari manusia.

Bahasa Suku Karo

Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Suku Karo disebut bahasa Karo. Bahasa ini digunakan sehari hari oleh masyarakat Suku Karo.

Bahasa Karo ditulis menggunakan aksara Karo yang merupakan turunan dari aksara Brahmi yang berasal dari India kuno.

Namun seiring dengan perkembangan zaman, hanya sebagian kecil masyarakat Karo saja yang dapat menulis dan memahami aksara karo. Saat ini aksara latin yang digunakan.

Kebudayaan Suku Karo

Mata pencaharian Suku Karo

Di daerah Karo lebih tepatnya di daerah dataran tinggi Karo, memiliki hasil bumi yang diolah dan diekspor ke seluruh Indonesia. Tidak hanya di wilayah Indonesia saja, melainkan hingga ke seluruh dunia, yaitu sirup markisa.

Sirup markisa ini di Indonesia sendiri tidak dijual disembarang tempat, karena sirup markisa ini asli dari tanah karo.

Karena sirup markisa ini digemari oleh banyak masyarakat hingga ke penjuru dunia, maka hasil bumi sirup markisa ini menjadi sumber mata pencaharian utama masyarakat Suku Karo.

Kekerabatan Suku Karo

Konsep kekerabatan suku karo disebut dengan tutur siwaluh yang memiliki arti penuturan, yang terdiri dari delapan golongan, yaitu:

  • Puang kalimbubu merupakan kalimbubu dari kalimbubu seseorang.
  • Kalimbubu yaitu kelompok pemberi istri kepada keluarga tertentu. Kalimbubu dapat dikelompokkan lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
    • Kalimbubu bena-bena yaitu kelompok pemberi istri kepada kelompok tertentu yang dianggap sebagai kelompok pemberi istri asal dari keluarga tersebut.
    • Kalimbubu simada dareh yaitu berasal dari ibu kandung seseorang, saudara laki-laki dari ibu kandung seseorang.
    • Kalimbubu iperdemui yaitu kalimbubu yang dijadikan kalimbubu karena seseorang mengawini putri dari suatu keluarga dan untuk pertama kalinya.
  • Senina yaitu bersaudara karena memiliki marga dan sub marga yang sama.
  • Sembuyak yaitu orang-orang yang lahir dari kandungan yang sama.
  • Sipemeren yaitu orang-orang yang ibu-ibu mereka bersaudara kandung.
  • Senina Sepengalon yaitu orang yang bersaudara karena memiliki anak yang memperistri dari beru yang sama.
  • Anak beru yaitu pihak yang mengambi si isri dari suatu keluarga untuk kemudian diperistri.
  • Anak beru menteri yaitu anak berunya anak beru.

Kesenian Suku Karo

Alat musik

Alat musik kesenian dari Suku Karo yaitu Gendang Karo. Gendang ini memiliki arti yaitu seperangkat gendang tari yang memiliki lima unsur. Alat musik kesenian ini memiliki fungsi untuk menari, menyanyi dan juga berbagai ritual tradisi.

Seni tari

Tarian dari Suku Karo yaitu tari Landek. Tari ini memiliki pola dasar posisi tubuh, gerakan tangan yang naik turun yang disesuaikan dengan tempo gendang dan gerak kaki.

Seni ukir

Masyarakat karo adalah masyarakat yang ahli dalam membuat ukiran pada suatu bangunan yang disebut dengan pande tukang. Seni ukir ini terlihat dari setiap ukirannya yang khas dan ada berbagai jenis macamnya.

fbWhatsappTwitterLinkedIn