Selain asimilasi, perubahan sosial ada juga akulturasi di dalam sebuah kelompok masyarakat. Akultirasi diambil dari kata acculturate yang artinya beryumbuh dan “berkembang bersama”.
Terdapat beberapa konsep perubahan sosial, salah satunya akulturasi. Secara etimologi, istilah akulturasi berasal dari bahasa Latin, yaitu acculturate yang berarti “tumbuh dan berkembang bersama”. Secara umum, akulturasi merupakan dua kebudayaan atau lebih yang bercampur dan saling mempengaruhi, namun tidak menghilangkan unsur-unsur yang sudah ada di dalam kebudayaan tersebut.
Akulturasi dapat terjadi karena adanya interaksi antara kelompok masyarakat yang berbeda kebudayaan. Sekilas pengertian akulturasi mirip dengan asimilasi, meskipun ke duanya termasuk perubahan sosial, namun akulturasi tidak menghilangkan unsur kebudayaan yang lama, sebaliknya asimilasi justru menciptakan produk budaya yang baru dari hasil pencampuran dua atau lebih kebudayaan yang berbeda.
Jika ditinjau dari dari sudut pandang antropologi, akulturasi merupakan proses masuknya kebudayaan asing ke dalam sebuah masyarakat, kebudayaan asing tersebut akan diserap dengan selektif oleh sebagian anggoya masyarakat, namun sebagian anggota masyarakat yang lain juga menolak kebudayaan asing tersebut.
Sosiolog dari Amerika yaitu Arnold M Rose berpendapat bahwa akulturasi adalah pengadopsian budaya dari kelompok sosial lain.
Sebagai proses pencampuran budaya asli dengan budaya asing, akulturasi di masyarakat mudah terlihat bentuknya di banyak bidang seperti gaya berpakaian, kuliner, arsitektur dan sebagainya. Ada 3 jenis akulturasi yaitu:
Akulturasi yang terjadi di dalam suatu wilayah karena adanya kelompok masyarakat dengan beberapa budaya berbeda yang tinggal di dalam satu wilayah atau berdekatan. Pola kebudayaan kemudian dipelajari oleh masyarakat secara tidak sengaja.
Akulturasi yang terjadi karena adanya unsur paksaan dari sebuah budaya kepada budaya yang lain. Biasanya hal seperti ini terjadi karena penjajahan atau kudeta.
Akulturasi yang terjadi karena adanya sikap menghormati budaya lain yang ada di dalam sebuah masyarakat.
Akulturasi di dalam sebuah masyarakat dapat terjadi karena adanya beberapa faktor yang mendukung di dalam prosesnya. Berikut faktor-faktor yang mendorong terjadinya akulturasi.
Sikap toleransi yang dimiliki tiap-tiap individu sangat berpengaruh terhadap toleransi masyarakat kepada budaya lain. Komunikasi dan interaksi di dalam masyarakat yang terdiri dari latar belakang budaya yang berbeda membutuhkan sikap toleransi terhadap budaya yang berbeda.
Pendidikan menjadi faktor yang turut mendorong terjadinya akulturasi. Dengan terbukanya wawasan dan pengetahuan turut membuka pola pikir modern yang terbuka terhadap budaya asing.
Di dalam masyarakat yang heterogen terdapat bermacam-macam individu dan kelompok yang memiliki beragam latar belakang kebudayaan. Dengan banyaknya perbedaan di antara masyarakat maka akan lebih mudah bagi individu untuk mengenal budaya yang berbeda.
Masyarakat yang memiliki visi masa depan akan lebih mudah mewujudkan akulturasi budaya, karena cita-cita bersama memerlukan kerjasama dari tiap-tiap individu dan kelompok di dalam sebuah masyarakat.
Sebuah sistem masyarakat akan menentukan mudah atau tidaknya terjadi akulturasi budaya yang dapat membantu kemajuannya. Jika sebuah masyarakat memiliki sistem yang terbuka, artinya membuka diri terhadap pengaruh dari budaya lain, maka sangat mungkin akulturasi mudah terjadi.
Munculnya rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap salah satu aspek di dalam kehidupan bermasyarakat dapat mendorong terjadinya akulturasi budaya. Karena pada dasarnya manusia memiliki keinginan untuk memajukan kehidupannya. Masyarakat akan mudah mewujudkan akulturasi budaya yang dapat memajukan aspek-aspek kehidupannya.
Meskipun banyak faktor di dalam masyarakat yang menjadi pendorong terjadinya akulturasi, namun ada juga beberapa faktor yang dapat menghambat terjadinya akulturasi pada sebuah masyarakat.
Ilmu pengetahuan yang belum berkembang di dalam sebuah masayarakat dapat menjadi penghambat akulturasi budaya. Selain pola pikir masayarakat yang tradisional, faktor teknologi yang kurang berkembang dalam masayarakat dapat membuat sulitnya mengakses budaya lain.
Faktor kepentingan lebih bersifat ke individu atau kelompok yang berkuasa di dalam sebuah masyarakat. Faktor ini lebih mengarah kepada kepentingan dan egoisme individu atau sifatnya politis.
Individu atau kelompok di dalam masyarakat yang memiliki prasangka buruk terhadap suatu hal baru akan sulit mengalami akulturasi. Otomatis individu atau kelompok akan menutup diri untuk menerima hal baru.
Jika sebuah budaya yang berbeda dianggap tidak sesuai ideologi kelompok, maka akan terjadi penolakan terhadap budaya yang baru. Hal yang menyangkut ideologi akan sulit menerima perubahan, karena dianggap akan mencederai sebuah ideologi yang sudah ada sebelumnya.
Sistem yang berlaku di masyarakat dapat menghambat atau memperlambat terjadinya akulturasi budaya. Misalnya saja masyarakat di negara komunis yang memiliki sistem tertutup seperti Korea Utara, dengan sistem tertutup yang dimiliki oleh masyarakat maka tidaklah mudah menerima budaya baru atau budaya yang berbeda, dan tidak mungkin terjadi akulturasi budaya.
Demikian penjelasan tentang akulturasi budaya beserta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat terjadinya akulturasi budaya di dalam masyarakat. Prinsipnya, akulturasi budaya yang termasuk perubahan sosial ini menciptakan masyarakat yang lebih baik di kemudian hari.