Populasi manusia yang ada dalam kehidupan satu dunia akan terus bertambah setiap tahunnya. Terutama di negara berkembang seperti Indonesia yang menjadi negara penyumbang jumlah manusia terbesar di dunia. Fakta tersebut dapat dilihat dari program perencanaan kelahiran yang ada di negara berkembang belum berjalan efektif.
Masih banyak penduduk yang belum memperoleh akses memadai untuk fasilitas tertentu, seperti kesehatan khususnya di bidang pengendalian kelahiran. Maka tidak heran apabila angka kelahiran terus meningkat dan berdampak pada kepadatan penduduk yang sulit dikontrol.
Kepadatan penduduk dalam suatu negara tentu memberi dampak bagi berbagai aspek. Salah satunya adalah aspek lingkungan. Jika suatu negara memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, maka berpengaruh signifikan pada lingkungan di sekitarnya.
Berbagai masalah lingkungan rentan terjadi seiring kepadatan penduduk yang meningkat. Bahkan, beberapa penelitian mengatakan bahwa kerusakan lingkungan diakibatkan oleh meningkatnya jumlah populasi dalam suuatu wilayah. Yang artinya, kepadatan penduduk sangat mempengaruhi kondisi lingkungan di suatu tempat.
Meningkatnya populasi penduduk tanpa didampingi dengan akses pendidikan dan kesejahteraan masyarakat akan terus berdampak buruk. Penduduk tidak lagi mengetahui cara mengelola lingkungan tempat tinggalnya yang akan membawa dampak buruk bagi kehidupannya.
Semakin tinggi populasi manusia, maka kepadatan penduduk tidak dapat dihindari. Kehidupan manusia yang terus berputar tentu akan berpengaruh buruk bagi lingkungan di sekitarnya. Berikut ini penjelasan dampak kepadatan penduduk terhadap lingkungan.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa lepas dari kebutuhan terhadap air. Air menjadi salah satu sumber daya yang penting bagi aktivitas sehari-hari. Umumnya, air dimanfaatkan untuk beberapa keperluan, seperti makan dan minum, keperluan MCK (mandi, cuci, kakus), dan keperluan lain seperti beribadah.
Sayangnya, kepadatan penduduk yang terus meningkat justru mempengaruhi ketersediaan air bersih. Bertambahnya populasi penduduk menyebabkan jumlah pembuangan limbah rumah tangga dan industri ke sumber air bersih ikut meningkat.
Beberapa sumber air bersih seperti sungai dan danau menjadi kotor karena limbah yang meningkat. Konon Indonesia pun mengalami kekurangan sumber air bersih sebanyak lebih dari 20% karena meningkatnya jumlah penduduk selama 10 tahun ke belakang.
Bertambahnya jumlah penduduk juga mempengaruhi kondisi udara yang menjadi sumber oksigen bagi manusia. Udara bersih tentu sangat dibutuhkan oleh manusia untuk bernafas. Namun jika kondisi udara sudah tercemar, maka kehidupan manusia akan ikut terganggu.
Pencemaran udara disebabkan oleh kepadatan penduduk yang terus meningkat. Aktivitas pengurangan lahan hijau dengan cara pembakaran dapat berpengaruh bagi kondisi udara yang bersih. Asap dan polusi memicu pencemaran udara yang menjadi sumber utama bagi manusia untuk bernafas.
Selain itu, pencemaran udara juga disebabkan karena limbah barang hasil industri. Permintaan barang industri yang terus meningkat akan menambah jumlah jam kerja pada mesin pabrik, sehingga limbah yang mengotori udara tidak dapat dihindari.
Yang terakhir, pencemaran udara dipicu karena penggunaan kendaraan bermotor yang semakin meningkat, terutama di beberapa kota besar. Kepadatan penduduk membuat pengguna kendaraan pribadi terus bertambah, sehingga emisi kendaraan bermotor yang menghasilkan CO dan CO2 akan mencemari udara.
Sama halnya dengan pencemaran air dan udara, pencemaran tanah juga dapat terjadi karena kepadatan penduduk. Jumlah manusia yang terus bertambah tentu berdampak pada peningkatan limbah hasil rumah tangga.
Sayangnya, bertambahnya jumlah manusia ini tidak diimbangi dengan peningkatan akses pendidikan dan teknologi yang memadai.
Apabila pendidikan dan teknologi meningkat, maka manusia dapat berinovasi dengan cerdas untuk memanfaatkan limbah hasil industri menjadi barang yang bermanfaat bagi kehidupan.
Akan tetapi, rendahnya sumber daya manusia membuat limbah industri yang terus bertambah tidak dapat diolah dengan baik. Alhasil, limbah rumah tangga dan industri akan dibiarkan terus menerus hingga menumpuk di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dan menimbulkan pencemaran tanah.
Isu yang satu ini jarang disentuh karena tidak terlalu terlihat dalam kehidupan sehari-hari manusia. Namun kenyataannya, kepadatan penduduk dapat berdampak buruk bagi keanekaragaman hayati.
Fakta di lapangan menyebutkan bahwa dengan padatnya penduduk, maka marak terjadi pembukaan lahan yang menghancurkan habitat asli lingkungan tersebut. Alhasil, keanekaragaman hayati di suatu tempat seperti perkebunan akan hilang.
Selain itu, kepadatan penduduk juga menyebabkan perburuan liar. Hewan dan tumbuhan langka yang seharusnya hidup di alam justru diburu untuk dijual dan dikonsumsi oleh manusia. Maka dari itu, perlu adanya sosialisasi betapa pentingnya melestarikan hewan dan tumbuhan yang hampir punah agar terus berkembang di masa mendatang.
Tidak dapat dipungkiri, jumlah manusia yang terus bertambah juga membuat kebutuhan akan lahan untuk tempat tinggal ikut bertambah.
Tanah yang digunakan untuk budidaya pertanian, perkebunan, maupun peternakan akan beralih fungsi menjadi perumahan. Apabila jumlah lahan semakin berkurang karena digantikan dengan bangunan, maka akan muncul masalah baru bagi kehidupan manusia.
Beberapa masalah yang mungkin terjadi adalah bencana alam seperti erosi, abrasi, hingga banjir. Berkurangnya jumlah daratan dapat memicu bencana alam karena tidak adanya tanah untuk menyerap air dan tanaman untuk menahan air. Alhasil, bencana alam seperti banjir sangat mungkin terjadi di lingkungan dengan penduduk padat.