Perkembangan teknologi saat ini membawa banyak perubahan pada sistem pendidikan kita. Dahulu, akses teknologi sangat terbatas, beberapa dekade lalu hanya segelintir orang yang dapat memiliki komputer secara pribadi.
Komputer termasuk barang yang mewah saat itu. Jika cukup beruntung generasi dahulu mungkin hanya dapat menggunakan komputer di laboratorium sekolah. Teknologi internet yang muncul kemudian juga tidak dapat diakses oleh semua murid di penjuru negeri.
Untuk mencari informasi dan data harus dilakukan secara manual di perpustakaan tentu itu semua memakan waktu, membutuhkan ketelitian serta kejelian. Kemunculan internet membuat jendela informasi terbuka lebar.
Di pertengahan 90-an banyak bermunculan warung-warung internet yang bisa digunakan oleh masyarakat untuk mencari informasi dan data. Tidak hanya data dan berita dari dalam negeri, berita dan data dari luar negeri pun dapat diakses dengan mudah berkat internet.
Perkembangan ini membawa dampak yang luar biasa bagi dunia pendidikan. Semua menjadi serba cepat dan mudah, generasi X dan millenial adalah anak-anak yang melek teknologi, karena sejak pendidikan dasar dan dalam kehidupan sehari-harinya mereka sudah diperkenalkan dengan perangkat telekomunikasi yang canggih serta komputer.
Mereka terbiasa menggunakan komputer dalam kegiatan sekolah seperti mengerjakan tugas, membuat presentasi, dan masih banyak lainnya. Tidak seperti generasi-generasi sebelumnya, generasi Y dan baby boomers yang masih belum banyak menggunakan teknologi di masa mereka.
Namun perkembangan pendidikan, dalam hal ini pengaplikasian teknologi dalam pendidikan tidak hanya membawa dampak positif, seperti semakin terbukanya informasi, semakin menariknya proses belajar mengajar karena lebih menarik dan interaktif dengan banyaknya program-program pembelajaran berbasis teknologi.
Resiko potensial yang negatif juga mengintai di balik semua kelebihan teknologi dalam proses belajar mengajar. Untuk itu kali ini kita akan membahas berbagai dampak positif maupun negatif teknologi dalam pendidikan.
Beberapa waktu lalu kita masih melihat pemandangan siswa yang membawa buku-buku tebal saat sekolah maupun kuliah, saat ini banyak yang beralih ke buku-buku, diktat maupun jurnal yang tersedia secara daring.
Tanpa harus membawa buku para siswa bisa memperoleh berbagai informasi yang berhubungan dengan pelajaran dengan cepat melalui laptop maupun ponsel pintar mereka. Berkat kemajuan dan aksesibilitas teknologi semuanya menjadi mudah.
Mencari data pembanding serta teori pendukung untuk penelitian juga lebih mudah sehingga proses penelitian bisa menjadi lebih singkat. Informasi yang diperoleh tidak hanya informasi dari dalam negeri saja melainkan dari berbagai penjuru dunia.
Dengan pembelajaran tradisional di mana guru menjelaskan di depan kelas dan siswa mendengarkan penjelasan tersebut, ternyata tingkat penyerapan siswa hanya mencapai sekitar 5% saja.
Dengan metode pembelajaran kolaboratif di dalam kelas penyerapan materi dapat meningkat hingga mencapai 80%. Bahkan dengan teknologi yang diaplikasikan dalam proses belajar mengajar tingkat penyerapan bisa mencapai 95% karena siswa dan guru bisa berinteraksi lebih baik dan luwes.
Proses penilaian siswa juga menjadi lebih mudah karena ada perangkat lunak yang dapat digunakan oleh para guru untuk melihat tingkat penyerapan, nilai mata pelajaran serta seberapa besar tingkat interaksi antara guru dan siswa di kelas. Hal ini tentu membantu guru atau pengajar untuk bisa lebih fokus pada bagaimana menyampaikan materi dengan baik.
Setiap manusia mempunyai kecepatan dan caranya sendiri dalam memahami suatu materi. Sistem Pendidikan tradisional yang kaku tidak memungkinkan siswa yang mempunyai cara belajar yang berbeda untuk berkembang.
