5 Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Pada pembahasan berikut, akan dipaparkan beberapa tokoh/pakar beserta teori yang berkontribusi dalam bidang pendidikan dan perkembangan anak usia dini.

1. Johann Heinrich Pestalozzi

J. H. Pestalozzi adalah seorang pendidik yang mempelopori sistem pendidikan (pedagogi) baru di Swiss dan dikenal sebagai Pendiri Sekolah Dasar Modern.

Teori Audio Visual Memori (AVM) olehnya dianggap dapat membantu mengembangkan potensi lain dari anak. Seperti daya imajinasi, kreativitas, bakat minat dari seorang anak,

Konsep dalam Mengasuh, Membimbing dan Mendidik

Menurut Pestalozzi, pendidikan anak perlu memperhatikan lima (5) konsep dalam mengasuh, membimbing dan mendidik, yang dikenal dengan 5H, yaitu:

  • Heart : pendidik anak usia dini harus membelajarkan dengan ikhlas dari lubuk hati bukan berdasarkan paksaan.
  • Hand : pendidik harus mempunyai keterampilan untuk berkreativitas sehingga stimulasi yang di berikan pada anak sesuai, tepat dan menarik.
  • Health : pendidik harus sehat secara fisik dan rohani.
  • Head : pendidik harus mempunyai wawasan berpikir yang luas sehingga diharapkan wawasan anak yang dididiknya akan semakin bertambah.
  • Harmonis : pendidik harus dapat membuat anak merasa nyaman, aman, dan menyenangkan selama mengikuti kegiatan belajar.

Implementasi Pembelajaran

Berikut ini dipaparkan contoh implementasi teori AVM dalam pembelajaran anak usia dini pada berbagai lembaga pendidikan:

  • Play Group (2-3 tahun)
  • Auditori : Berikan alat permainan yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian; seperti kotak musik atau alat musik untuk anak usia dini.
  • Visual : Berikan warna-warna primer terhadap lingkungan anak seperti di kamar tidur, meja belajar, maupun ruang tamu.
  • Memori : Memberi stimulus/konsep bercerita sederhana, singkat, aktual dan dekat dengan kehidupan sehari-hari anak.
  • Taman Kanak-Kanak (3-6 tahun)
  • Auditori : Melakukan kegiatan dengan menciptakan musik dari benda maupun anggota tubuh seperti tepuk tangan.
  • Visual : Melakukan kegiatan dengan indera penglihat seperti mengidentifikasikan teman.
  • Memori : Menggunakan memori anak melalui kegiatan mengingat kata atau bentuk.

2. Jan Lighthart

Jan Lighthart adalah seorang kepala sekolah menengah di Deen Haag, Belanda. Lighthart menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah menghasilkan manusia yang bukan hanya cerdas dan terdidik, tetapi juga cerdas dalam berperilaku yang baik.

Lighthart menanamkan budi pekerti pada anak melalui metode buah limau, yaitu konsep dengan mengalahkan tingkah laku anak yang buruk dengan perbuatan baik.

Selanjutnya, Lighthart mengelompokkan tiga kategori pembelajaran melalui lingkungan, yaitu:

  • Lingkungan alam
  • Lingkungan produsen atau lingkungan pengrajin
  • Lingkungan masyarakat

Implementasi Pembelajaran

  • Menentukan sesuatu yang menjadi pusat minat anak yang ditentukan berdasarkan lingkungan yang paling dekat dengan diri anak itu sendiri, kemudian berangsur-angsur ke lingkungan yang terjauh.
  • Melakukan perjalanan sekolah (wisata) dan anak diajak melakukan berbagai pengamatan pada kondisi sesungguhnya di tempat tersebut.
  • Membahas hasil pengamatan dengan menggunakan gambar tentang berbagai aspek penting yang mewakili lingkungan yang telah diamati anak.
  • Pengajar menceritakan kembali lingkungan yang telah diamati serta menghubungkannya dengan peristiwa atau kondisi lain yang relevan, terutama dengan tindakan dan sikap anak terhadap lingkungan tersebut.
  • Kegiatan ekspresi dalam bentuk pameran hasil karya anak seperti mewarnai, menggambar dan lain-lain.

