10 Tokoh yang Menjadi Korban G30S PKI

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Dalam peristiwanya G30S PKI sejumlah jenderal menjadi korban kejinya peristiwa tersebut. Para jenderal yang meninggal ini kemudian diberikan penghargaan sebagai pahlawan revolusi. Gelar pahlawan Revolusi diakui sebagai pahlawan nasional semenjak Undang-undang nomor 20 tahun 2009 ditetapkan.

Terdapat 10 orang perwira militer yang menjadi korban. Di mana delapan di antaranya meninggal dunia di Jakarta sedangkan dua perwira lainnya meninggal di Yogyakarta. Berikut ini sejumlah tokoh yang menjadi korban G30S PKI.

1. Mayjen TNI (Anumerta) Soetojo Siswomihardjo

Soetojo Siswomiharjo salah satu tokoh yang menjadi korban G30S PKI.

Soetojo Siswomihardjo merupakan seorang perwira TNI angkatan darat yang gugur pada peristiwa G30S. Ia lahir pada tanggal 28 Agustus 1922 di Kebumen. Karirnya di bidang militer dimulai saat menjabat sebagai polisi tentara perjuangan kemerdekaan 1945. Setelah jabatan itu, karirnya mulai merangkak naik hingga pada tahun 1961, ia diangkat menjadi Kolonel dan menjabat sebagai IRKEHAD.

Tak hanya berhenti sampai di situ, ia juga naik pangkat menjadi brigen pada tahun 1964. Mayjen Sutoyo menjadi salah satu korban G30S PKI. Menjelang peristiwa G30S PKI ia mempunyai firasat yang tidak enak. Rupanya firasatnya terbukti. Pada tanggal 1 Oktober pukul 04.00, Brigjen Sutoyo diculik oleh pasukan Cakrabirawa.

Pasukan cakrabirawa mengatakan bahwa Brigjen Sutoyo dipanggil oleh presiden. Namun, begitu ia keluar dari pekarangan rumahnya, ia dibawa ke lubang buaya. Di tempat itulah ia dianaya. Kemudian ia dibunuh oleh PKI karena disebut menentang pembentukan Angkatan Kelima PKI.

Ia ditemukan meninggal dunia di lubang buaya pada tanggal 1 Oktober 1965. Ketika meninggal, Brigjen Sutoyo berusia 43 tahun. Jasadnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

2. Mayjen TNI (Anumerta) D.I Pandjaitan

D.I Pandjaitan salah satu tokoh yang menjadi korban G30S PKI.

Donald Ignatius Panjaitan adalah salah satu korban dari peristiwa G30S PKI dan meninggal pada tanggal 1 Oktober 1965. Ia lahir pada tanggal 19 Juni 1925 di Balige, Tapanuli. Selama masih di Indonesia, ia sempat menjadi anggota Gyugun di Pekan Baru, Ria dan membentuk Tentara Keamanan Rakyat yang menjadi cikal bakal TNI.

Kemudian ia menduduki kursi jabatan sebagai komandan Batalyon di TKR. Ia juga menjadi komandan pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukit Tinggi pada tahun 1948. Setelah itu, ia menjadi kepala staf umum IV (Supply) Komandemen Tentara Sumatera.

D. I Pandjaitan terlibat dalam aksi pembongkaran rahasia PKI. Hal inilah yang kemudian menyulut emosi pihak PKI. Pada tanggal 1 Oktober 1965, sekelompok anggota Gerakan 30 September datang ke kediaman Pandjaitan. Saat Pandjaitan berusaha melarikan diri, ia ditembak oleh anggota PKI.

Akibat penembakan itu, ia meninggal dunia. Kemudian jasadnya dibawa dan dibuang ke lubang buaya. Saat meninggal, ia berusia 40 tahun. Jasadnya kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

3. Letjen TNI (Anumerta) R Soeprapto

Soeprapto salah satu tokoh yang menjadi korban G30S PKI.

R Soeprapto lahir pada tanggal 20 Juni 1920 di Purwokerto. Ia menjadi salah satu korban PKI dalam peristiwa G30S. Letjen Suprapto memulai karir militernya saat terlibat dalam perebutan senjata pasukan Jepang di Cilacap. Kemudian ia bergabung ke dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Purwokerto. Selama bergabung bersama TKR, Letjen Suprapto terlibat dalam pertempuran Ambara yang melawan pasukan Inggris.

Pada bulan September 1949, ia diangkat menjadi Kepala Staff Tentara dan Teritorial IV/Diponegoro di Semarang. Kemudian pada tahun 1951, ia pindah ke markas besar TNI yang ada di Jakarta sebagai staf angkatan darat.

Pada saat tanggal 1 Oktober dini hari, Suprapto tidak bisa tidur karena sedang sakit gigi. Ia kemudian didatangi oleh sekelompok orang yang mengaku sebagai pengawal kepresidenan (Cakrabirawa). Mereka mengatakan bahwa Suprapto dipanggil oleh presiden untuk segera menghadap.

Suprapto kemudian dibawa ke luar dan dimasukkan ke dalam truk. Ia dibawa ke lubang buaya sebuah daerah pinggiran kota Jakarta. Tidak hanya seorang diri, ia bersama dengan 6 orang jenderal lainnya dibawa ke lubang buaya.

Di sana ia dihabisi hingga merenggut nyawa. Ia dibunuh karena menolak rencana PKI untuk mendirikan Angkatan Kelima. Saat meninggal, ia berusia 45 tahun. Jasadnya kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta pada tanggal 5 Oktober 1965.

4. Jenderal TNI (Anumerta) Ahmad Yani

Ahmad Yani salah satu tokoh yang menjadi korban G30S PKI.

Jenderal Ahmad Yani lahir pada tanggal 19 Juni 1922 di Purworejo. Ia memulai karir di duni militernya saat menjalani wajib militer di tentara Hindia Belanda di bawah pemerintahan kolonial. Pada tahun 1943, ia bergabung menjadi tentara PETA dan menjalani pelatihan lebih lanjut di Magelang.

Setelah menyelesaikan latihan, ia meminta untuk dilatih sebagai Komandan Peleton Peta. Permintaannya pun dikabulkan, ia kemudian dipindahkan ke Bogor untuk menerima pelatihan. Setelah selesai pelatihan, ia dikirim kembali ke Magelang sebagai instruktur.

Setelah Indonesia merdeka, Ahmad Yani bergabung ke dalam Tentara Republik. Ia terlibat aktif dalam memperjuangan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia, ia pindah ke Tegal. Pada tahun 1952, ia dipanggil untuk menjalankan misi melawan Darul Islam.

Pada tahun 1956, ia dipindahkan ke Markas Besar Angkatan Darat di Jakarta am menjadi anggota staf umum untuk Abdul Haris Nasution. Pada tanggal 1 Oktober 1965 dini hari gerakan 30 September berusaha untuk menculik tujuh anggota staf angkatan darat. Sekitar 200 orang mengepung rumah Ahmad Yani yang ada di jalan Latuharhary No 6 di pinggiran Jakarta yakni Menteng, Jakarta Pusat.

Saat penculik datang ke rumahnya, mereka menjalankan siasat yang sama seperti yang diterapkan pada jenderal-jenderal sebelumnya. Ahmad Yani kemudian meminta untuk mandi dan berganti baju terlebih dulu sebelum menghadap presiden. Sayangnya, para penculik itu tak terima dan melakukan kekerasan kepada Ahmad Yani. Mereka kemudian menembak Ahmad Yani. Tubuhnya kemudian di bawa ke lubang buaya.

Ia ditemukan meninggal di lubang buaya pada tanggal 1 Oktober 1965. Semasa hidupnya, Ahmad Yani pernah turut serta dalam pemberantasan PKI Madiun pada tahun 1948, agresi militer Belanda II dan penumpasan DI/TII di Jawa Tengah. Saat meninggal ia berusia 43 tahun dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

5. Jenderal TNI (Anumerta) M. T Haryono

MT Haryono salah satu tokoh yang menjadi korban G30S PKI.

Laki-laki yang memiliki nama lengkap Mas Tirtodarmo ini lahir pada tanggal 20 Januari 1924 di Surabaya. Ia juga menjadi korban yang gugur dalam peristiwa G30S PKI. Ia pernah mengenyam pendidikan di ELS dan HBS. Sebelum masuk ke dunia militer, ia lebih dulu masuk ke perguruan tinggi kedokteran guna melanjutkan pendidikannya. Ia bersekolah di kedokteran bentukan Jepang hanya saja tidak sampai selesai.

Setelah Indonesia merdeka, MT Haryono bergabung bersama pemuda lain untuk mempertahankan Indonesia. Kemudian ia bergabung dengan TKR. Saat awal pengangkatannya, MT Haryono mendapatkan jabatan sebagai Mayor. Namun, karena prestasinya, ia berkali-kali naik jabatan hingga mencapai Letnan Jenderal. Selain itu, Letjen Haryono terkenal dengan kepandaiannya menguasai bahasa internasional. Ia menguasai tiga bahasa internasional yakni Belanda, Jerman dan Inggris.

Di akhir hidupnya pada tanggal 1 Oktober dini hsri rumahnya didatangi oleh pasukan Cakrabirawa. Dengan alasan yang sama, mereka membawa MT Haryono dengan dalih untuk menghadap presiden. Ia kemudian dibawa ke lubang buaya dan menjadi salah satu korban dari kejadian naas tersebut. Saat itu, ia masih berusia 41 tahun. Jasadnya kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata bersama para pahlawan lain.

6. Jenderal TNI (Anumerta) S Parman Siswondo

S Parman salah satu tokoh yang menjadi korban G30S PKI.

Letjen Siswondo Parman merupakan petinggi TNI angkatan darat pada masa orde lama yang mengurusi bidang intelijen. Ia lahir pada tanggal 4 Agustus 1918 di Wonosobo. Karir militernya dimulai saat ia bergabung bersama TKR setelah Indonesia merdeka.

Kemudian pada tahun 1945, ia diangkat menjadi kepala staf polisi militer di Yogyakarta. Pada tahun 1951, ia dikirim ke sekolah polisi militer di Amerika untuk mendapatkan pelatihan secara khusus.

Setelah pelatihan itu, kemudian ia diangkat menjadi komandan Polisi Militer Jakarta. Selanjutnya ia berhasil menduduki sejumlah posisi di Polisi Militer Nasional. Sebelum hari kematiannya, ia mendapatkan peringatan. Berbeda dari yang lainnya, pada malam 30 Oktober sampai 1 Oktober rumahnya tidak diawasi seperti para jenderal lainnya.

Para pasukan cakrabirawa menjemput secara paksa dengan mengatakan bahwa diperintahkan untuk menghadap presiden. Ia kemudian dimasukkan ke dalam truk dan dibawa ke lubang buaya. Letjen Parman gugur pada peristiwa G30S PKI.

Ia kemudian dibunuh dengan cara ditembak mati dan dimasukkan ke dalam sumur tua. Ia dibunuh karena telah mengetahui rencana PKI yang berencana membentuk Angkatan Kelima. Saat meninggal ia berusia 47 tahun.

7. Kapten Czi (Anumerta) P. A Tendean

Piere Andreas Tendean salah satu tokoh yang menjadi korban G30S PKI.

Pierre Andries Tendean adalah ajudan dari Jenderal A.H Nasution pada tahun 1965. Ia lahir pada tanggal 21 Februari 1939 di Jakarta. Saat itu, ia ditangkap karena diduga oleh Pasukan G30S PKI sebagai Jenderal A. H Nasution. Saat ditangkap ia tidak melakukan pemberontakan. Hingga akhirnya ia dibunuh dan dimasukkan ke dalam sumur tua yang ada di lubang buaya.

8. Brigjen (Anumerta) Katamso

Katamso salah satu tokoh yang menjadi korban G30S PKI.

Brigjen (Anumerta) Katamso lahir pada tanggal 5 Februari 1923 di Sragen. Ia merupakan seorang TKR yang kemudian bergabung menjadi TNI setelah proklamasi kemerdekaan. Pada tahun 1958, ia pernah dikirim ke Sumatera Barat sebagai Komandan Batalyon A Komando Operasi 17 Agustus.

Beliau bertugas untuk melakukan penumpasan terhadap para pemberontakan PRRI. Katamso menjadi salah satu korban G30S PKI yang ditemukan meninggal pada tanggal 22 Oktober 1965.

9. A.I.P II (Anumerta) K. S Tubun

KS Tubun salah satu tokoh yang menjadi korban G30S PKI.

Ajun inspektur Polisi Karel Satsuit Tubun lahir pada tanggal 14 Oktober 1928 di Tual, Maluku. Setelah selesai mengenyam pendidikan dasar, ia bergabung dengan kepolisian Ambon. Kemudian setelah pendidikannya selesai, ia diangkat menjadi polisi dengan pangkat AIP (Agen Polisi Tingkat) II.

Ia ditempatkan di Kesatuan Brigade Mobil di Ambon. Selanjutnya ia dipindahkan ke Jakarta. Setelah bertugas di Jakarta ia ikut terlibat dalam operasi militer pembebasan Irian Barat dari Belanda.

Misi itupun berhasil dituntaskan, ia kemudian diberi tugas untuk mengawal kediaman wakil perdana menteri Dr. Leimena dan ia pun naik pangkat menjadi Brigadir Polisi. Saat tragedi G30S PKI, KS Tubun sedang menjaga rumah Dr. Leimena yang kebetulan bertetangga dengan rumah Jenderal A. H Nasution. Sebelum menangkap A. H Nasution, sekolompok orang itu menyekap para pengawal rumah Dr. Leimena.

Saat itu, KS Tubun tengah tertidur, ia terbangun karena mendengar suara gaduh. Ia kemudian membawa senjata untuk mencoba menembak para gerombolan penculik. Namun, karena jumlahnya yang banyak, sekelompok penculik itu berhasil menembak KS Tubun. Ia pun meninggal di tempat karena tembakan tersebut. Saat meninggal ia berusia 36 tahun dan jasadnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

10. Kolonel (Anumerta) R Sugiyono Mangunwiyoto

Sugiyono Mangunwiyoto salah satu tokoh yang menjadi korban G30S PKI.

Kolonel (Anumerta) R Sugiyono Mangunwiyoto lahir pada tanggal 12 Agustus 1926 di Gunung Kidul, Yogyakarta. Karir militernya dimulai saat bergabung dengan Peta. Sugiyono kemudian diangkat menjadi Komandan Peleton di Wonosari. Ia juga bergabung ke dalam Tentara Keamanan Rakyat.

Sugiyono menjadi salah satu korban G30S PKI. Ia meninggal karena dipukuli. Jasadnya kemudian dimasukkan ke dalam lubang buaya. Di mana lokasi lubang ini baru ditemukan oleh pemerintah pada tanggal 21 Oktober 1965. Setelah ditemukan, jasadnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

fbWhatsappTwitterLinkedIn