Daftar isi
Dengan luas wilayah sekitar 42.292.000 kilometer persegi, Amerika yang menurut riwayat sejarahnya pernah dijajah oleh bangsa Eropa pada abad ke-16 hingga 17 ini terbagi menjadi tiga wilayah, yakni Amerika Selatan, Amerika Utara, dan Amerika Tengah.
Berada di antara Samudra Pasifik dan Samudra Atlantik, Benua Amerika yang sejak zaman es diduduki oleh suku Indian ini menempati posisi kedua sebagai benua paling besar di dunia setelah Benua Asia. Benua Amerika yang kini diketahui memiliki 35 negara dan 10 daerah metropolitan atau kota besar sebenarnya tidak hanya ditemukan oleh satu orang tokoh saja.
Terdapat beberapa tokoh yang dianggap sebagai penemu Benua Amerika sekalipun Christopher Columbus kerap dianggap sebagai satu-satunya penemu Benua Amerika atau setidaknya satu-satunya yang diketahui sebagai penemu.
Diberi julukan sebagai Benua Merah, benua dengan populasi sebanyak 1 miliar lebih penduduk per tahun 2016 ini ditemukan oleh tokoh yang jumlahnya lebih banyak dari perkiraan dan pengetahuan kita.
Berikut tokoh penemu Benua Amerika
Kejadian penemuan Benua Amerika oleh bangsa Viking tentu merupakan sebuah ketidaksengajaan dan bukan sebuah niat yang diutamakan. Dan orang Eropa pertama yang dianggap menemukan dan melihat Greenland pertama kali sebagai bagian dari bangsa Viking adalah Gunnbjorn Ulfsson.
Ia melakukan pelayaran menyeberangi lautan Atlantik Utara dan menembus segala bahaya di samudra itu sebelum pada akhirnya sampai di Greenland. Bangsa Viking diketahui memutuskan untuk menetap di Greenland sesampainya mereka di sana untuk dua dekade terakhir pada abad ke-10 Masehi.
Dan walau lebih tidak dikenal, Gunnbjorn Ulfsson memperoleh kehormatan sebagai sosok yang juga menyaksikan dan menjadi bagian dari perkembangan masyarakat Norse di Greenland yang bertahan sampai pada abad ke-15 M.
Gunnbjorn Ulfsson disebut-sebut sebagai penemu benua Amerika karena ia pun terdaftar sebagai salah satu dari 3.000 orang yang tinggal di pemukiman Norse di Greenland pada abad ke-9 M. Maka dengan kata lain, tahun 900-an adalah masa di mana Gunnbjorn Ulfsson melihat Greenland dan sempat menetap di sana bersama kedua anak lelakinya.
Dari bangsa Viking yang tiba di Greenland, Bjarni Herjolfsson adalah sosok yang dianggap penemu Amerika Utara (kini Labrador, Kanada). Beberapa tahun sebelum Leif Erikson bersama krunya mencapai pantai Kanada, Bjarni Herjolfsson di sekitar tahun 986 menemukan wilayah Amerika Utara saat berlayar menyeberangi samudra Atlantik Utara.
Bjarni Herjolfsson merupakan seorang penjelajah asal Eropa lainnya yang melakukan pelayaran; ia berangkat dari Norwegia ke Islandia. Norwegia adalah tempat ia berdagang dan Islandia merupakan tempat tinggal orang tuanya.
Namun sesampainya di Islandia, ia tidak dapat bertemu sang ayah karena ayahnya telah pergi bersama Erik Thorvaldsson (Erik si Merah) ke Greenland. Demi menemukan sang ayah, Bjarni Herjolfsson beserta krunya melewati lautan berbahaya yang gelap dan berkabut (samudra Atlantik).
Sempat tersesat, Bjarni Herjolfsson dan kru berhasil sampai ke “dunia baru” yang penuh dengan pepohonan dan pegunungan dan menginjakkan kaki di tanah tersebut setelah beberapa hari pelayaran.
Karena ketidakyakinannya untuk melangkah lebih jauh di sebuah wilayah yang tampak asing, Bjarni Herjolfsson dan krunya kembali ke destinasi semula yang masih tergolong dekat area tersebut, yakni Greenland. Ia pun akhirnya bereuni dengan sang ayah, tepatnya di Cape Farewell, yaitu daerah pesisir dekat ujung paling selatan Greenland.
Leif Erikson bersama krunya pada kala itu melakukan perjalanan menuju Greenland dari Norwegia yang kemudian membuat mereka tiba di sebuah daratan disebut dengan nama Pulau Baffin. Pulau yang sempat menjadi tempat tinggal sementara Leif Erikson beserta krunya waktu itu merupakan bagian dari wilayah provinsi Kanada bila dilihat berdasarkan terjemahan peta masa kini.
Karena kedatangannya bukan hal yang disengaja, maka kejadian Leif Erikson dan krunya yang tiba di Pulau Baffin lalu memutuskan tinggal di sana selama musim dingin dianggap sebagai suatu kebetulan. Mereka bahkan menggunakan waktu untuk berkeliling dan melakukan penjelajahan di negara tetangga atau wilayah di dekat pulau tersebut.
Negara yang mereka coba jelajahi rupanya sangat subur di mana hal ini nampak dari tanah yang kehijauan serta cuaca yang tergolong nyaman pada masa musim dingin. Leif Erikson kemudian menamai negara itu dengan Vinland atau Wineland karena buah anggur segarnya yang sungguh sangat banyak.
Untuk bukti bahwa bangsa Viking adalah penemu Benua Amerika pertama dan perjalanan mereka kala itu, semuanya tercatat pada salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO. Usai melewati musim dingin di Vinland, Leif Erikson dan krunya berhasil kembali ke Greenland yang menurut mereka tidak lebih subur daripada Vinland (negara baru yang baru mereka temukan).
Sosok penjelajah Muslim dari Cordova, Spanyol disebut-sebut pula menjadi salah satu tokoh penemu benua Amerika jauh sebelum Columbus datang di tanah tersebut. Melalui sebuah buku bertajuk Muruj Adz-Dzahaba Ma’ad al-Jauhar yang berarti “Hamparan Emas dan Tambang Permata”, Ali bin Al-Hussain Al-Mas’udi sebagai sang penulis buku tersebut menunjukkan bukti bahwa Khashkhash bin Sa’id bin Aswad sampai di daratan benua Amerika di tahun 889 M.
Ali bin Al-Hussain Al-Mas’udi sebagai ahli sejarah, fisika sekaligus geografi menjelaskan tentang bagaimana Khashkhash bin Sa’id bin Aswad melakukan pelayarannya pada masa pemerintahan Khalifah bin Muhammad sampai pada akhirnya dirinya menemukan “dunia asing” di negeri asing.
Pelayaran Khashkhash di lautan Atlantik dari Pelabuhan Delbra membawanya mencapai “dunia asing” yang kita kenal sekarang dengan sebutan benua Amerika. Kala itu “dunia asing” tersebut belum memperoleh nama atau sebutan khusus, namun Khashkhash berhasil membawa pulang sejumlah benda yang berasal dari sana.
Baru setelah perjalanan dan penjelajahan Khashkhash bin Sa’id bin Aswad melintasi “lautan gelap dan berkabut” yang kini dikenal dengan nama Samudra Atlantik, diketahui bahwa para pedagang dan penjelajah Muslim semakin banyak yang berlayar menyeberangi wilayah lautan ini.
Khashkhash bin Sa’id bin Aswad tidak sendirian dalam melakukan penyeberangan samudera tersebut, sebab ia mengajak teman-teman sekotanya (khususnya anak-anak muda). Pelayaran tersebut bukan pelayaran yang mudah karena lautan gelap dan berkabut tentunya dikenal berbahaya sehingga menjelajahinya sama dengan bertaruh nyawa.
Menurut Ali al-Mas’udi dalam bukunya, sebagian dari kru Khashkhash dikabarkan tidak selamat. Namun beruntung masih ada sebagian lagi yang berhasil pulang dengan utuh sembari membawa barang-barang berharga yang pada waktu itu setiap detail cerita ini diketahui oleh warga Spanyol.
Christopher Columbus sebagai tokoh yang paling terkenal atau bahkan satu-satunya yang diketahui menjadi penemu Benua Amerika awalnya merupakan sosok yang suka menjelajahi lautan. Tujuan dirinya bereksplorasi adalah untuk menemukan dan sampai di daratan Asia.
Perjalanannya dari Eropa tergolong sangat panjang dan terbagi menjadi empat ekspedisi pelayaran yang ada di tahun 1492, 1493, 1498, dan 1502 untuk bisa mencapai area dekat India. Pelayaran Columbus dimulai dari tahun 1492 yang kemudian berlanjut cukup panjang karena sampai berbulan-bulan.
Menggunakan tiga buah kapal yang dinamai Nina, Pinta dan Santa Maria, Columbus melakukan perjalanan laut yang melelahkan, sampai pada akhirnya ia tiba di benua Amerika pada tahun 1493. Jika melihat berdasarkan peta masa kini, Columbus kala itu tanpa disadarinya telah datang ke benua Amerika yang merupakan tanah Haiti dan Republik Dominika.
Ia yang semula berlayar bersama banyak anggota, sebagian kru rupanya harus ia tinggalkan dan usai kepergiannya dari tanah tersebut, kehancuran terjadi di wilayah itu. Konflik yang terjadi antara penduduk lokal dan para imigran meninggalkan dampak yang buruk bagi daerah tempat Columbus menginjakkan kaki.
Masih di tahun yang sama selama 6 bulan berturut-turut, terdapat sejumlah “tentara” yang Columbus utus ke daerah konflik tadi. Alih-alih menjadi lebih baik, perbudakan dan penjajahan justru kemudian menjadi masalah utama yang dialami oleh penduduk asli daerah tersebut.
Penduduk asli Tanio yang semula berjumlah sekitar 250 ribu jiwa pun akhirnya hanya tinggal beberapa ratus orang saja karena konflik yang memanas dan memburuk tadi; hal ini ditemukan oleh Columbus pada kunjungannya kembali di tahun 1498.
Columbus yang sempat mengirim “tentara” bukan menyelesaikan kekacauan yang ada, melainkan membuat masalah semakin menyebar di masa itu yang kemudian berakibat pada penangkapan dan pemenjaraan Columbus oleh pemerintah Spanyol. Pada tahun 1502, yakni masa-masa setelah Columbus bebas, ia pun melakukan pelayaran lagi; penjelajahannya kali ini membuat dirinya sampai di daratan Panama.
Amerigo Vespucci adalah sosok penjelajah yang bahkan keduanya sudah pernah bertemu. Pertemuan itu terjadi di tahun 1496 di mana pada masa itu Vespucci belum melakukan pelayaran sama sekali karena setahun setelah pertemuannya dengan Columbus baru dilakukan olehnya pelayaran pertamanya.
Marco Polo diketahui menjadi sosok yang menginspirasi Columbus dan Vespucci untuk sama-sama menjadi pengarung lautan. Untuk kali pertama pelayaran lautnya, Vespucci tiba di daratan Venezuela dan kemudian melanjutkan perjalanannya kembali di tahun 1499.
Guyana, Amerika Selatan adalah tujuan perjalanan Vespucci pada tahun 1499 (pada masa itu belum dikenal sebagai Guyana). Untuk perjalanan kali itu, Vespucci tidak sendiri, tapi bersama dengan Alonso de Ojeda (penjelajah asal Spanyol).
Perjalanan Vespucci masih berlanjut dan menurut catatan riwayat eksplorasinya, antara tahun 1505-1507 adalah masa akhir penjelajahannya. Setelah berhasil mengeksplorasi pantai Brasil, Amazon, hingga Cape St. Augustine, Vespucci membuat dan mempublikasikan buku geografi Kosmografi Introduction di tahun 1507.
Proyek yang berjalan di Prancis waktu itu berisikan peta wilayah daratan dan lautan Bumi yang telah ia eksplorasi berikut penjelasannya. Amerigo Vespucci memperoleh penghormatan pertamanya berkat Martin Waldseemuller (kartografer asal Jerman) yang juga mengambil bagian dalam penulisan buku Vespucci.
Dirinya memberi saran agar menggunakan nama Amerika Serikat untuk wilayah “Dunia Baru”. Dari awal penulisan buku geografi Vespucci, seorang kartografer Mercator di Saint-Dier, Prancis mengubah penjelasan Amerika Serikat.
Tepatnya di tahun 1538, dirinya memperluas definisi Amerika Serikat (tidak lagi hanya berada di selatan) dan memberi penjelasan tentang adanya cakupan wilayah lain, yakni di sisi utara maupun selatan.
Gavin Menzies adalah sejarawan dan ahli kapal selam yang terkemuka pada masanya dan menurutnya, Columbus bukan penemu benua Amerika. Laksamana muslim dari Tiongkok bernama Cheng Ho adalah nama yang dibawa oleh Gavin Menzies sebagai penemu benua Amerika yang sebenarnya, mencoba mematahkan pernyataan Columbus.
Bahkan menurut pernyataan baru ini, diketahui bahwa 70 tahun sebelum Columbus sampai ke Amerika Serikat, Cheng Ho sudah lebih dulu mencapai wilayah tersebut. Sebagai bukti dari bantahan klaim Columbus, Menzies menyiapkan peta sekaligus sejumlah peninggalan kapal kuno oleh Cheng Ho.
Cheng Ho menurut pernyataan tambahan pun dilaporkan sudah mengelilingi dunia di tahun 1405 dan telah melewati serta mencapai banyak daerah kala itu. Bersama dengan Angkatan Laut China, Cheng Ho sudah pernah menjelajahi wilayah Sumatra, Jawa, Malaka.
Bahkan juga sudah melintasi Sri Lanka dan Kalkuta sebagai bukti bahwa eksplorasinya sudah jauh lebih banyak daripada Columbus. Dan pelayarannya ke Amerika Serikat telah terjadi di tahun 1421-1423 usai menuntaskan eksplorasinya di Afrika dan menyelesaikan penjelajahannya di Amerika Selatan.
Pernyataan lain muncul dan membuktikan bahwa Columbus bukan penemu benua Amerika yang pertama kali, yakni klaim dari sebuah artikal terbitan Youssef Mroueh di tahun 1996. Dalam tulisannya, sejarawan ini menceritakan tentang Columbus di atas kapal ke Amerika Serikat pernah melihat sebuah masjid di Kuba.
Hal tersebut menandakan bahwa jauh sebelum Columbus sampai di tanah Amerika, para pelaut muslim sudah banyak yang mencapai tanah tersebut lebih dulu. Columbus sendiri memiliki catatan mengenai setiap keberangkatan dan detail eksplorasi pelayarannya.
Dari hal itu tersurat bahwa tahun waktu keberangkatan pelayarannya dari Spanyol menuju Iberia sama dengan tahun waktu dinasti Islam mengalami kejatuhan. Meski demikian, pernyataan Cheng Ho sebagai penemu benua Amerika masih dianggap sebagai teori belaka dan para sejarawan umum tidak atau setidaknya belum menyetujuinya.
Profesor di King Saud University di Arab Saudi yang merupakan ahli bahasa kuno ini meyakini bahwa orang Arab adalah penemu benua Amerika yang sebenarnya. Pendapat itu tidak sekadar tanpa bukti, sebab Sraymon Aldiva bersama para peneliti lain di King Faisal Research and Research Center menunjukkan bahwa jauh dari sebelum kedatangan Columbus, di Amerika Serikat telah memiliki dialek Samud.
Dialek suku di Semenanjung Arab ini rupanya didapati banyak sekali di Amerika, termasuk juga penemuan patung di pangkalan militer Colorado yang ia sampaikan melalui sebuah wawancara. Menurut profesor satu ini, teks Samud yang memiliki kesamaan dengan Thamud Arab dan banyak dijumpai di Jazirah Arab dengan ukiran fragmen batu lebih dari 3000 tahun lalu ini cukup mudah untuk dibaca.
Pendapat Sraymon Aldiva ini pun memiliki kesamaan dengan pendapat Recep Tayyip Erdogan, selaku presiden Turki. Columbus diketahui menemukan tanah Amerika di tahun 1492 yang padahal sebelum itu para pelaut Muslim sudah banyak yang menginjakkan kaki di tanah yang sama dan menganggap tanah itu sebagai “dunia baru”.
Setidaknya diperkirakan bahwa sudah tiga abad berlalu sampai pada akhirnya Columbus menemukan Amerika. Abad ke-10 adalah perkiraan waktu patung atau teks Samud berasal, di mana pada masa itu diketahui sebagai periode imigrasi. Dan dari pahatan patung atau teks tersebut dapat terbaca bagaimana kehidupan suku Arab tersebut di Amerika jauh sebelum penjelajahan Columbus yang terkenal itu.