Daftar isi
Randai merupakan kesenian unik asal Minangkabu, Sumatera Barat. Randai menggabungkan beberapa unsur seni diantaranya, drama, tari, musik dan sastra. Pada tahun 2017 silam, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menetapkan Randai sebagai salah satu Warisan Budaya tak Benda. Simak lebih lanjut mengenai sejarah serta cara memainka kesenian Randai asal Minangkabau berikut ini:
Sejarah Kesenian Randai
Pada mulanya Randai merupakan salah satu alat untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui syair yang didengdangkan. Kaba ini juga diiringi oleh gelombang atau gerakan seperti tari yang berasal dari gerakan silat asal Minangkabau. Mulanya Randai dibawakan dengan cara berkeliling untuk mengisi acara-acara seperti sunatan dan upacara tradisional. Saat itu, Randai juga dilakukan dengan cara monolog, namun seiring berjalannya waktu mulai diiringi dengan musik tradisional seperti kecapi.
Pada tahun 1930-an akibat adanya kekerasan politik oleh Belanda, semua gerakan seni bela diri dilarang. Oleh karena itu, masyarakat menyamarkan gerakan seni bela diri ke dalam seni, salah satunya Randai. Gerakan seni bela diri Silat ditampilkan dalam formasi melingkar serta diiringi tepuk tangan dan nyanyian. Ini merupakan asal mula gerakan tari pada seni Randai.
Pada saat itu juga bangsa Melayu memiliki kesenian teater yang disambut baik oleh masyarakat Minang. Sehingga seiring berjalannya waktu, Rindai ditampilkan dalam bentuk teater.
Cara Memainkan Randai
Randai merupakan pertunjukan kelompok yang dimainkan di teater arena dengan posisi penonton melingkari pemain Randai. Kelompok Randai terdiri dari 14 hingga 25 orang pemain. Pemeran Randai ditentukan oleh ketua atau paketuo yang mengetahui dengan pasti kemampuan para pemainnya.
Pemeran utama Randai diharuskan memiliki suara vokal yang keras serta mahir akan gerakan-gerakan bela diri Silat. Pemeran utama Randai dapat berjumlah lebih dari satu orang tergantung dari cerita yang dibawakan. Saat berperan, pemeran utama biasanya akan dikelilingi atau dilingkari oleh anggota lainnya guna membuat pertunjukkan semakin ramai.
Randai biasanya dimainkan pada malam hari. Oleh karena itu pada mulanya kelompok Rindai tidak memiliki anggota perempuan, dikarenakan wanita Minang tidak boleh keluar rumah pada malam hari. Peran wanita biasanya diperankan oleh anggota laki-laki yang diberikan pakaian perempuan dan memakai kacamata hitam.
Pertunjukkan Randai biasanya dibuka dengan bunyi-bunyi seperti suara alat tiup (pupuik gadang) dan suara alat pukul (talempong dan gadang). Untuk tiap-tiap adegan akan diisi oleh dendang dari para pemeran pembantu. Dendang ini akan membantu menggiring imajinasi penonton saat melakukan pergantian adegan dan diperkuat juga oleh dialog antarpemain.
Cerita yang dibawakan dalam Randai umumnya adalah cerita rakyat seperti Cindua Mato, Anggun Nan Tongga, Malin Deman dan masih banyak lagi. Di setiap pertunjukannya, Randai akan memasukan nilai-nilai agama dan adat guna memberi nasehat maupun singgungan kepada penonton.
Alat Musik Kesenian Randai
Alat musik yang digunakan pada kesenian Randai dibagi menjadi dua kelompok yaitu musik internal dan musik eksternal. Musik internal pada kesenian Randai merupakan musik yang tercipta dari anggota tubuh pemain Randai seperti tepuk tangan, tepuk kaki, tepuk paha, tepuk pada celan yang lebar, petik jari maupun hentakkan kaki.
Bunyi-bunyi yang tercipta pada musik internal ini mampu menghasilkan tempo, ritme dan dinamika yang menarik serta atraktif. Selain itu ada juga dendang sebaik musik internal pada kesenian Randai. Dendang merupakan suara atau vokal yang dihasilkan oleh tubuh manusia. Dendang sangat dibutuhkan dalam kesenian Randai.
Peranan dendang dalam kesenian Randai adalah sebagai;
- Mengawali pertunjukkan untuk meminta ridho kepada Tuhan Yang Maha Esa.
- Mengatur sebuah adegan, sebelum dialog dan akting mulai dilakukan para pemain akan berdendang.
- Memberi batas perlaihan suatu adegan ke adegan lainnya.
- Menjelaskan jalan cerita uang tidak begitu penting untuk diceritakan melalui dialog sehingga jalan cerita tidak terputus.
- Sebagai penentuan tempat, semua tempat dalam jalan cerita dapat diketahui melalui dendang.
Tidak ada aturan khusus seperti nada-nada maupun peraturan dalam dendang. Jumlah dendang yang dibawakan pun berbeda-beda mengikuti jalan cerita.
Musik eksternal pada kesenian Randai berupa alat-alat musik tradisional dari Minangkabau. Talempong, saluang, canang, bansi dan rabab merupakan alat musik tradisional yang digunakan untuk mengiringi Randai. Namun saat ini terdapat juga alat musik modern seperti gitar, biola, saksofone dan flute.
Peranan alat musik ini dalam kesenian Randai untuk beberapa hal:
- Memberi ritme serta menuntun gerakan untuk penari saat pertunjukkan berlangsung.
- Menambahkan efek dramatis yang diperlukan pada beberapa adegan.
- Menjadi backsound saat pemeran sedang memainkan sebuah lakon.
Tujuan Kesenian Randai
Kesenian randai memiliki hubungan yang erat dengan upacara adat maupun upacara ritual untuk masyarakat Minangkabau. Sehingga kesenian Randai bertujuan untuk meningkatkan identitas sosial terutama masyarakat Minangkabau yang berada jauh dari kampung halamannya. Selain itu, kesenian Randai juga dapat berfungsi untuk meningkatkan interaksi sosial antara masyarakat.
Penggunaan bahasa daerah, pakaian serta musik tradisional di setiap pertunjukkan Randai menjadi ciri khas dan juga sebagai upaya melestarikan kebudayaan dan mengembangkan seni budaya di Indonesia.
Kesenian Randai merupakan kesenian yang menggabungkan unsur seni seperti teater, musik, tari dan suara. Kesenian ini memiliki ciri khas pemainnya berdiri membentuk lingkaran dan gerakan tari yang digunakan bersumber dari gerakan pencak silat.
Cerita dalam Randai umumnya merupakan sebuah sindiran atau pelajaran hidup yang dibawakan adegan per adegan. Keunikan Randai lainnya adalah memiliki dendang yang befungsi untuk membtasi sebuah adegan ke adegan berikutnya. Keunika inilah yang membuat Randai menjadi kesenian yang perlu dilestarikan dan terus dikembangkan oleh masyarakat agar tidak punah.