Kalimat Statif merupakan kalimat yang predikatnya berkategori adjektiva atau kata sifat. Menurut Alwi, Hasan dkk. (1998: 357) kalimat statif terkadang memanfaatkan verba adalah untuk memisahkan subjek dan predikat. Hal tersebut dilakukan ketika subjek dan predikatnya panjang. Misalnya pada contoh berikut ini:
Kata atau frasa yang mengikuti predikat pada contoh di atas disebut dengan pelengkap. Kata atau frasa tersebut dapat berktegori frasa nominal, verbal atau preposisional. Ciri terakhir adalah kalimat statif diingkarkan dengan partikel tidak.
Agar lebih jelas mengenai kalimat statif, berikut ini beberapa contoh kalimat statif dalam bahasa Indonesia:
- Orang itu sakit jantung.
- Ayahnya sakit.
- Orang itu agak aneh.
- Tingkah laku orang itu agak aneh.
- Penyataannya tidak benar.
- Warna bajunya biru laut.
- Dia berani melawan orang tuanya.
- Saya takut akan kekuasaan Tuhan.
- Tindakannya yang ingin menang sendiri adalah tidak benar.
- Bunganya harum seperti parfum.
- Dia tinggi seperti ayahnya.
- Dia takut melihat darah.
- Dia senang melihat adiknya bisa berjalan.
- Dia lelah setelah membantu ibunya berdagang di pasar.
- Bajunya terlalu besar untuknya.
- Rumahnya sangat rapi.
- Halaman rumahnya sangat luas.
- Anak itu sakit perut.
- Warna tembok rumahnya biru laut.
- Pernyataannya agak aneh.
- Anak itu cantik seperti ibunya.
- Warna bajunya merah darah.
- Orang itu memang tebal kepercayaannya.
- Anak itu berani melawan gurunya.
- Pernyataan orang itu tidak benar.
- Dia cemas mendengar berita tentang virus corona.
- Masyarakat cemas mendengar kabar tentang wabah cacar itu.
- Kita harus berani mempertahankan kebenaran.
- Semua penduduk gelisah mendengar desas-desus bahwa rumah mereka akan di gusur.
- Semua penduduk gelisah mendengar berita maling masuk kampung mereka.