3. William H. Kilpatrick

Kilpatrick dikenal sebagai seorang ahli pendidikan dan juga ahli filsafat pendidikan berkebangsaan Amerika Serikat.

Menurutnya, ‘pembelajaran proyek’ merupakan salah satu model pembelajaran yang dinamis serta bersifat fleksibel yang sangat membantu anak memahami berbagai pengetahuan secara logis, konkret, dan aktif.

Pembelajaran proyek dilakukan dengan cara guru menyajikan suatu bahan pembelajaran yang memungkinkan anak mengolah sendiri untuk menguasai bahan pembelajaran tersebut. Pembelajaran ini terdiri atas 3 bagian, yaitu :

  • Pembelajaran Proyek Total: Untuk mengintegrasikan aspek pengembangan, baik kognitif, keterampilan, jasmani, motorik kasar dan motorik halus.
  • Pembelajaran Proyek Parsial/Bagian: Menggabungkan antara bidang studi/pengembangan yang berdiri sendiri dengan bidang studi yang saling berhubungan.
  • Pembelajaran Proyek Okasional: Ditentukan berdasarkan minat si anak.

Implementasi Pembelajaran

  • Langkah Persiapan

Guru mempersiapkan tema dan pokok masalah serta mengidentifikasi dan merelevansikan isi setiap bidang yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran.

  • Kegiatan Pembelajaran: Pendahuluan

Guru memulai percakapan bersama anak-anak secara klasikal tentang tema atau pokok masalah serta bidang studi yang berkaitan.

  • Perjalanan Studi Wisata atau Survei

Perlu untuk mengajak beberapa anggota keluarga dan lokasi studi wisata tidak jauh dari daerah sekitar sekolah.

  • Kegiatan Pembelajaran: Pengolahan Masalah

Dilakukan oleh anak, baik secara individu maupun kelompok, misalnya membuat data silsilah keluarga masing-masing, membuat data jumlah keluarga, membuat data kesehatan keluarga, dan sebagainya.

  • Penyelenggaraan Kegiatan Pameran

Dilaksanakan dari dan oleh anak itu sendiri dimana anak ikut terlibat dalam menyusun dan mengisi acara, baik sebagai pemain ataupun panitia.

4. Maria Montessori

Maria Montessori sangat berminat terhadap masalah pendidikan anak yang tergolong terbelakang.

Dalam menangani anak-anak penyandang cacat mental, Montessori banyak menemukan ide dan gagasan bagi pendidikan anak normal, khususnya anak-anak yang berusia di bawah lima tahun.

Beberapa pandangan dan prinsip Montessori dalam mengembangkan pendidikan anak usia dini dapat dicermati dari beberapa falsafah berikut ini:

  • Anak usia dini tidak seperti orang dewasa, pertumbuhan mereka sangat dipengaruhi oleh lingkungan.
  • Anak usia dini ‘selalu ingin tahu dan mencoba’. Tugas orang dewasa adalah mendorong, memberi kesempatan belajar, dan membiarkan anak belajar sendiri.
  • Pikiran anak yang masih kecil (0-6 tahun) mempunyai kemampuan besar untuk menyerap berbagai pengalaman termasuk yang dipelajari dari lingkungan.
  • Anak belajar banyak melalui gerakan-gerakan sehingga membutuhkan kesempatan untuk bergerak, bereksplorasi, dan belajar melalui alat inderanya.
  • Anak melewati masa-masa tertentu dalam perkembangannya dan lebih mudah untuk belajar
  • Semakin banyak kesempatan anak mengirimkan rangsangan-rangsangan sensoris ke otak, maka semakin berkembang kecerdasannya.
  • Anak paling baik belajar dalam situasi kebebasan serta disiplin diri maksudnya anak harus bebas bergerak dan memilih kegiatan yang disenanginya disertai disiplin diri.
  • Orang dewasa khususnya guru tidak boleh memaksakan anak untuk belajar sesuatu, namun tidak boleh mengganggu apa yang sedang dipelajari anak.
  • Anak harus belajar sesuai dengan tarif kematangannya, tanpa paksaan untuk menyesuaikan atau menjadi sama dengan anak lain.
  • Anak mengembangkan kepercayaan pada dirinya bila ia berhasil  melaksanakan tugas-tugas sederhana.
  • Bila anak diberi kesempatan untuk belajar pada saat sudah siap ‘matang’ untuk belajar, dia tidak saja akan dapat meningkatkan kecerdasannya tetapi juga akan merasakan kepuasan, menambah kepercayaan diri,serta memiliki keinginan untuk belajar lebih banyak.

