Daftar isi
Petani banyak memberikan manfaat di kehidupan. Petani menjadi salah satu pemasok bahan-bahan makanan. Salah satunya makanan pokok yang biasa dimakan yakni beras. Namun, sayangnya kehidupan petani tak sesuai dengan jasa yang diberikan. Banyak dari mereka yang hidup memprihatinkan. Bahkan, terkadang untuk makan sehari-sehari saja mereka masih susah. Padahal, mereka yang setiap hari memasok makanan untuk orang lain.
Mirisnya, banyak lahan-lahan yang menjadi ladang penghasilan yang kini dirubah menjadi gedung-gedung. Petani semakin kesusahan, banyak dari mereka yang akhirnya menjadi pengangguran. Sangat disayangkan memang di negeri yang terkenal sebagai negara agraris tetapi petaninya memprihatinkan. Banyak yang berada di bawah kemiskinan dan tak mempunyai rumah yang layak dan aman.
Bukan rahasia umum lagi kesengsaraan menjadi seorang petani. Banyak petikan lagu hingga puisi yang mengganbarkan bagaimana menyedihkannya kehidupan seorang petani. Berikut ini kami sajikan kumpulan puisi yang mengangkat tema “Petani.”
1. Nyanyian Petani
Kami yang berangkat sebelum matahari bangun
Dan pulang saat matahari terbenam
Tak pernah sekalipun merasakan kemewahan
Berada di rumah nyaman dengan banyak kendaraan
Kami adalah para penjaga lahan
Yang saban hari menghasilkan banyak sumber makanan
Namun, kami sering merasa kelaparan
Merasakan perut bunyi keroncongan
Saban hari kami menjaga tanaman
Memberi makan dan menjaga dari hama tanaman
Mengairi lahan tak pernah bosan dilakukan
Agar tumbuh subur dan menghasilkan banyak karung saat di panen
Inilah nyanyian keluhan yang bisa kami ceritakan
Perihal kemalangan, kesedihan dan kemiskinan
Kami bukan pemilik, hanya penjaga lahan
Tak banyak penghasilan yang didapatkan
2. Nasib Kami
Bagaimana nasib kami tuan dan puan?
Jika bukan kalian yang memperjuangkan
Bagaimana kami bisa hidup, tuan dan puan
Jika sumber kehidupan kami hilang
Kami mempercayakan sepenuhnya pada kalian
Kalian yang dapat menyuarakan keresahan
Bantu kami yang tak dapat menyampaikan keluhan
Memperjuangkan nasib kami ke depan
Tuan dan puan coba mengerti posisi kami
Saban hari bangun mengais rezeki
Mengumpulkan peluh di bawah terik matahari
Tapi, kelaparan sering sekali mengisi setiap hari
Coba sesekali dengarkan kami, wahai tuan dan puan
Kami tak minta banyak, hanya ingin diperjuangkan
Bagaimana nasib kami ke depan
Apakah, masih bisa bertahan dengan kemiskinan?
Tuan dan puan pada pundak kalian kami percayakan
Pada suara kalian terdapat suara kami yang sumbang
Pada tangan kalian ada keresahan yang patut diperjuangkan
Dan pada kaki kalian menunggu perubahan
Tuan dan puan, kami di sini menunggu bagaimana nasib ke depan
Kami sudah lelah berada di garis kemiskinan
Kami sudah tak sanggup lagi melanjutkan kehidupan
Jika tuan dan puan tak mau memperjuangkan
3. Anak Petani
Kami tinggal di sebuah desa yang kaya
Banyak sekali sumber daya yang melimpah ruah
Tapi, tak pernah sedikitpun kami merasakannya
Hanya dapat menyaksikan dari kejauhan
Kami ini adalah anak petani
Yang bapak ibunya berangkat pagi
Yang makan satu hari hanya sekali
Tak pernah merasakan dinginnya AC ruangan
Kami memang anak petani yang miskin
Yang tinggal di gubuk yang hampir reot
Tak pernah sekalipun merasakan kemewahan
Hanya mengenyam pendidikan sampai sekolah dasar
Sekalipun kami sering merasa kelaparan dan perut keroncongan
Sekalipun kami tak pernah merasakan naik kendaraan
Tapi, kami bangga menjadi anak petani
Tak pernah sedikitpun malu untuk mengakui
Bapak Ibu kami memang hanya seorang petani
Tapi tak pernah sekalipun mengajarkan untuk iri hati
