Daftar isi
Arti dari sebuah kata idealisme ditentukan lebih banyaknya oleh arti dari kata sebuah ide daripada kata ideal. Seorang idealis mengatakan bahwa sebuah kata idea lebih tepat digunakan idealism. Secara ringkasnya, bahwa realitas terdiri dari sebuah ide-ide, pikiran-pikiran, akal pikiran yang disebut mind atau jiwa yang diartikan self dan itu bukanlah sebuah benda material dan kekuatan.
Idealisme menekankan sebuah akal pikiran merupakan hal yang lebih dahulu ( primer ) dari pada materi. Begitu juga sebaliknya, materialisme mengatakan sebaliknya. Materialisme merupakan bahwa materi itu hal yang riil atau nyata. Ada akal (mind) hanyalah sebuah fenomena yang mengikutinya.
Idealisme mengatakan bahwa akal pikiran itulah yang riil dan materi hanyalah sebuah produk sampingan. Dengan demikian, idealisme banyak mengandung pengingkaran bahwa di dunia ini pada dasarnya adalah sebuah mesin besar yang harus ditafsirkan sebagai mekanisme, materi atau kekuatan saja.
Tokoh filsafat aliran idealisme dan pemikirannya
1. Plato (477 -347 S.M)
Menurut beliau, cita adalah gambaran asli yang semata-mata mempunyai sifat rohani dan jiwa yang terletak di antara sebuah gambaran asli dengan suatu bayangan di dunia yang ditangkap oleh panca indra.
Dan juga pada dasarnya sesuatu itu dapat dipikirkan oleh akal, yang berkaitan juga dengan ide-ide atau gagasan. Mengenai kebenaran yang tinggi, dengan sebuah doktrin yang dikenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa jika dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi merupakan kebaikan.
kebaikan merupakan hakekat tertinggi untuk mencari kebenaran. Tugas dan ide adalah memimpin budi seorang manusia dalam menjadikan contoh untuk berbagi pengalaman. Dan siapa saja yang telah mengetahui ide tersebut, pastinya seorang manusia akan mengetahui jalan yang pasti.
Sehingga jika menggunakannya sebagai alat agar dapat mengukur, dan untuk mengklarifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami dalam kesehariannya. Menurut Plato sebuah ide tidak diciptakan oleh sebuah pemikiran manusia.
Ide bukanlah tergantung pada sebuah pemikiran manusia, bedanya pikiran manusia yang bergantung pada ide. Ide merupakan citra pokok dan perdana dari sebuah realitas, non material, selalu abadi, dan tidak akan berubah. Sebuah ide sudah ada dan berdiri sendiri di dalam luar pemikiran kita. Ide-ide ini mempunyai saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Contohnya, ide tentang dua buah lukisan tidak akan dapat terlepas dari ide dua, sebuah ide dua itu sendiri tidak akan dapat dipisahkan dengan sebuah ide genap. Namun, pada akhirnya terdapatlah suatu puncak yang tertinggi di antara sebuah hubungan ide-ide tersebut. Puncak yang disebut ide yang indah. Ide ini melampaui segala ide yang ada.
2. Immanuel Kant (1724 -1804)
Beliau menyebutkan sebuah filsafatnya idealis transendental atau idealis kritis, yang dimana sebuah paham ini diartikan bahwa isi sebuah pengalaman langsung didapat dengan kita peroleh dan tidak dianggap sebagai miliknya sendiri dengan kata lain ruang dan waktu adalah forum intuisi kita. Jadi dengan demikian, ruang dan waktu dimaksudkan adalah sesuatu yang dapat membantu kita untuk mengembangkan intuisi kita.
Menurut Kant, sebuah pengetahuan adalah mutlak sebenarnya memanglah tidak akan ada bila seluruh ilmu pengetahuan datangnya melalui indera. Akan tetapi jika pengetahuan itu datangnya dari luar melalui akal murni, yang ternyata tidak bergantung pada pengalaman.
Dapat disimpulkan bahwa seorang filsafat idealis transendental menitik berat kepada pemahaman tentang sesuatu kepada datangnya dari akal murni dan yang tidak ketergantungan pada sebuah pengalaman.
3. Pascal (1623-1662)
filsafat Pascal antara lain :
- Pengetahuan yang diperoleh melewati dua jalan,
Pertama yang menggunakan akal dan kedua menggunakan hati. Dan ketika akal dengan semua perangkat tidaklah dapat lagi untuk mencapai sebuah aspek maka hati lah yang akan mempunyai peran. Dari karena itu, akal dan hati saling berhubungan satu dengan yang lain. Dan apabila salah satunya tidak berfungsi dengan baik dalam memperoleh sebuah pengetahuan, nantinya juga akan mengalami kendala.
- Manusia yang besar karena sebuah pikirannya
Ada hal yang tidak dapat dijangkau oleh pikiran manusia yaitu pikiran manusia itu sendiri. Menurut Pascal manusia merupakan makhluk yang rumit dan kaya akan sebuah variasi serta mudah berubah rubah. Matematika, pikiran dan sebuah logika tidaklah akan dapat dijadikan alat untuk mengerti manusia.
Menurutnya alat-alat tersebut bukanlah hanya dapat digunakan agar memahami sebuah hal-hal yang bersifat bebas kontradiksi, yaitu bersifat konsisten. Karena sebuah ketidakmampuan seorang filsafat dan ilmu-ilmu lainnya untuk memahami seorang manusia, maka dari itu satu-satunya jalan memahami manusia adalah melalui agama. Karena melalui agama, manusia juga akan lebih mampu menjangkau pikirannya dari diri sendiri, yaitu melalui berusaha mencari kebenaran, walaupun mempunyai sifat abstrak.