Implementasi Pembelajaran

Salah satu contoh cara kegiatan belajar membaca adalah dengan menggantungkan pias kertas bertuliskan nama-nama benda, misalnya di bawah jendela digantungkan kertas bertuliskan jendela. Anak dilatih membaca tulisan pada pias kertas itu.

Jika eksplosif membaca sudah muncul, maka anak akan dapat melihat hubungan antara benda dengan kata tersebut. Anak terus dilatih dengan berbagai permainan, umpamanya dengan kertas gulungan berisi nama barang yang terdiri dari dua kata.

Tahap selanjutnya, anak diberi sejumlah gulungan kertas yang berisi satu perbuatan atau tugas yang harus dikerjakan anak, misalnya membersihkan lantai. Setelah anak semakin mampu membaca kalimat sederhana, maka pendidik dapat memperpanjang struktur kalimat yang diberikan pada anak.

5. Fredrich Wilhelm Froebel

Froebel dianggap sebagai ‘the founding father’ dari pendidikan anak usia dini. Sumbangan pemikiran Froebel terhadap anak usia dini adalah menghasilkan suatu sistem ‘garden of children’ atau ‘kindergarten’ yang di Indonesia biasa disebut dengan Taman Kanak-kanak.

Froebel juga merupakan orang pertama yang memiliki ide untuk membelajarkan anak di luar rumah. Menurutnya proses belajar anak akan lebih efektif melalui bermain dan lebih dititikberatkan pada pembelajaran keterampilan motorik kasar dan halus.

Terdapat 3 prinsip ilmu mendidik yang dikemukakan oleh Froebel, yaitu :

  • Otoaktivitas : kegiatan yang dilakukan anak sendiri / bersifat individualisasi
  • Kebebasan : tidak dibatasi dinding masif, perlu lingkungan terbuka
  • Pengamatan : memanfaatkan alam sekitar melalui eksplorasi dan keingintahuan.

Implementasi Pembelajaran

Menurut Froebel, pelaksanaan pembelajaran anak usia dini dianggap baik apabila :

  • Pelaksanaan belajar dirancang melalui suatu kegiatan yang berpusat pada anak dengan menyiapkan lingkungan melalui kegiatan eksplorasi dan penemuan.
  • Orangtua dan guru sebaiknya bekerja sama dalam hal mendukung anak memperoleh pengalaman.
  • Anak diberi kesempatan untuk mendapat berbagai pengetahuan dan kegiatan yang lebih kompleks.
  •  Anak belajar menyukai buku dan mampu berbahasa dengan caranya sendiri melalui aktivitas bercerita.
  • Anak harus belajar bahwa jawaban atas suatu persoalan tidak hanya satu jawaban yang benar.
  •  Kegiatan yang dapat mendukung perkembangan motorik kasar dan motorik halus yang bervariasi.
  • Tahapan perkembangan membaca dan menulis harus diberikan melalui pengalaman nyata melalui suatu peristiwa kinestetik.
fbWhatsappTwitterLinkedIn