Tidak jarang hal tersebut menimbulkan keenganan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan sudah barang tentu akan berimbas pada hasil penyerapan materi serta pencapaian prestasi siswa. Siswa yang mempunyai cara belajar yang berbeda bisa dicap lambat atau bahkan pembangkang karena tidak bisa mengikuti kegiatan belajar di kelas dengan tenang.
Pembelajaran daring bisa jadi jawaban untuk siswa-siswa tersebut karena mereka bisa mempelajari materi yang disajikan sesuai dengan kecepatan dan gaya mereka masing-masing.
Mayoritas siswa saat ini memiliki aplikasi yang memungkinkan mereka berinteraksi dengan orang lain secara daring. Dengan pengenalan teknologi informasi dalam pendidikan di sekolah siswa diajarkan untuk membatasi informasi pribadi apa yang semestinya ditampilkan dalam akun mereka demi keamanan.
Para siswa belajar menulis, melakukan penelitian, mencari data di sumber yang terpercaya serta mempresentasikan hasil pembelajaran mereka dengan pedoman yang tepat, hal-hal tersebut tentunya akan sangat berguna bagi para siswa dikemudian hari terutama di dunia kerja.
Teknologi membantu siswa untuk mengikuti pembelajaran tidak hanya di dalam ruang kelas. Siswa mempunyai kontrol atas kegiatan belajar dengan bantuan teknologi mereka bisa mencari banyak ilmu yang mudah dilakukan di masa lampau. Mereka juga bisa mengatur strategi pembelajaran dengan cara mereka sendiri.
Pembelajaran daring membantu siswa untuk melakukan pekerjaan secara multitasking, di mana mereka bisa melakukan beberapa pekerjaan sekaligus di saat yang sama. Mereka bisa membuka berbagai materi serta informasi di saat yang bersamaan.
Jika ini tidak diatur dengan baik maka hal ini akan menjadi kontra-produktif. Karena saat memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi pembelajaran siswa juga dapat membuka layar lain untuk menonton hiburan alhasil siswa akan terdistraksi dan tidak fokus dalam kegiatan belajar.
Kemampuan komunikasi siswa secara langsung dengan guru serta siswa lainnya tidak terlatih dengan baik. Komunikasi secara online membuat manusia merasa anonim dan anonimitas itu terkadang membuat manusia berbicara seenaknya, tanpa disaring terlebih dahulu karena tidak bertatap muka secara langsung sehingga tidak bisa merasakan reaksi yang timbul akibat perkataan yang dilontarkan.
Ada banyak fenomena dimana seseorang sangat lancar berbicara dan berdebat bahkan agresif dibalik layar namun saat bertatap muka dia diam seribu bahasa karena merasa terekspos dan tidak anonim lagi.
Teknologi membantu kita untuk berkomunikasi dengan orang lain yang terpisah jarak dengan kita, hal tersebut tentu baik. Namun hal tersebut juga bisa dimanfaatkan oleh para murid untuk saling berbagi jawaban meski mereka tampak di layar saat ujian.
Mereka juga bisa mencari jawaban ujian dengan membuka buku ataupun secara daring. Untuk mengurangi ini guru dapat menyiasati dengan memberikan tugas-tugas yang sifatnya pribadi.
Meski teknologi menjad semakin murah dan mudah dijangkau, tidak semua orang bisa mendapatkannya. Saat pandemi melanda negeri kita, semua sekolah ditutup, kegiatan belajar mengajar pun diubah menjadi daring untuk mengurangi penularan virus yang sangat cepat.
Saat itu banyak sekali siswa yang tidak dapat mengikuti pembelajaran secara daring karena tidak semua siswa memiliki perangkat yang dapat digunakan untuk belajar daring seperti komputer, laptop dan bahkan telepon pintar.
Kadang satu gawai digunakan bergantian, ditambah lagi koneksi internet yang bermasalah. Mulai dari kuota yang tidak terbeli sampai jaringan internet yang belum menjangkau seluruh daerah.
Ada banyak informasi yang dengan mudah kita temui secara daring. Namun tidak semua informasi dan materi yang kita dapat diinternet adalah informasi yang benar. Tidak jarang informasi dan materi tersebut salah, tidak tepat, tidak lengkap atau bahkan kebohongan.
Siswa harus belajar untuk memilah dan memilih sumber informasi yang digunakannya. Karena pemilihan sumber yang salah akan membuat apa yang dikerjakan menjadi tidak valid dan yang lebih berbahaya siswa menerima info yang tidak akurat.