Seorang filsafat bisa lakukan apa saja, akan teteapi hasilnya tidak akan pernah sempurna. Kesempurnaan itu terletak hanya pada iman. Dikarenakan sehebat apapun manusia berfikir manusia tidaklah akan mendapatkan suatu kepuasan karena manusia mempunyai logikanya yang berkemampuan untuk melebihi dari logika itu sendiri.
Di dalam mencari Tuhan Pascal tidaklah menggunakan metafisika, karena selain bukanlah termasuk geometri tetapi juga metafisika tidaklah akan mampu. Maka dari itu solusinya ialah mengembalikan persoalannya ke dalam Tuhan di dalam jiwa. Filsafat bisa memperoleh segala hal, tetapi tidak akan bisa secara sempurna. Karena di setiap ilmu itu pasti mempunyai kekurangan, tidak terkecuali seorang filsafat.
4. J. G. Fichte (1762-1914 M)
Beliau adalah seorang filsuf jerman. Beliau belajar teologi di Jena (1780-1788 M). Pada tahun 1810-1812 M, beliau menjadi rektor di Universitas Berlin. Filsafatnya disebut “Wissenschaftslehre” yang artinya ajaran ilmu pengetahuan. Secara sederhana pemikirannya: manusia melihat objek kepada benda-bendanya dengan sebuah inderanya.
Di dalam mengindrakan objek tersebut, seorang manusia selalu berusaha mengetahui apa yang akan dihadapinya. Maka dari itu berjalanlah sebuah proses intelektualnya untuk pembentukan dan mengabstraksikan sebuah objek itu menjadi sebuah pengertian seperti yang dipikirkannya.
Hal tersebut bisa dicontohkan ketika sedang melihat sebuah meja dengan mata, maka secara tidak langsung akal rasio kita bisa menangkapnya bahwa sebuah bentuk meja itu seperti yang kita lihat berbentuk bulat, persegi panjang, dan lain lain. Dengan mempunyai anggapan itulah akhirnya manusia bisa mewujudkan dalam segala bentuk yang nyata.
5. F. W. S. Schelling (1775-1854 M )
Intinya dari filsafat Schelling sesuatu yang mutlak atau rasio mutlak adalah merupakan identitas murni atau indiferensi, yang di dalam artinya tidak mengenal sebuah perbedaan antara yang subjektif dengan yang objektif.
Yang mutlak menjelmakan dirinya ke dalam 2 potensi yaitu yang nyata merupakan alam sebagai objek dan ideal merupakan gambaran alam yang subjektif dari subjek. Mutlak sebagai identitas mutlak menjadi sumber roh adalah subjek dan alam merupakan sebagai objek yang subjektif dan objektif, yang sadar dan tidaklah sadar.
Akan tetapi yang mutlak itu sendiri bukanlah sebuah roh dan bukanlah alam, bukanlah yang objektif dan bukan juga yang subjektif, sebabnya yang mutlak merupakan identitas mutlak atau indiferensi mutlak.
Yang dimaksudkan dari filsafat Schelling adalah yang pastinya dan bisa diterima oleh akal adalah sebagai identitas murni atau indiferensi yaitu antara yang subjektif dan objektif selalu sama atau tidak ada perbedaan.
Alam merupakan sebagai objek dan jiwa yang merupakan roh atau ide sebagai subjek, keduanya itu saling berkaitan. Dan dengan demikian hal yang mutlak itu tidaklah bisa dikatakan hanya alam atau jiwa saja, melainkan di antara keduanya.
6. G. W. F. Hegel (1770-1031 M)
Intinya dari filsafat Hegel adalah sebuah konsep Geists yang dimaksudkan dengan roh atau spirit, sebuah istilah yang diilhami oleh agamanya. Beliau berusaha untuk menghubungkan yang mutlak dengan yang tidak mutlak, yang mutlak itu roh atau jiwa, dalam menjelma pada sebuah alam dan dengan demikian sadarlah akan dirinya. Roh itu dalam intinya adalah ide untuk berpikir
Hegel menyatakan orang tidak akan dapat memahami setiap hal khusus tanpa dapat memahami segala hal yang lain juga, yaitu dengan totalitas. Namun para filsuf dihadapkan dengan sebuah pemecahan antara bidang-bidang ilmu pengetahuan yang dapat dipisahkan dengan sebuah pengalaman ilmu pengetahuan alam, filsafat, agama, politik, dan seni, bersaing untuk mencoba untuk mengatur sebuah kebenaran yang terfragmentasi.
Sistem filsafat Hegel mengungkapkan diantara keterkaitan yang dapat memutuskan bidang-bidang pengalaman yang berlawanan, yaitu dimana yang menjadi mencapai keseluruhan dari mana ini menjadi bagian-bagiannya. Konsep Geist Hegel yang lincah di dalam jiwa dan pikirannya dapat menghubungkan moment – moment.
Di dalam sebuah eksistensi sejarah yang begitu berbeda menjadi satu dengan eksistensi masa lalu yang telah mendapatkan sebuah sifat Jiwa universal yang dapat merupakan substansi individual. Jiwa atau semangat untuk di belakang punggung kita yang dapat memaksa pada poin dimana akal atau ide menjadi suara hati. Dan melalui proses sebuah perkembangan dialektis dan perubahan yang merupakan sebuah subjek di dalam hubungannya dengan totalitas.