Daftar isi
- 1. Sanksi Keras yang Dijatuhkan AS dan Uni Eropa terhadap Rusia
- 2. Harga Komoditas Dunia Meningkat
- 3. Rantai Pasokan Terganggu
- 4. Potensi Kenaikan Harga Ekspor
- 5. Inflasi Global akan Meningkat lebih dari 6 Persen
- 6. Ancaman terhadap Pemulihan Ekonomi setelah Pandemi COVID-19
- 7. Pertumbuhan Ekonomi Melambat
Tanpa ada peringatan sebelumnya, pada 24 Februari lalu Rusia secara tiba-tiba melakukan serangan militer ke sejumlah kota di Ukraina menyusul pengumuman Presiden Vladimir Putin terkait “operasi militer”. Akan tetapi, awalnya hubungan Rusia dengan Ukraina memang sedang menegang karena Ukraina dianggap menentang Rusia bahkan diduga akan bergabung dengan NATO.
Konflik yang terjadi di antara Rusia dan Ukraina tidak hanya menyebabkan permasalahan geopolitik, tetapi juga berpengaruh pada kondisi ekonomi global secara signifikan. Hal tersebut dapat terjadi melalui tiga aliran utama, yakni sanksi ekonomi, peningkatan harga komoditas, dan gangguan pada rantai pasokan. Berikut adalah 7 dampak perang Ukraina – Rusia bagi dunia
1. Sanksi Keras yang Dijatuhkan AS dan Uni Eropa terhadap Rusia
Pada 28 Februari 2022 sanksi yang diberikan pada Rusia menargetkan pada Central Bank of Rusia. Akibatnya, CBR tidak dapat mengakses setengah dari 643 milyar US$ cadangan devisanya dengan menghalangi kemampuannya untuk mengubah aset yang disimpan dalam dolar AS dan euro menjadi rubel.
Selain itu, Rusia juga tidak dapat menggunakan dana kekayaan negara daruratnya di National Wealth Fund (NWF). Ditambah dengan AS dan Uni Eropa telah mengumumkan bahwa beberapa bank Rusia akan terputus dari SWIFT atau sistem pembayaran global.
Meskipun sanksi ini diberikan hanya kepada Rusia, tetapi dampaknya dapat terasa bagi perekonomian dunia sebab negara-negara yang biasa bertransaksi dengan Rusia menjadi kesulitan untuk mengeksporkan komoditasnya maupun mengimpor komoditas dari Rusia.
2. Harga Komoditas Dunia Meningkat
Dampak lain dari sanksi pada Rusia adalah perkiraan masalah ekonomi karena tingginya harga komoditas. Terdapat tiga faktor penyebab, yakni kekhawatiran seputar pasokan, penghancuran infrastruktur fisik, dan sanksi. Beberapa contoh komoditas yang meningkat, yaitu:
- Harga minyak berada di atas 100 US$/barrel selama konflik berlangsung.
- Harga gas dapat meningkat setidaknya 50 persen pada tahun ini karena jumlah stok yang terbatas.
- Harga komoditas pertanian (gandum, jagung, barli, dan rapeseed) akan melonjak sebab Rusia dan Ukraina lebih dari seperempat perdagangan gandum global.
- Kenaikan harga beberapa bahan metal, seperti alumunium, titanium, palladium, dan nikel dapat berdampak signifikan pada sektor industri otomotif.
3. Rantai Pasokan Terganggu
Sanksi keuangan yang dijatuhkan pada Rusia akan berdampak pada kelancaran rantai pasokan dan perdagangan sebab perusahaan akan berjuang untuk menemukan saluran keuangan agar tetap dapat melakukan perdagangan dengan Rusia.
Gangguan rantai pasokan dapat terjadi dari tiga sumber, yakni pengiriman via rute darat yang semakin sulit, pembatasan hubungan udara, dan pembatalan rute angkutan laut dari Ukraina. Selain itu, kemungkinan penghancuran beberapa infrastruktur transportasi (terutama pelabuhan di Ukraina) akan menambah masalah rantai pasokan yang ada.
Contoh dari gangguan ini di antaranya, rute perdagangan darat antara Asia dan Eropa akan terganggu karena sulit melakukan transit melalui Rusia, rute udara juga terhambat karena negara-negara Uni Eropa melarang pesawat atau kargo Rusia melewati wilayahnya dan begitu pula sebaliknya, serta pembatalan rute laut melalui Laut Hitam selama beberapa minggu.
4. Potensi Kenaikan Harga Ekspor
Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina memang menimbulkan krisis dan kerugian ekonomi. Namun, beberapa negara juga dapat diuntungkan dari kondisi ini karena komoditas perdagangan yang dimiliki.
Bagi negara yang biasa mengekspor minyak, gas bumi, perak, emas, nikel, alumunium, serta palladium akan merasakan keuntungan akibat harga ekspor yang naik. Indonesia sebagai negara pengekspor emas, perak, nikel, dan alumunium juga ikut merasakan keuntungan ini.
5. Inflasi Global akan Meningkat lebih dari 6 Persen
Harga komoditas yang melonjak dapat meningkatkan inflasi global tahun ini dan mungkin saja hingga tahun 2023. EIU memperkirakan inflasi global mencapai hampir 6 persen tahun ini, tetapi diperkirakan akan semakin meningkat karena lonjakan harga yang sangat besar. Namun, kenaikan inflasi akan mengimbangi dampak positif kenaikan harga komoditas bagi produsen.
6. Ancaman terhadap Pemulihan Ekonomi setelah Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 sudah cukup menurun di beberapa negara sehingga saat ini kita memasuki fase pemulihan pascapandemi. Akan tetapi, dengan adanya perang yang masih berlanjut, pemulihan ekonomi global nilainya terancam lebih rendah dari prediksi yang sudah dibuat sebelumnya karena adanya inflasi.
7. Pertumbuhan Ekonomi Melambat
Selain adanya hambatan dalam pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19 sesuai perencanaan, perang antara Rusia dan Ukraina juga membuat pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 menjadi lebih lambat. Bahkan IMF mungkin akan menurunkan perkiraan pertumbuhannya dari angka tahun ini, yaitu sebesar 4,4 persen.
Hal tersebut disampaikan oleh Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) bahwa terdapat perkiraan konflik yang terjadi dapat menyebabkan pukulan pada pertumbuhan ekonomi global sebanyak satu persen.
Demikianlah penjelasan mengenai 7 dampak perang Rusia – Ukraina bagi dunia. Kesimpulannya, pada 24 Februari 2022 Rusia menyerang beberapa wilayah di Ukraina secara tiba-tiba akibat konflik berkepanjangan karena Ukraina dianggap sudah menentang Rusia. Puncak dari konflik tersebut adalah peperangan yang tidak hanya menimbulkan masalah geopolitik, tetapi juga masalah perekonomian global.
Beberapa dampak yang dirasakan, yaitu efek dari sanksi keras yang dijatuhkan AS dan Uni Eropa terhadap Rusia, peningkatan harga komoditas dunia, gangguan pada rantai pasokan, potensi kenaikan harga ekspor, peningkatan inflasi global, ancaman terhadap pemulihan ekonomi setelah pandemi COVID-19, serta pertumbuhan ekonomi yang melambat.