Titrasi adalah suatu teknik laboratorium yang digunakan untuk menentukan konsentrasi dari suatu zat dalam sebuah larutan. Proses ini melibatkan penambahan larutan standar yang diketahui (titran) ke dalam larutan sampel yang mengandung zat yang akan diukur konsentrasinya (titrat). Selama proses ini, terjadi reaksi kimia antara titran dan titrat yang menghasilkan perubahan yang dapat diukur, seperti perubahan warna atau perubahan pH.
Titrasi dilakukan dengan menggunakan alat khusus yang disebut buret. Buret adalah tabung silinder tipis dengan kran yang dapat diatur untuk mengontrol aliran larutan standar yang ditambahkan ke sampel.
Tujuan dari titrasi adalah mencapai titik ekuivalen, yaitu titik di mana jumlah ekivalen dari titran telah bereaksi sepenuhnya dengan titrat. Titik ekuivalen biasanya ditunjukkan oleh perubahan yang dapat diukur, seperti perubahan warna pada indikator atau perubahan pH larutan.
Titrasi memiliki banyak aplikasi di berbagai bidang ilmu, termasuk kimia analitik, biokimia, farmasi, dan ilmu hayati. Metode ini digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu senyawa, mengidentifikasi reaksi kimia, atau memantau reaksi berlangsung dalam suatu sistem.
Jenis-jenis titrasi termasuk titrasi asam-basa, titrasi kompleksometri, titrasi redoks, dan banyak lagi, masing-masing sesuai untuk mengukur konsentrasi jenis senyawa tertentu.
Ada beberapa jenis titrasi yang digunakan dalam kimia analitik untuk mengukur konsentrasi atau menentukan komponen tertentu dalam suatu sampel. Berikut adalah beberapa jenis titrasi yang umum:
1. Titrasi Asam-Basa
Jenis titrasi ini melibatkan reaksi antara asam dan basa. Titrasi ini dilakukan untuk menentukan konsentrasi asam atau basa dalam suatu larutan. Contoh: Titrasi asam sulfat (H2SO4) dengan larutan natrium hidroksida (NaOH).
2. Titrasi Kompleksometri
Titrasi ini digunakan untuk menentukan konsentrasi logam tertentu dalam larutan, terutama logam transisi, dengan menggunakan senyawa kompleks yang dapat membentuk ikatan dengan logam tersebut. Contoh: Titrasi ion kalsium (Ca2+) dengan EDTA (asam etilenadiaminatetraasetat).
3. Titrasi Redoks
Jenis titrasi ini melibatkan reaksi oksidasi-reduksi antara dua zat kimia. Biasanya, satu senyawa akan bereaksi sebagai oksidan (menerima elektron) dan yang lainnya sebagai reduktor (melepaskan elektron). Contoh: Titrasi kalium permanganat (KMnO4) dengan besi(II) sulfat (FeSO4).
4. Titrasi Presipitasi
Titrasi ini melibatkan reaksi pembentukan presipitat antara dua ion untuk menentukan konsentrasi dari satu atau kedua ion tersebut. Contoh: Titrasi ion klorida (Cl-) dengan ion perak (Ag+).
5. Titrasi Konduktometri
Titrasi konduktometri mengukur perubahan dalam konduktivitas larutan selama reaksi titrasi. Ini biasanya digunakan dalam titrasi asam-basa atau titrasi redoks. Contoh: Titrasi asam asetat (CH3COOH) dengan natrium hidroksida (NaOH) menggunakan konduktometer.
Titrasi memiliki berbagai fungsi penting di berbagai bidang ilmu, terutama di dalam kimia analitik. Berikut adalah beberapa fungsi utama dari titrasi:
Rumus yang digunakan dalam titrasi tergantung pada jenis titrasi yang dilakukan. Berikut adalah beberapa rumus umum yang digunakan dalam beberapa jenis titrasi:
1. Titrasi Asam-Basa
Rumus Normalitas (N):
(N1 x V1 = N2 x V2)
(N1) = Normalitas larutan asam
(V1) = Volume larutan asam (mL)
(N2) = Normalitas larutan basa
(V2) = Volume larutan basa (mL)
Rumus Konsentrasi (Molaritas):
(M1 x V1 = M2 x V2)
(M1) = Molaritas larutan asam
(V1) = Volume larutan asam (L)
(M2) = Molaritas larutan basa
(V2) = Volume larutan basa (L)
2. Titrasi Redoks
Rumus Normalitas (N):
(N1 x V1 = N2 x V2)
(N1) = Normalitas larutan reduktor
(V1) = Volume larutan reduktor (mL)
(N2) = Normalitas larutan oksidator
(V2) = Volume larutan oksidator (mL)
Rumus Konsentrasi (Molaritas):
(M1 x V1 = M2 x V2)
(M1) = Molaritas larutan reduktor
(V1) = Volume larutan reduktor (L)
(M2) = Molaritas larutan oksidator
(V2) = Volume larutan oksidator (L)
Berikut adalah langkah-langkah umum dalam melakukan prosedur titrasi: