Daftar isi
Berdasarkan penemuan benda arkeologi, para pakar sejarah telah membagi zaman pra aksara menjadi dua periode yakni zaman batu dan zaman logam.
Zaman logam merupakan perkembangan hidup manusia di masa pra-aksara. Zaman logam ini berawal sekitar 4.000 tahun yang lalu. Ketika itu, manusia sudah mampu membuat alat gangsa dan besi. Dengan kata lain, di zaman logam ini manusia bisa membuat alat-alat yang berasal dari logam.
Di samping itu, manusia juga sudah mengenal teknik pembuatan alat dari logam mulai dari melebur logam, mencetak logam hingga menjadi alat yang utuh. Sehingga manusia yang hidup di zaman ini dapat dibilang sudah mampu mengembangkan teknologi yang cukup tinggi.
Hal itu dikarenakan pengolahan logam ini tidak dapat dipecah maupun dipahat dengan mudah layaknya batu. Selain itu, zaman logam ini juga sering disebut dengan masa perundagian karena di lingkungan masyarakatnya timbul golongan-golongan undagi yang memiliki keterampilan di bidangnya masing-masing.
Untuk mengenal lebih dalam mengenai peradaban masyarakat di zaman ini, berikut ciri-ciri zaman logam:
Seperti namanya, manusia yang hidup di zaman ini telah berkembang menjadi pengrajin logam. Hal itu dapat dibuktikan dengan banyaknya peninggalan-peninggalan yang ditemukan pada zaman logam.
Sistem barter merupakan istilah yang digunakan dalam perdagangan. Dengan kata lain, sistem barter yaitu adanya pertukaran barang satu dengan barang lain yang sudah dianggap seimbang berdasarkan kesepakatan antara dua pihak yang melakukannya. Contoh barang yang pernah digunakan saat itu seperti nekara perunggu, rempah-rempah, kayu, timah dan sebagainya.
Jika dibandingkan dengan zaman batu, pertanian di zaman logam ini dapat dikatakan sudah maju. Hal itu dapat dibuktikan oleh adanya pemakaian sistem sawah sebagai sektor utama karena dinilai lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan sistem ladang.
Di zaman logam, untuk menguburkan mayat memiliki dua cara yakni secara langsung dan tidak langsung. Budaya secara langsung dilakukan dengan mayat tersebut dimasukkan ke dalam sebuah peti, kemudian dikuburkan atau bahkan tanpa memakai peti.
Sementara budaya tidak langsung terdapat dua tahap yakni mayat dimasukkan ke dalam peti kayu berbentuk perahu lalu dikuburkan. Kemudian setelah mayat menjadi rangka, maka rangka atau tulang itu diambil lalu dikuburkan lagi ke dalam kuburan batu atau disebut dengan tempayan.
Menurut sejarah, zaman logam ini terbagi menjadi 3 zaman yakni zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi. Adapun penjelasan mengenai ketiga zaman tersebut yaitu:
Pada zaman ini, manusia sudah mulai menggunakan tembaga sebagai bahan dasar untuk membuat alat-alat yang akan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun alat-alat berbahan dasar dari tembaga tersebut tidak tersebar secara luas yakni hanya di beberapa bagian dunia saja.
Adapun negara yang pernah mengalami zaman tembaga seperti Malaysia, Thailand, Kamboja dan Vietnam. Di Indonesia sendiri tidak mengalami zaman tembaga karena tidak adanya bukti peninggalan sejarah logam berbahan dasar tembaga ini di nusantara.
Zaman perunggu sering disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tonkin Cina. Di zaman ini, untuk menghasilkan alat logam yang lebih kuat dan kuat, manusia purba melakukannya dengan cara mencampurkan tembaga dan timah dengan perbandingan 3:10.
Adapun salah satu daerah yang pertama kali membuat alat perunggu yaitu Sumeria di Mesopotamia. Indonesia telah mengalami zaman perunggu, karena peninggalan-peninggalan di zaman ini dapat kita temukan di beberapa daerah nusantara.
Hasil-hasil dari pembuatan perunggu tersebut digunakan oleh masyarakat sebagai perkakas, walaupun tempat dan waktu pengenalannya tidak bersamaan.
Zaman besi adalah zaman atau periode kejayaan manusia di mana ketika itu mereka sudah mampu membuat beragam peralatan yang terbuat dari besi dengan cara melebur dari bijihnya. Setelah itu, hasil leburan dituang ke dalam cetakan untuk membuat alat-alat logam yang diinginkan.
Dengan kata lain, alat logam dari besi telah dinilai lebih sempurna dibandingkan tembaga maupun perunggu. Hal itu dikarenakan besi merupakan logam yang sangat keras serta mempunyai titik lebur yang sangat tinggi.
Di Indonesia, peninggalan-peninggalan pada zaman besi ini dapat kita temukan di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta, Bogor, Besuki dan juga Punung, Jawa Timur.
Adapun kehidupan manusia pada zaman logam perundagian sebagai berikut:
Pada zaman logam ini telah timbul sistem sosial yang lebih kompleks. Hal tersebut tentunya memicu pula munculnya beberapa desa besar yakni gabungan dari kelompok kecil untuk membentuk kehidupan yang sejahtera.
Corak kehidupan masyarakat pra aksara khususnya zaman logam telah mengalami perkembangan mulai dari masa berburu dan mengumpulkan makanan serta bercocok tanam.
Mereka biasanya akan berpindah tempat saat persediaan binatang buruan dan makanan telah habis. Kemudian kehidupannya mulai berkembang di mana mereka mulai bercocok tanam untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari.
Perkembangan masyarakat di zaman logam telah dimulai dengan sistem nomaden, semi nomaden hingga menetap. Sistem nomaden di mana mereka selalu berpindah tempat sesuai dengan alam mereka dan masih mengumpulkan bahan makanan dan berburu.
Sistem semi nomaden, mereka masih berpindah-pindah tempat namun sudah disertai dengan kehidupan menetap sementara dan sudah mengetahui cara mengolah bahan makanan (bercocok tanam). Sedangkan sistem menetap, mereka menetap di suatu tempat dengan membangun tempat tinggal walaupun hanya sementara waktu.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, peninggalan-peninggalan zaman logam ini dapat kita temukan di beberapa daerah di Indonesia. Namun hanya ada peninggalan zaman perunggu dan zaman besi saja.
Adapun peninggalan zaman logam di masa perunggu diantaranya yaitu:
Sedangkan peninggalan di zaman besi telah ditemukan di daerah Gunung Kidul, Bogor, Besuki serta Punung, Jawa Timur. Adapun beberapa diantaranya sebagai berikut: