Daftar isi
Perkembangan teknologi dalam beberapa dekade belakangan membawa ke era informasi. Operasi dan solusi modern banyak digerakkan oleh teknologi informasi dan komunikasi. Pembuatan, distribusi, penggunaan, dan manipulasi data telah menjadi hal penting di berbagai indutri.
Terdapat sebuah teori yang khusus membahas mengenai peran operasi kognitif manusia dalam pengolahan informasi sebagai usaha dalam menciptakan dan membentuk perubahan perilaku. Teori ini sering disebut dengan teori sistem pemrosasan informasi.
Menurut Byrnes (1996), teori pemrosesan informasi (information processing theory) merupakan upaya untuk memproses, memperoleh dan menyimpan informasi melalui memori jangka pendek dan memori jangka panjang, di mana dalam hal ini proses belajar terjadi secara internal dalam diri setiap peserta didik.
Celikoz, Erisen, dan Sahin (2019) mengemukakan bahwa teori pemrosesan informasi bukan sekedar proses menangkap informasi, namun juga bagaimana informasi tersebut disimpan dan diambil kembali. Proses tersebut dimulai dengan menerima input berupa stimulus dari lingkungan dengan menggunakan berbagai indera. Kemudian, input tersebut diterjemahkan dan disimpan dalam memori, yang bisa diambil kapanpun ketika dibutuhkan.
Teori pemrosesan informasi diartikan sebagai upaya bagaimana seorang individu merekam, menerjemahkan, menyimpan, dan mengambil atau memanggil kembali sebuah informasi dalam otak mereka.
Alhasil, pemrosesan informasi tersebut mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam teori motivasi harapan, seorang individu memproses sebuah informasi tentang hubungan perilaku-hasil yang kemudian, mereka dapat membentuk sebuah ekspektasi dan membuat keputusan berdasarkan informasi.
Ada empat tahap yang harus dilalui dalam pemrosesan sebuah informasi agar dapat masuk ke dalam otak, antara lain sensasi, persepsi, atensi, dan memori.
Sensasi merupakan tahapan pertama yang harus dilalui dalam pemrosesan informasi. Alat indra berperan aktif terhadap interpretasi sebuah rangsangan atau stimulus dari berbagai sumber di luar tubuh lalu diubah menjadi impuls-impuls saraf beserta bahasa yang mudah dipahami oleh otak.
Sebagai contoh, ketika seorang anak dipanggil oleh ibunya. Panggilan tersebut merupakan sebuah stimulus berupa suara yang ditangkap oleh indera pendengaran. Proses mendengar inilah yang disebut dengan sensasi yang kemudian akan diproses ke tahap berpikir guna menghasilkan sebuah respon.
Setelah organ indera menerima sebuah rangsangan atau stimulus dari berbagai sumber dari luar tubuh (sensasi), otak akan menginterpretasikan dan memberikan makna terhadap stimulus tadi menjadi sebuah informasi. Proses persepsi akan memberikan pengetahuan baru bagi manusia.
Contohnya, ada tiga orang yang dulunya merupakan teman satu sekolah. Lalu, ketiganya dihadapkan pada satu foto yang sama ketika mereka sekolah dulu dan diminta untuk menjelaskan arti dari foto tersebut. Dari ketiga individu tersebut akan memberikan penjelasan berbeda-beda terkait foto tadi. Mereka akan menjawab dengan interpretasi yang berbeda meski maksud dari ketiganya sama.
Otak akan secara aktif membatasi berjuta-juta informasi yang muncul dan diterima oleh sensorik, memori, serta proses kognitif lainnya sehingga hanya berfokus pada informasi yang dianggap penting. Sementara informasi lain yang dianggap mengganggu dan kurang penting diabaikan.
Contoh yang dapat kita gunakan adalah ketika sedang berada di dalam kelas, fokus kita hanya pada penjelasan dosen dan tidak terlalu memperhatikan keadaan sekitar, seperti teman kita yang sedang tidur atau sibuk dengan ponselnya. Sehingga kita mampu menyimpulkan inti dari penjelasan dosen tadi.
