Ketahui 3 Bentuk Interaksi Sosial Disosiatif

√ Edu Passed Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Kehidupan suatu masyarakat tak akan pernah lepas dari interaksi sosial, bahkan interaksi sosial lah yang menciptakan suatu masyarakat. Interaksi sosial adalah sebuah hubungan timbal balik antara individu, individu dengan kelompok dan juga kelompok dengan kelompok.

Interaksi sosial ada 3 macam, yaitu interaksi sosial asosiatif, disosiatif dan akomodatif. Ketiga interaksi sosial tersebut memiliki ciri-ciri yang berbeda. Interaksi sosial asosiatif adalah interaksi sosial yang bertujuan ke arah yang positif, sebaliknya interaksi sosial disosiatif memiliki arah yang negatif.

Tentu saja di dalam sebuah masyarakat akan selalu ada konflik, karena sebagai individu tentu manusia memiliki gagasan dan pendapat serta kepentingannya masing-masing. Konflik memang tidak bisa dihindarkan dalam sebuah hubungan sosial.

Pengertian Interaksi Sosial Disosiatif

Proses sosial tak lepas dari interaksi sosial yang dilakukan oleh tiap-tiap individu, di dalam prosesnya ada juga pertentangan, persaingan dan kintravensi. Hal ini karena pada dasarnya manusia juga memiliki dasar mempertahankan kelangsungan hidup.

Adanya interaksi di antara manusia tak lepas dari ide atau gagasan dan kepentingan dan jika ada perbedaan di antara dua invidu maupun kelompok akan muncul konflik sosial. Interaksi tersebut disebut interaksi disosiatif, karena memicu sebuah konflik.

Kebalikan dari interaksi sosial asosiatif, interaksi sosial disosiatif lebih mengarah ke perpecahan atau secara singkat adalah interaksi yang negatif.

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Disosiatif

Ada tiga bentuk interaksi sosial disosiatif, yaitu persaingan atau kompetisi, kontravensi dan pertentangan atau konflik. Berikut kita akan membahas masing-masing bentuk interaksi disosiatif tersebut.

1. Persaingan

Persaingan atau kompetisi merupakan sebuah proses sosial yang sebenarnya wajar, jika dilakukan untuk tujuan yang baik, misalnya saja siswa dari SMA A bersaing dengan siswa SMA B dalam lomba Bahasa Inggris.

Kompetisi yang negatif adalah sebuah usaha individu atau kelompok untuk mengalahkan pihak lain dengan tujuan mendapatkan keuntungan, namun dengan cara yang tidak sehat, seperti ancaman atau kekerasan.

Secara luas persaingan dapat muncul di dalam berbagai aspek kehidupan, misalnya:

  • Persaingan di bidang ekonomi
  • Persaingan untuk mendapatkan kedudukan atau kekuasaan
  • Persaingan dalam hal kebudayaan

Contoh paling mudah dari interaksi sosial disosiatif yaitu persaingan politik antara dua calon presiden di tahun 2014 silam, meskipun sebenarnya bertujuan positif, namun ada dampak negatif di masyarakat yang menjadikan suasana panas di dalam relasi sosial.

2. Kontravensi

Kontravensi merupakan interaksi sosial yang kaitannya dengan perasaan tidak suka atau kebencian kepada individu lain atau kelompok lain. Secara sederhana, kontravensi adalah proses sosial yang muncul di antara persaingan dan pertentangan.

Kontravensi lebih berkaitan dengan perasaan negatif atau sikap mental yang tidak terang-terangan, dan belum memunculkan pertentangan.

Sebagai contoh, misalnya di lingkungan kantor, A menyadari ada perbedaan kemampuan dan keahlian dengan B teman kerjanya. A merasa iri dan benci karena ia selalu kalah dengan B. Karena sikap mental A yang membenci B, maka A memfitnah atau mengatakan hal-hal buruk ke teman-teman di kantornya.

Ada beberapa bentuk kontravensi yang mungkin kita sendiri juga melakukannya tanpa kita sadari.

  • Kontravensi yang sifatnya umum misalnya penolakan, protes, dan menghalangi
  • Kontravensi sederhana misalnya memfitnah dan mengejek
  • Kontravensi intensif misalnya saja melakukan penghasutan dan menyebarkan isu
  • Kontravensi bersifat rahasia, misalnya berkhianat dan membuka rahasia orang lain
  • Kontravensi yang sifatnya taktis, misalnya intimidasi, provokasi, dan mengganggu lawan

Kontravensi yang dilakukan secara diam-diam juga akan menimbulkan konflik yang tajam jika perselisihan dilakukan secara terbuka. Tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan pertikaian dan penyerangan baik secara verbal, di media sosial maupun secara fisik.

3. Pertentangan atau Konflik

Konflik atau pertentangan adalah proses sosial yang terjadi antara individu maupun kelompok yang diakibatkan adanya perbedaan pendapat dan kepentingan.

Memang benar jika konflik atau pertentangan tidak dapat dipisahkan dari hubungan sosial, namun jika konflik ini akhirnya menjadi dinding pemisah yang mengganggu interaksi sosial di masyarakat, maka dampaknya negatif.

Di dalam sebuah pertentangan, meskipun ada upaya atau usaha yang dilakukan, namun biasanya upaya yang dilakukan pihak yang berkonflik justru saling menjatuhkan satu sama lain. Pertentangan lebih menjurus pada kekerasan yang bertujuan menjatuhka lawan.

Beberapa penyebab terjadinya pertentangan di masyarakat, antara lain:

  • Perbedaan antar individu
  • Perbedaan kebudayaan
  • Perbedaan kepentingan
  • Perubahan sosial

Sedangkan bentuk pertentangan yang sering terjadi di masyarakat antara lain:

  • Pertentangan pribadi
  • Pertentangan rasial
  • Pertentangan antara kelas-kelas sosial
  • Pertentangan politik

Tak jarang pertentangan pribadi dapat berkembang menjadi pertentangan yang melibatkan ras atau agama, hal ini hanya bisa diselesaikan dengan pihak ke tiga yang netral.

Begitu juga pertentangan politik juga dapat memburuk jika sudah melebar ke pertentangan agama, seperti yang pernah terjadi di masa pemilu tahun 2014.

Namun ada juga pertentangan yang memiliki dampak positif, jika pertentangan tidak berlawanan dengan norma dan pola hubungan sosial, maka pertentangan dapat dikatakan positif.

Hal ini bisa kita ambil contoh pada diskusi politik antar partai misalnya, dengan harapan mencapai sebuah hasil diskusi positif yang bermanfaat.

fbWhatsappTwitterLinkedIn