Moral adalah ajaran tentang baik-buruk suatu perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya (Purwadarminto: 1950: 957). Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, serta sesuatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari.
Moral mempunyai kaitan dengan kemampuan individu agar bisa membedakan antara perbuatan yang benar dan salah. Dengan begitu, moral menjadi dasar dari pengendalian sikap seseorang.
Sejak lahir, anak-anak secara aktif terlibat dalam menyusun pemahaman mereka sendiri. Dan dari banyaknya pengalaman, pemahaman ini kemudian di praktekkan dan dihubungkan dari dan oleh kontek sosiokultural.
Anak-anak usia dini secara aktif belajar dari mengamati dan berpartisipasi dengan teman sekitar dan orang dewasa lain, termasuk di dalamnya adalah para orang tua dan para guru. Anak-anak membentuk hipotesis mereka sendiri dan membuktikannya melalui interaksi sosial, manipulasi fisik, mengamati apa yang terjadi, merefleksikannya ke dalam tingkah laku keseharian.
Ketika banyak objek, peristiwa, dan orang lain menunjukkan hal yang berbeda dengan model yang secara mental telah tersusun dalam diri anak, anak akan otomatis dipaksa untuk menyesuaikan model atau mengubah struktur mental dalam mempertimbangkan informasi baru.
Selama masa usia dini, anak-anak secara kontinyu memproses pengalaman-pengalaman baru untuk membentuk ulang, memperluas, dan mereorganisasi struktur mental (Piaget 1952; Vygotsky 1978; Case & Okamoto 1996).
Ketika para guru dan orang dewasa menggunakan berbagai strategi untuk mendorong anak-anak melakukan refleksi atas pengalaman-pengalaman mereka melalui sebuah perencanaan, maka pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh menjadi mendalam (Copple, Sigel, & Saunders 1984; Edwards, Gandini, & Forman 1993; Stremmel & Fu 1993; Hohmann & Weikart 1995).
Representasi modalitas sensori (baca panca indera) dan media juga bervariasi menurut usia anak. Sebagai contoh, kebanyakan bayi dan anak yang baru belajar berjalan kebanyakan belajarnya menggunakan panca indera dan motorik, tetapi anak-anak usia 2 tahun menggunakan satu benda melakukan satu hal dalam bermain (sebuah kotak untuk menelepon atau menggunakan sendok sebagai gitar).