Apalagi sampai melakukan korupsi seperti pejabat negeri
Yang tak malu saat melakukan kejahatan terang-terangan
Kami bangga jadi anak seorang petani
Yang terpenting tak pernah merugikan orang lain
Kami senang menjadi anak seorang petani
Sekalipun hidup penuh kesederhanaan
4. Pergi Menanam Padi
Kami biasa berangkat pagi sekali
Menuju ladang untuk menanam padi
Sembari membawa bekal makan untuk pengganjal lapar
Agar semangat saat menanam
Kami adalah si tukang tanam padi
Menyebar benih pada lahan yang subur
Merawatnya dengan memberi pupuk kandang
Mengairi sawah agar tak kekeringan
Pekerjaan kami adalah menanam padi
Menunggu sampai waktu panen tiba
Menghasilkan beras untuk dimakan
Sebagai makanan pokok orang-orang
Kami memang si tukang tanam padi
Kami yang menghasilkan beras setiap hari
Kami yang mengelola dan menjaganya setiap hari
Tapi, beras sering tak ada di rumah kami
5. Sawah adalah Kantor Kami
Sawah adalah kantor kami
Tak memiliki ruangan yang nyaman dan disii AC yang sejuk
Tak ada kursi yang empuk untuk duduk nyaman
Dan tak ada sekretaris yang membantu pekerjaan
Sawah memang kantor kami
Yang becek dan tak mempunyai atap pelindung dari panas matahari
Hanya angin alami yang menjadi penyejuk di siang hari
Dan gubuk reot untuk mengistirahatkan diri
Kantor kami memang tak nyaman
Tapi, dapat membuat kami senang
Sebab, kantor kami adalah ladang penghasilan
Yang dapat membuat kami tak kelaparan
Sekalipun kantor kami tak memiliki AC yang membuat nyaman
Kantor kami merupakan sumber pemasok makanan
Makanan yang setiap hari kalian makan
Atau kalian mati kelaparan
6. Musim Panen
Bagi kami tak ada yang paling bahagia
Dari hari-hari selain musim panen tiba
Saat padi yang kami tanam dan jaga
Akhirnya dapat dipanen juga
Tak ada hari yang paling istimewa
Selain hari saat musim panen tiba
Mengambil hasil dari biji yang selama ini dijaga
Merasakan nikmatnya buah kesabaran
Kami akan sedih saat musim panen tak ada
Saat musim panen menjadi tak menentu
Hidup kami terasa berada di ujung mata tombak
Yang siap dilempar menuju jurang yang curam
Musim panen adalah berkah dari Yang Maha Kuasa
Berjuta nikmat yang tak dapat diutarakan
Nikmat yang tak setiap hari bisa dirasajan
Buah dari kesabaran yang harus dirayakan
Musim panen sama dengan musim gajian
Musim yang mendatangkan kebahagian
Meskipun tak banyak, tapi cukup memenuhi kebutuhan
Yang terpenting tak merasakan kelaparan
Terima kasih Tuhan telah menghadirkan musim panen
Terima kasih atas nikmat yang tak mampu ditakar
Terima kasih sudah menjaga bibit hingga musim panen tiba
Sehingga kami dapat merasakan kebahagian
7. Suasana di Pagi Hari
Kicauan burung adalah nyanyian penghibur di pagi hari
Lahan yang subur dan padi yang menguning
Pemandangan yang biasa kami lihat setiap hari
Saat kami akan bekerja di pagi hari
Semilir angin dan sengatan matahari
Adalah santapan kami sehari-hari
Suara hewan liar dan rumput ilalang yang tinggi
Menjadi teman dikala sawah tengah sepi
Itulah suasana pagi kami setiap hari
Setiap kali akan menengok padi
Suasana yang menemani dikala sedang bekerja dengan sepenuh hati
Meskipun tak mendapat imbalan tinggi
Itulah sejumlah kumpulan puisi bertemakan petani. Puisi-puisi diatas menggambarkan kesedihan dan nasib menjadi seorang petani. Menjadi seorang petani memang tak mudah. Namun, jika tak ada petani, siapa yang akan menghasilkan sumber makanan? Siapa yang akan menghasilkan padi untuk dijadikan beras? Semua itu adalah pekerjaan seorang petani. Sekalipun tak mendapat bayaran tinggi, tapi jasanya begitu dibutuhkan semua orang. Maka dari itu, hargai seorang petani.