Tahapan ini proses penyimpanan berbagai informasi ke sistem pikiran manusia. Prosesnya berlangsung secara cepat atau hanya dalam beberapa detik hingga sampai sepanjang hidup manusia. Ada empat jenis ingatan, yaitu ingatan sensori, ingatan jangka pendek, ingatan jangka panjang, dan ingatan jangka panjang yang begitu lekat.
Contohnya seperti mengingat alamat rumah dan nomor telepon seseorang, mengingat jawaban ujian, mengingat inti penjelasan atau pembicaraan orang lain dan lain sebagainya.
Dari penjabaran tahapan-tahapan pemrosesan informasi di atas, dapat kita ketahui bahwa teori pemrosesan informasi disusun oleh tiga elemen utama, yaitu penyimpanan informasi, proses kognitif, dan kognisi eksekutif.
Penyimpanan informasi merupakan berbagai lokasi dalam otak manusia di mana informasi disimpan, seperti memori semantik, memori episodik, memori sensorik, memori jangka pendek, memori jangka panjang, dan masih banyak lagi.
Proses kognitif merupakan berbagai proses pentransferan memori di dalam otak manusia yang terjadi di antara penyimpanan memori yang berbeda. Beberapa proses tersebut yaitu persepsi, pengkodean, dan perekaman.
Kognisi eksekutif merupakan suatu bentuk kesadaran individu mengenai cara informasi diproses dalam dirinya. Hal ini juga berkaitan dengan diketahuinya kekuatan serta kelemahan mereka sendiri. Elemen ini mirip dengan metakognisi.
Dari berbagai banyaknya model teori pemrosesan informasi, ada dua model yang sangat terkenal, yaitu model memori multi-tahap dari Atkinson dan Shiffrin serta model memori kerja dari Baddeley dan Hitch.
Pada 1968, John William Atkinson dan Richard Shiffrin yang juga merupakan ahli yang terkait dengan teori pemrosesan informasi kognitif mengusulkan tentang teori memori multi-tahap yang mengilustrasikan pandangan mereka tentang ingatan manusia. Mereka membaginya menjadi tiga tahap pemrosesan, yaitu memori sensorik, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang.
Mereka melakukan pendalaman pemahaman terhadap pikiran dan bagaimana pikiran memproses informasi melalui elemen central executive, phonological loop, dan visuospatial vketch pad. Hingga kemudian, Baddeley menambahkan modelnya dengan episodic buffer.
Teori pemrosesan informasi banyak dimanfaatkan dalam berbagai industri, bidang studi, dan karir teknologi, seperti penerapan pada studi komputer atau kecerdasan buatan. Pemanfaatan ini juga digunakan pada berbagai entitas sistem di luar individu, seperti keluarga dan organisasi bisnis.
Penerapan teori pemrosesan informasi pada sistem keluarga pertama kali dilakukan oleh Ariel (1987), dengan penginderaan, kehadiran dan penginterpretasian stimulus yang terjadi, baik di dalam individu maupun sistem keluarga itu sendiri. Keluarga yang menerapkan teori ini akan berfokus pada pengembangan skema individu dan keluarga, di mana hal tersebut berpengaruh terhadap bagaimana sebuah informasi diproses dan diperhatikan. Skema tersebut digunakan untuk menggambarkan dinamika keluarga, budaya, dan hubungan.
Pada 1999, Rogers, Miller, & Judge menerapkan teori pemrosesan informasi untuk menggambarkan perilaku organisasi, serta menyajikan model yang menggambarkan seberapa efektif stategi bisnis dikembangkan.
Dalam penelitiannya, berbagai model digunakan untuk memahami bagaimana reaksi dan pemanfaatan sebuah bisnis terhadap informasi pasar, bagaimana cara mereka memutuskan informasi yang relevan dan tidak penting, serta bagaimana pengaruh informasi pasar terhadap strategi panjang mereka.
Tujuan utama para ilmuwan psikologi kognitif melakukan penelitian dan pengembangan terhadap teori pemrosesan informasi adalah untuk memahami cara kerja pikiran manusia. Salah satunya adalah tentang studi AI yang bertujuan untuk memahami proses kognisi manusia lalu mereplikasinya ke dalam sebuah mesin seperti pemrosesan bahasa alami, pembelajaran, pengkodean memori, pengambilan informasi, dan masih banyak lagi.