Sejarah

Bukti Keberadaan Kerajaan Sriwijaya dari Dalam dan Luar Negeri

√ Edu Passed Pass education quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Indonesia sebelum menjadi negara yang merdeka dan berdaulat pada masa lampau terdiri dari beberapa kerajaan. Kerajaan di Indonesia sangat beragam mulai dari yang bercorak Hindu-Budha hingga Islam. 

Salah satu kerajaan besar yang pernah berkuasa di Nusantara adalah kerajaan Sriwijaya yang bercorak Budha. Kerajaan Sriwijaya berkuasa pada abad ke 7 sampai 15 masehi. Sriwijaya adalah menguasai kawasan Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah dengan pusatnya yaitu di Palembang. 

Bagaimana kerajaan ini diketahui keberadaannya meskipun berasal dari ratusan tahun lalu? Tentu hal tersebut dikarenakan ada bukti-bukti sebagai sumber sejarah keberadaan kerajaan ini. Adapun bukti keberadaan Sriwijaya berasal dari dalam dan luar negeri seperti berikut ini. 

Bukti dari Dalam Negeri

Jejak peninggalan-peninggalan manusia, kelompok, bangsa ataupun kerajaan paling mudah dijumpai di lingkungan itu sendiri atau berasal dari dalam negeri. Berikut ini adalah bukti yang menyatakan keberadaan kerajaan Sriwijaya dari dalam negeri.

Prasasti Peninggalan

Prasasti adalah piagam atau dokumen yang umum digunakan oleh suatu kelompok atau suku bangsa untuk menulis dan mencatat suatu kejadian. Dari prasasti ini dapat diketahui bagaimana dan dimana kelompok tersebut ada. Kerajaan Sriwijaya juga meninggalkan berbagai prasasti seperti berikut ini. 

  • Prasasti Kota Kapur

Prasasti yang ditinggalkan oleh kerajaan Sriwijaya adalah prasasti Kota Kapur yang ditemukan pada tahun 1892. Penemuan bukti pertama mengenai kerajaan Sriwijaya ini terjadi di Desa Kota Kapur, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung oleh JK Meulen. 

Jejak peninggalan ini ditemukan dalam bentuk tugu batu setinggi 1,5 meter dan tertanggal 686 Masehi. Tulisan dalam prasasti ini ditulis dalam bahasa Pallawa dan Melayu Kuno yang kemudian ditafsirkan oleh J. H. C. Kern. 

Isi dari prasasti ini adalah ancaman dan sumpah kutukan untuk pihak-pihak yang tidak patuh kepada kerajaan sedangkan yang patuh akan mendapat kesejahteraan. Prasasti ini sekarang berada di Museum Nasional Jakarta setelah sebelumnya disimpan di Museum Kerajaan Negeri Belanda.   

  • Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti Kedukan Bukit adalah jejak kerajaan Sriwijaya yang ditemukan pada tanggal 29 November 1920 di Kedukan Bukit, Palembang, Sumatera Selatan. Lokasi persis penemuan ini adalah di di tepi Sungai Tatang, anak Sungai Musi oleh seseorang berkebangsaan Belanda bernama C. J. Batenburg. 

Prasasti ini terbuat dari batu dengan ukuran 45 × 80 cm dan berisikan tulisan yang menggunakan huruf Pallawa dan Melayu Kuno. Berdasarkan hasil penelitian, piagam ini tertanggal 682 M. Prasasti ini pun berhasil diterjemahkan 4 tahun kemudian oleh ahli bahasa Melayu yaitu Philippus Samuel van Ronkel. 

Isi dari prasasti ini adalah menggambarkan betapa majunya kerajaan Sriwijaya terutama pada bidang pelayaran. Berdasarkan prasasti ini perjalanan laut tersebut dilakukan oleh Deputi Hyang yang merupakan seorang utusan dari pihak kerajaan. 

  • Prasasti Talang Tuo

Prasasti Talang Tuo adalah bukti keberadaan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan pada pada 17 November 1920. Prasasti ini ditemukan oleh Louis Constant Westenenk di kaki Bukit Siguntang, desa Talang Tuo, Palembang. 

Bentuk dari dokumen bersejarah ini berupa bidang datar dengan ukuran 50 cm × 80 cm. Prasasti bertarikh 684 Masehi ini memberikan informasi tentang taman yang dibangun oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa yakni pendiri kerajaan Sriwijaya. 

Berdasarkan tafsiran dari van Ronkel dan Bosch taman tersebut dibangun untuk kesejahteraan semua makhluk. Prasasti ini dapat kita lihat di Museum Nasional Indonesia.

  • Prasasti Karang Berahi

Prasasti ini adalah bukti sejarah salah satu kerajaan terbesar di Nusantara yaitu Sriwijaya yang ditemukan oleh L. Berkhout seorang ahli kontrolir dari Belanda. Piagam ini ditemukannya pada tahun 1904 di desa Karang Berahi, kecamatan Pamenang, kabupaten Merangin, Prov. Jambi. 

Prasasti ini berukuran 90 x 90 x 10 cm dan terbuat dari batu andesit. Tidak ada tulisan jelas mengenai tahun pembuatan prasasti ini.

Namun jika dilihat dari isinya yang mirip dengan prasasti kapur maka prasasti ini dibuat pada tahun 686 Masehi. Isi dari kedua prasasti ini pun tidak jauh berbeda dan memiliki inti pesan yang sama. 

  • Prasasti Palas Pasemah

Prasasti Palas Pasemah adalah prasasti batu yang ditemukan di Lampung tepatnya di Palas Pasemah, tepi Sungai Pisang. Prasasti terbuat dari batu ini bertuliskan menggunakan bahasa Melayu Kuno sebanyak 13 baris. 

Sayangnya pada prasasti berbentuk setengah bulat dan oval ini tidak ada informasi mengenai tahun prasasti ini. Namun berdasarkan penelitian prasasti berisi ancam bagi yang tidak patuh ini datang dari abad ke 7. 

  • Prasasti Telaga Batu

Prasasti Telaga Batu yakni bukti keberadaan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan oleh Batenburg pada 29 November 1920 di Telaga Batu, Kelurahan 2 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Kota Palembang. Ukuran dari prasasti ini yaitu 118 cm x 148 cm serta terbuat dari batu andesit.

Prasasti dengan tulisan sebanyak 28 baris ini tidak memuat tanggal pembuatannya. Namun diperkirakan datang dari abad ke 7. 

Candi Peninggalan 

Serupa dengan kerajaan Hindu-Buddha pada umumnya, kerajaan Sriwijaya juga memberikan jejak peninggalan berupa candi seperti berikut ini. 

Candi Muara Takus berlokasi di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau. Kompleks candi ini pertama kali ditemukan oleh Cornet D. Groot seorang arkeolog pada tahun 1860.

Di dalam kompleks candi yang diperkirakan berdiri pada abad ke-4 hingga abad ke-11 ini ada Candi Sulung, Candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Palangka.

Orang yang berjasa atas penemuan candi Muaro Jambi adalah  S.C. Crooke yang merupakan perwira Angkatan Laut Kerajaan Inggris. Ia menemukan candi ini pada tahun 1920 di pedalaman Sumatera.

Kompleks candi ini berdiri di atas tanah seluas 3981 hektar dan menjadikannya sebagai Kompleks candi Hindu-Budha paling luas di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. 

Di dalam kompleks candi yang sudah ada sejak abad ke 7 ini terdapat 9 bangunan candi lainnya. Bangunan candi tersebut adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung Tinggi, Telugu Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano.

  • Candi Biaro Bahal

Candi Biaro Bahal berlokasi Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Portibi, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara.

Candi yang dikenal juga sebagai  Biaro Bahal, atau Candi Portibi ini dibangun pada abad ke 11 dengan tiga bangunan utama yaitu Biaro Bahal I, II dan III. 

  • Situs Rimba Candi

Situs ini disebut juga dengan nama Gapura Sriwijaya karena memiliki bentuk berupa Gapura. Situs ini masih dalam penelitian lebih lanjut dan baru ditemukan 7 buah dari total 9 gapura. Lokasi ini berada di Sumatera Selatan dengan kondisi roboh karena faktor bencana alam

Sumber dari Luar Negeri

Jejak satu bangsa atau kerajaan bisa didapatkan dari luar negeri atau dari luar batas wilayah kekuasaannya. Sumber sejarah bukti adanya kerajaan Sriwijaya adalah sebagai berikut. 

Prasasti dari Luar Negeri

Kekuasaan kerajaan Sriwijaya dapat dibuktikan melalui penemuan-penemuan prasasti di luar wilayah Nusantara seperti berikut ini. 

  • Prasasti Ligor

Prasasti ini adalah peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di Ligor, atau sekarang dikenal sebagai Nakhon Si Thammarat Thailand Selatan. Prasasti yang dalam bahasa Thailand disebut Vat Semammuang ini berkerangka tahun 775 M.

Prasasti ini terdiri dari dua bagian yang kemudian disebut sebagai Ligor A yang berisi tentang raja Sriwijaya dan diantaranya adalah Sriwijayendraraja, Sriwijayeswarabhupati, dan Sriwijayanrpati. Bagian kedua diberi nama Ligor B yang mengisahkan Sri Maharaja yang berasal dari  Dinasti Syailendra. 

  • Prasasti Leiden

Prasasti Leiden adalah sebuah prasasti yang ditemukan di daratan India. Prasasti ini datang dari tahun 1006 M dengan bentuk berupa lempengan tembaga yang bertuliskan menggunakan bahasa Tamil dan Sansekerta

Isi dari prasasti ini adalah informasi mengenai hubungan diplomatik kerajaan Sriwijaya pada masa Dinasti Syailendra dengan Dinasti Chola dari Tamil, India bagian Selatan. Namun prasasti ini tidak disimpan di Indonesia melainkan di KITLV Leiden, Belanda. 

  • Prasasti Kanton

Sesuai dengan namanya, Prasasti Kanton adalah jejak kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di kota Kanton atau Guangzhou, China Selatan.

Prasasti yang bertuliskan tahun 1079 Masehi ini memberikan informasi bahwa kerajaan Sriwijaya memberikan bantuan kepada Dinasti China yang berkuasa pada saat itu dalam memperbaiki kuil di Kanton. 

  • Prasasti Nalanda

Satu lagi bukti kekuasaan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di India tepatnya di di Bihar, Nalanda pada tahun 1912. Pada prasasti yang ditemukan oleh Hirananda Shastr ini tertulis tahun 860 M. 

Informasi yang didapat dari prasasti ini adalah penghargaan dari Raja Dewa Paladewa dari India untuk Raja Balaputradewa yakni raja termasyur pada masa dinasti Syailendra. 

Berita dari Luar Negeri

Selain mendapatkan bukti dari prasasti, jejak kerajaan Sriwijaya juga berasal dari berita-berita luar negeri seperti di bawah ini:

  • Berita dari China

Kekuasaan Sriwijaya disaksikan secara langsung oleh seorang biksu dari China yang bernama Yi Jing atau I Ching atau I Tsing. Biksu tersohor ini datang dari dinasti Tang yang berdiri tahun 635 hingga 713 Masehi di Tiongkok.

Ia menggambarkan kerajaan Sriwijaya dalam catatan sejarah yang berjudul “Nanhai Ji Gui Neifa Zhuan” atau diterjemahkan menjadi “Kiriman Catatan Praktik Buddhadharma dari Laut Selatan”

Dalam catatannya biksu Yi Jing menyebut Sriwijaya sebagai “Shili Foshi” dan Jambi (Melayu) sebagai “Moluoyou”. Berdasarkan buku ini Sriwijaya disebut sebagai pusat kegiatan agama Budha di Asia Tenggara dan unggul dalam bidang militer dan pelayarannya.

  • Berita dari Arab

Sebuah catatan kuno dari Arab yang ditulis oleh tokoh bernama Al Biruni dan Hordadheh mengabarkan adanya kerajaan Zabag yakni sebutan kerajaan Arab untuk Sriwijaya. Kerajaan Arab menggambarkan Sriwijaya sebagai kerajaan yang kaya akan hasil emasnya yang berasal dari tanahnya. 

Berdasarkan berita ini Zabag berada lebih dekat dengan China dibandingkan dengan India. Pada masa kepemimpinan Balaputradewa, Sriwijaya memang memiliki hubungan dagang yang baik dengan negara lain seperti Arab, Persia, India, dan Cina